Narend segera tersadar dari keterkejutannya,ia langsung melangahkan kaki menuju kamarnya lalu mengganti pakaian,tidak lama setelah itu ia kembali hendak mencuci mobil milik Fero.
" Permisi Mas Narend,Nona Fero memanggil anda."
Belum selesai dengan pekerjaannya,seorang pelayan memanggilnya.Pamuda itu langsung mengangguk lalu mengikuti langkah pelayan tersebut,berjalan menuju kamar Fero yang kebetulan nampak terbuka.
" Bagaimana? kau siap dengan tugas yang sudah aku berikan?" tanya Fero yang tengah duduk manis di atas sofa sambil menyilangkan kaki menampakan paha mulusnya yang terbuka,ketika Narend sudah masuk ke dalam kamarnya.
Seketika pria itu bergeming,menatap tak percaya pada Fero,namun sedetik demikian ia mengangguk yakin.
Gadis itu tersenyum puas,lalu beranjak dan berjalan perlahan mendekati Narend.
" Aku salut dengan keberanian mu." ujarnya sambil membelai pundak pengawalnya dengan sangat mesra.
" Kau harus tidur di kamar ku selama darah ku kaluar,karena aku akan selalu membutuhkan mu untuk membersihkannya 2jam sekali." tegas Fero tanpa bisa di ganggu gugat,Narend hanya bisa mengangguk pasrah untuk saat ini,walau dalam hatinya mengumpat habis habisan.
" Biasanya aku selalu menyuruh pengawal ku untuk membersihkan darah dari **** * ku juga,tapi karena kau seorang pria tidak mungkin aku menyuruh mu melakukan hal yang sama." terang Fero tanpa tau malu,membuat Narend kembali membulatkan mata,hingga tak bisa menelan salivanya.
" Kau boleh istirahat di sofa!" titahnya lagi,Narend pun mengangguk,sementara gadis itu merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Setelah itu tak ada obrolan lagi,mereka berdua sama sama terdiam,Narend hanya sibuk dengan ponselnya begitu juga dengan Fero,hingga saatnya makan malam,seorang pelayan mengantarkan makanan untuk mereka,Narend segera beranjak lalu membantu pelayan tersebut menata makanan di atas meja.Fero pun mulai turun dari tempat tidur,lalu mulai menyantap hidangan makan malamnya dengan sangat lahap.
" Ayo,makan lah!" ajak Fero dengan mulut yang sudah penuh.
" Maaf,Nona! sebelumnya terimakasih, tapi saya tidak bisa."merasa tidak enak Narend menolaknya secara halus.seketika makannya terhenti,terdengar suara sendok dan garpu bertending di atas piring.
" Kau berani menolak ku!" teriak Fero kesal,matanya membulat sempurna,wajah cantiknya terlihat sangat menyeramkan jika sedang marah.
" Ya sudah,aku juga tidak mau makan,bereskan semua makanan ini!" titahnya,nafsu makannya seketika hilang,Narend pun memilih mengalah tak bisa berbuat apa apa lagi.
" Maaf Nona! sebaiknya anda habiskan makananya,aku akan menemani anda." ujar Narend,kemudian ia mendaratkan bokongnya di atas lantai beralas karpet bertumpu dengan kedua lututnya.
" Kenapa di bawah,duduklah di atas!" bentak Fero sambil menepuk ruang di sebelahnya,lagi lagi Narend menurutinya,ia duduk di sofa sebelah majikannya.
Pria itu mulai menyendokan nasi dan lauk pada piring yang sudah di sediakan,tiba tiba saja tangan Fero terulur ke depan mulutnya dengan sesendok nasi,pria itu terlonjak kaget menatap tak mengerti pada gadis di hadapanya.
" Aaakk,,buka mulut mu! ibu ku pernah bilang makan dari tangan orang lain rasanya akan jauh lebih nikmat." ujarnya antusias,dengan ragu Narend pun membuka mulut,cepat cepat gadis itu memasukan makanannya,ia terbahak setelah berhasil membuat Narend membulatkan mata dengan mulut penuhnya,hingga beberapa kali ia mengerjai Narend memasukan makanan terus menerus ke dalam mulut pria itu.
" Cukup,Nona!" Narend mengiba ia melambaikan tangan tanda menyerah,gadis itu mendesis sebal,kemudian melanjutkan makannya.
" Tunggu dulu." ucapnya tiba tiba,gadis itu menatap Narend dengan begitu intens,perlahan tapi pasti ia mulai mendekatkan wajahnya dengan tangan terulur,seketika pria itu memundurkan tubuhnya dengan gugup.
" Anda mau apa Nona?" tanyanya,namun Fero tak menjawab,tak lama ia berhasil mengusap sudut bibir Narend dengan ibu jarinya.
" Ada saus." ucapnya,kemudian kembali ke posisi semula,lalu menjilat saus tersebut dari jembolnya.
Narend menghela nafas lega,seraya merutuki fikirannya yang mulai tak normal,otaknya seolah sudah terkontaminasi akibat terlalu sering melihat pemandangan indah yang ada pada tubuh majikannya.
" Seandainya kau kekasih ku,mungkin aku bisa menghapus saus itu dengan bibir ku." gumam Fero pelan,namun masih bisa terdengar,Membuat Narend kembali tercengang,nemelan salivanya dengan susah parah.
" Suapi aku juga!" pinta Fero seraya membuka mulutnya lebar lebar,Narend pun menurutinya,ia menyuapi Fero dengan pelan dan hati hati gadis itu tersenyum dengan mata berbinar.
" Ibu ku memang selalu berkata benar." lirihnya,sudut matanya mulai basah,dengan segera ia menyekanya.
Selesai makan,Fero memanggil seorang pelayan untuk membereskan bekas makannya,ia lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi,tiba tiba tubuhnya menegang,terlihat sangat ketakutan,gadis itu segera memanggil Narend.
" Narend! ambilkan aku handuk!" teriaknya dengan suara bergetar,dengan cepat pria itu meraih handuk yang tergandung tak jauh darinya lalu memberikannya pada Fero,tidak lama gadis itu keluar dari kamar mandi dengan wajah pucat,serta keringat sebiji jagung membasahi kening dan lehernya.
"Bersihkan darah itu lalu buang pembalutnya!" titahnya dengan lemas,kemudian ia duduk di sofa masih dengan nafas memburu.
" Aku tidak suka ini,aku tidak suka!!" teriaknya frustasi sambil menutup wajahnya lalu menyugar rambutnya dengan kasar.
Sementara Narend dengan telaten,melakukan tugasnya,meskipun ini merupakan hal yang pertama untuknya,namun ia tidak mempersalahkannya,baginya itu salah satu tanggung jawab terhadap pekerjaanya.
Setelah merasa tenang,Fero mulai beranjak,lalu mengintip Narend yang masih berada di dalam kamar mandi tengah membersihkan lantainya yang sedikit terkena bercak darah,gadis itu sedikit terharu melihat tindakan Narend yang selalu menuruti perintahnya tanpa membantah.
" Nona! anda belum memakai...." ucapnya tergantung,lalu melirik Fero yang masih mengenakan handuk. jubahnya.
Gadis itu mulai tersadar,dengan cepat berlari ke kamar ganti,hendak mengganti pakaian dan memakai pembalut yang baru.
Tidak lama ia keluar dengan baju tidur kurang bahan,berjalan santai melewati Narend yang menatapnya tak berkedip.
" Pandang aku sepuasnya,anggap saja ini bayaran atas pekerjaan mu hari ini." ujarnya,membuat Narend gelagapan lalu memalingkan wajah.
Fero tersenyum kecil,sambil menatap Narend yang kini tengah duduk di atas sofa.
" Berapa ayah ku menggaji mu?" tanyanya.
" Aku tidak tau?" jawab Narend apa adanya.
" Kenapa bisa tidak tau?" Fero mengerutkan mata heran.
" Aku belum menerima gaji,karena baru bekerja beberapa hari."
" Seharusnya kau pastikan dulu jagi mu berapa,baru menerima pekerjaan,dasar bodoh!" umpatnya kesal,kemudian ia merebahkan tubuhnya,sambil menutup sebagian tubuhnya dengan selimut.
" Jangan coba coba keluar dari kamar ini,kalau kau merasa tidak nyaman tidur di sofa,tempat tidur ku masih cukup untuk di tempati berdua." ucapnya tanpa ragu sambil menutup matanya.
Sementara Narend dengan cepat menggelengkan kepala.
...****************...
Yuk guys kasih dukunganya juga,setelah membaca pastikan like komen dan votenya...terimakasih 😉😉😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
NandhiniAnak Babeh
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
...
sabar yeee tong..
si Eneng emang bgtu org nya
2022-05-22
0