Menjelang pagi,matahari mulai menunjukan sinarnya menyusup lewat gorden jendela,Fero mulai mengerjapkan mata perlahan tapi pasti tubuhnya terangkat,merentangan tangan sambil menguap lebar,ekor matanya melirik pada pria yang masih terlelap di atas sofa.Tanpa di duga sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman,gadis cantik itu mulai menyibakan selimutnya lalu beranjak mendekati Narend.
Membungkukan sedikit badanya,memperhatikan lebih dekat wajah tampan, putih mulus dan terawat,serta hidung mancungnya,tak ada cacat sedikit pun di sana,seperti sebuah pemandangan yang sayang untuk di lewat kan.
Hingga terakhir matanya menatap bibir tipis milik pria itu,Fero mengigit bibirnya sendiri merasa gemas.
Entah keberanian dari mana gadis mulai mendekatkan wajahnya,hingga jarak di antara mereka terkikis habis,gadis itu berhasil menempelkan bibirnya pada bibir Narend,dadanya mulai berdetak tak beraturan,padalah itu bukan ciuman pertamanya,namun baru kali ini ia merasakan debaran jantung yang tak normal,selama berhubungan dengan Max ia tak pernah mesakan hal itu.
Narend masih terlelap,tanpa sadar ia menikmati sentuhan bibir Fero,pria itu membuka sedikit mulutnya, membiarkan lidah Fero menjelajahi seisi mulutnya,Fero pun menunjukan kemampuannya,memainkan lidahnya yang terasa manis serta bibirnya yang lembut,membuat Narend semakin terbuai, semua terasa nyata.
Pria itu mulai membuka mata memastikan apa yang terjadi padanya,tiba tiba matanya terbelalak,ia langsung mendorong tubuh kecil Fero.
" Nona! apa yang anda lakukan?" tanya Narend sedikit kesal,ia mengusap bibirnya yang tak suci lagi,tiba tiba saja ia merasakan sesuatu yang basah di pangkal pahanya.
" Bibir ku kering,sudah lama tidak bertemu Max." sahut Fero santai,padahal dalam hati ia pun merutuki tindakannya yang konyol.
Gadis itu langsung masuk ke dalam kamar mandi,menetralkan jantung nya yang masih bertegak tak beraturan.
" Apa yang sudah aku lakukan,bisa bisanya aku memberikan ciuman ku padanya,ahh!! dasar bodoh." umpatnya sendiri.
Sementara Narend langsung pergi meninggalkan kamar tersebut.
pria itu pun merutuki dirinya sendiri yang seolah menikmati mampi indahnya hingga ia mengeluarkan cairan dari barang berharganya.
" Sial!!" sesalnya sambil menyugar rambutnya.
Selang beberapa menit setelah perasaanya di rasa tenang,gadis itu pun langsung membersihkan diri,hal yang tak mudah ia lakukan dalam keadaan datang bulan.
Sepanjang ritual mandinya gadis itu tak berani membuka mata,karena enggan melihat darahnya sendiri.
" Narendra!!" teriaknya masih dari dalam kamar mandi.
Namun tak ada sahutan,gadis itu pun mulai kesal,dan langsung keluar setelah mandinya selesai,memakai pakaian dengan cepat,lalu kembali ke tempat tidur.
Gadis itu membuka ponselnya,mencari nomer milik pengawalnya,namun nihil ia ternyata belum sempat meminta nomernya.
Narend yang baru menyelesaikan mandinya di kejutkan oleh suara ketukan pintu,pria itu langsung memutar handle pintu,ia nampak terkejut saat mendapati siapa yang datang.
" Nona! ada perlu apa?" tanyanya,yang masih bertelanjang dada dengan hanya melilitkan handuk di pingganya.
" Siapa yang menyuruh mu pergi?" bentak Fero yang langsung menerobos masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi.
Gadis itu langsung duduk di bibir ranjang,sambil memperhatikan Narend dari ujung kepala hingga ujung kaki,pria itu di buat ketar ketir saat melihat tatapan liar dari majikannya.
" Nona anda bisa menghubungi ku jika membutuhkan sesuatu,tidak perlu datang ke sini." ujar Narend,sambil berusaha mencari pakaianya,yang mendadak hilang entah kemana.
" Bagaimana aku bisa mengubungi mu bodoh!" sahut Fero seraya melemparkan ponselnya ke atas meja.
Narend langsung mengerti kemudian ia mengetikan nomer ponselnya di ponsel milik Fero.
Setelah itu Fero kembali keluar,menyadari jika Narend merasa tak nyaman dengan kehadirannya.
" 5 menit lagi aku tunggu." ucapnya,sebelum pergi.
Semua para pengawal yang berada di sana membungkukan badanya saat berpapasan dengan Fero,walaupun dalam benak mereka menyimpan banyak pertanyaan,sejak kapan nona nya mau menginjak tempat itu?
" Narend!" panggil Bimo seraya berlari kecil hendak menghampirinya,Narend menghentikam langkahnya lalu memutar tubuhnya menghadap pada orang yang memanggilnya.
" Ada apa?"
"Ada apa Nona Fero datang kesini?tumben sekali."
" Aku tidak tau,dia hanya menanggilku untuk segera menemuinya di rumah." sahut Narend.
" Yakin hanya itu.
" Iya."
" Aneh,bisa terjadi hujan badai kalau begini." lirih Bimo.
Narend hanya tersenyum sambil menepuk bahu Bimo.
" Aku duluan ya." ucapnya,ia pun kembali mengayunkan kakinya,berjalan menuju rumah utama.
Fero sudah duduk manis di meja makan,sambil memangku dagu,makanan di hadapannya lagi lagi hanya di jadikan mainan,matanya masih menatap kursi yang kosong,karena sang ayah tak kunjung pulang.
Narend yang baru saja masuk lewat pintu belakang,menatapnya heran,tak biasa nonanya berpenampilan sederhana,dengan kaos longgar serta selana pendeknya juga rambut yang di cempol asal.
" Maaf,Nona! anda tidak masuk kuliah?" tanya Narend dengan penasaran,gadis itu menghentikan lamunannya lalu melirik pada pengawalnya.
" Tidak." sahut Fero cepat.
Narend pun kembali diam tanpa mau banyak bertanya.
Dalam keadaan datang bulan seperti ini,Fero memang lebih memilih berdiam diri di rumah tanpa mau melakukan aktifitas apapun,tubuhnya seakan malas untuk di gerakan,seperti beruang yang tengah berhibernasi.
Puas dengan mainannya,Fero mulai beranjak,dan berjalan menuju ayunan,yang berada di halaman belakang yang cukup luas,terdapat banyak bunga serta rumput hijau yang menjadi lantainya,ada beberapa pohon juga di sana,di antaranya pohon mangga dan juga rambutan. Narend dengan setia membuntutinya dari belakang.
" Apa kau tidak ada pekerjaan lain,aku sedang di dalam rumah sekarang,tidak perlu menguntit ku seperti itu." cicit Fero kesal.
" Maaf Nona,bahaya akan datang tanpa melihat situasi,di manapun dan kapan pun akan terjadi,ini sudah menjadi tugas ku, memastikan anda baik baik saja." terang Narend,membuat Gadis itu mengendus kesal.
" Di halaman rumah seperti ini,dengan penjagaan yang ketat,bahaya apa yang berani mendekati ku." sungut Fero,namun saat itu juga tanpa ada yang menduga,buah mangga yang berukuran cukup besar,terjatuh dari pohonnya dan hampir saja mengenai Fero yang ada di bawahnya,untungnya dengan sigap Narend mendekap tubuh kecil itu,hingga akhirnya,Bugg mangga tersebut menimpa punggungnya.
Fero terbelalak akibat dekapan Narend yang secara tiba tiba itu,ia merasakan hembusan nafas yang hangat dari pria itu,jantungnya pun kembali berdetak tak beraturan.
" Ini contoh kecilnya nona,jadi jangan melarang ku untuk selalu berada di dekat mu." ujar Narend sambil melepaskan dekapannya.
" Tebang pohon mangga ini!" titahnya langsung .Setelah berhasil menyadarkan diri dari keterkejutannya.
...****************...
***Yuk gays,,di tunggu komen like dan votenya.
Lgi puasa mohon maaf,thoor khilaf,,jadi ngadadak seger kalo liat beginian..🤣🤣***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
NandhiniAnak Babeh
kaya nya enak tuh mangga nya
😂😂😂
2022-05-22
0