Tak terasa waktu telah menunjukan pukul 21.00,Narend membantu membawa Fero yang berjalan sempoyongan ke dalam mobil,gadis itu terus meracau tak jelas entah apa yang ia ucapkan.
" Aku merindukan Ibu." hanya kata itu yang sanggup Narend tangkap dari racauannya.
Pemuda itu langsung melesat,mengendarai kendaraannya dengan cepat,membelah jalanan,menembus gelap,dengan jarak yang tidak terlalu jauh ia sudah sampai di depan gerbang rumah mewah milik Bayu anggoro,seorang penjaga langsung membukakan gerbang memberi jalan untuknya.
Narend memarkirkan mobilnya di garasi lalu membopong tubuh Fero yang sudah tak sadarkan diri dengan meletakan tubuh kecil itu di pundaknya,masuk ke dalam rumah.
Beberapa pelayan nampak biasa saja,seolah semua yang terjadi pada Nona mudanya bukan hal aneh,sementara Narend kalang kabut,takut sang tuan besar memarahinya.
Pria itu langsung membawanya ke dalam kamar,dan merebahkannya di atas tempat tidur,ia menarik selimut hendak menutupi tubuh indah yang terlihat jelas milik nona mudanya.
" Oeek.." Fero beranjak mengeluarkan isi perutnya yang langsung mengotori dada yang sedikit terbuka serta pakaiannya,dengan mata yang masih tertutup.
" Nona! anda tidak apa apa?" tanya Narend panik.
" Aku tidak apa apa,bodoh! tidak usah pedulikan aku." sahutnya lemas,dengan gaya mabuknya yang masih terlihat cantik.
Narend menghela nafas kasar,lalu keluar hendak memanggil seorang pelayan perempuan agar bisa membantu mengaganti pakaian Fero.
" Kasian! Nona selalu seperti ini setiap hari,sayang sekali masa mudanya harus di habiskan dengan cara seperti ini,padahal masih banyak cara lain yang lebih bermanfaat untuk menghabiskan waktu." lirih sang pelayan,sambil membantu mengganti pakaian Fero.
Sementara Narend hanya menjadi pendengar tanpa mau menyahut,berdiri dengan jarak yang cukup jauh.
Selesai dengan tugasnya,pelayan itu kembali di dapur,menyisakan Narend dan Fero yang terbaring di atas tempat tidur,dengan mata terpejam.
Pria itu melangkahkan kaki mendekatinya,memastikan jika Nona mudanya dalam keadaan baik.
Lama berdiri di sana,Narend pun memutuskan untuk keluar,meninggalkan Fero yang sepertinya sudah terlelap,pemuda itu berjalan melewati ruang tamu hendak keluar,namun suara seseorang menghentikan langkahnya.
" Narendra!" suara berat seorang pria menggema di ruangan itu.
Narend membalikan tubuhnya,lalu sedikit membungkuk setelah mengetahui siapa pemilik suara tersebut.
" Bagaimana hari pertama mu?" tanya Bayu sambil menyilangkan kaki duduk di sofa tunggal.
" Tidak ada masalah,tuan!" sahut Narend.
" Kau yakin,putriku tidak merepotkan mu?" tanya Bayu dengan penuh selidik.
" Masih bisa di kendalikan." jawab Narend jujur,Bayu tergelak mendengarnya.
" Aku tidak salah mempekerjakan mu,aku tau kau mampu mengatasi putri ku,aku harap kau tidak mengecewakan ku." ucap Bayu dengan penuh penekanan.
" Aku usahakan,tuan!" Narend mengangguk mantap.
" Aku harus pergi malam ini juga,sebaiknya kau bermalam di sini,para pelayan sudah menyiapkan kamar untuk mu." titah Bayu,lagi lagi pria itu tidak bisa menolak,setelah di rasa cukup Narend pun pamit,dan pergi ke kamar yang sudah di siapkan, di belakang rumah utama,tempat para pengawal,lebih dari sepuluh orang pengawal tinggal di tempat itu,belum ada satu pun yang di kenalinya,hingga akhirnya seorang pengawal muda menghampirinya.
" Kau pengawal baru?" tanya nya seraya menyerahkan segelas bir pada Narend,pria itu mengangguk ramah sambil meraih gelas tersebut.
tanpa mau meminumnya.
" Bimo." ucapnya dengan mengulurkan tangan.
" Narendra." balas Narend sambil membalas uluran tangan pria yang sebaya dengannya.
" Aku harap kita bisa saling kenal dan lebih dekat sebagai rekan satu profesi." ujarnya lagi,Narend mengangguk senang akhirnya dalam satu hari ia sudah mendapat rekan yang bisa di ajak berbincang.
" Kau pengawal yang di tugaskan di bagian mana?" tanya Bimo.
" Aku mengawal Nona Fero." jawab Narend,membuat pria itu menganga.
" Kau serius tuan Bayu menugaskan mu mngewal nona Fero?" tanya Bimo tak percaya.
Narend mengangguk.
" Memangnya kenapa?" tanya Narend penasaran.
" Biasanya tuan Bayu memakai jasa pengawal wanita untuk Nona Fero,tapi tidak ada yang mampu bekerja lama,paling 1 atau 2 minggu mereka langsung menyerah dan mengundurkan diri,mungkin memakai jasa pengawal seorang pria akan lebih baik,siapkan saja mental mu." ucap Bimo sambil menepuk bahu Narend,setelah itu mereka pun bubar hendak mengistirahatkan tubuhnya,esok hari masih panjang ,pekerjaan berat telah menanti.
Narend merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur,berusaha memejamkan mata,namun tubuh indah nan menggoda yang baru bertama kali ia lihat kembali terbayang.
Pemuda itu langsung membuka mata dan mengusap wajahnya kasar.
" Kenapa aku malah mengingatnya." gumamnya dalam hati,ia memegang dadanya,detak jantungnya mulai tak beraturan,pria itu semakin frustasi lalu kembali berusaha menutup matanya.
" Baru pertama kali aku merasa gila seperti ini." lirihnya,padahal bukan pertama kali ia mendapat godaan seperti itu,bahkan Salsa sudah berani mengecup pipinya,tapi itu semua tak membuat dada Narend gergemuruh,namun hanya dengan melihat tubuh Fero ia bahkan merasakan tubuhnya panas dingin.
Tak terasa,matahari mulai nampak,sinarnya menyorot sela sela gorden,menembus dinding kaca.Seorang gadis mengeliat,matanya berkerut ketika cahaya matahari menerpa wajah cantiknya,setelah nyawanya di rasa cukup terkumpul,gadis itu mulai beranjak menuju kamar mandi,dengan langkah gontai karena kepala yang masih sedikit berputar.
Sementara Narend sudah bersiap memulai harinya,dengan pakaian serba hitam kebanggannya.
Kini ia telah manyantap sarapan,yang sediakan pelayan bersama beberapa pengawal yang lain,setelah di rasa cukup ia pun pamit,dan melangkahkan kaki menuju rumah utama,beberapa pelayan terlihat berlalu lalang mengerjakan tugasnya masing masing.
Tidak menunggu waktu lama Fero muncul dari balik pintu kamarnya,lalu berjalan menuruni satu persatu anak tangga dengan anggun,Narend segera membuang muka menyembunyikan rasa gugupnya saat pandangan mereka pertemu.
" Selamat pagi,Nona!" sapanya ketika Fero sampai di lantai dasar.namun gadis itu tidak menyahut,ia malah langsung berlenggang menuju meja makan.
" Ayah kemana,Bi?" tanya nya.
"Tadi malam, Tuan pergi ke luar kota,Nona!" jawab seorang pelayan yang membantu menyiapkan sarapan.
Nampak jelas raut wajah kecewa dari gadis itu,ia tersenyum getir,sambil menatap beberapa kursi meja makan yang selalu nampak kosong, hanya ada ayah dan dirinya,itu juga hanya sesekali jika sang ayah berada di rumah.
" Buang saja kursi kursi ini! tak berguna." ucap Fero sambil membanting semua kursi tersebut,hingga menyisakan satu kursi untuk ia duduki,Narend nampak terkejut dengan apa yang di lakukan gadis itu,namun lagi lagi tidak dengan para pelayan,mereka hanya membantu menyingkirkan kursi kursi tersebut,tanpa banyak bicara,setelah Nona nya selesai sarapan,kursi tersebut akan kembali ke tempat semula.
jgn gitu bang! neng jadi pengen gimana...😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
NandhiniAnak Babeh
anak sultan Yee 🤭
2022-05-22
0