Diana menghapus air matanya dan melepaskan diri dari pelukan Guntur. Entah mengapa, perhatian, ketegasan dan kasih sayang Guntur Pramudya telah membuat gadis itu luluh dan sanggup menceritakan kisah masa lalunya
"Maafkan aku sayang, telah membuatmu menangis," ucap Guntur meminta maaf.
Perlahan dihapusnya air mata gadis itu.
"Nggak apa-apa mas," jawab Diana disela isak tangisnya yang mulai mereda.
"Aku hanya nggak ingin ada yang kamu sembunyikan dariku An,"
"Mas juga, jangan sembunyikan apapun dariku. Kumohon, karena aku tidak akan pernah memaafkan mas kalau sampai mas juga melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan si brengsek Tomi," ucap Diana mengingatkan kekasihnya.
Amarahnya masih belum mereda.
Bagaimana kalau sampai Diana tau statusku yang sebenarnya. Dia pasti akan sangat terpukul dan membenciku. Apa yang harus kulakukan, batin Guntur khawatir.
Temaran cahaya lampu menutupi wajah Guntur yang terlihat gelisah. Laki-laki itu akhirnya memutuskan untuk berpamitan, khawatir Diana akan bertanya lebih jauh tentang dirinya.
"Aku pamit sayang, udah malam banget. Kamu tidur ya," pamit Guntur akhirnya. Dikecupnya ujung rambut Diana.
Diana mengangguk. Gadis itu melangkah keluar mengikuti Guntur yang berjalan sambil menggandeng tangannya. Diana merasa lega telah berkata jujur kepada kekasihnya.
"Masuklah An". ujar Guntur sesampainya diteras rumah Diana.
Gadis itu mengangguk dan berdiri di depan pintu. Selepas Diana masuk, Gunturpun melangkah pergi.
Sepanjang perjalanan pulang, pikiran Guntur menerawang, memikirkan Diana. Disaat yang sama bayangan Riana dan Kiara bergantian berkelebat memenuhi pikirannya.
Apa yang harus kulakukan. Aku terperangkap dalam permainanku sendiri. Apakah ini yang dinamakan karma karena keseringan mematahkan hati gadis-gadis diluar sana ? batin Guntur mulai kacau.
Tak terasa Guntur telah sampai didepan cafe raminah. Diambilnya moge yang terparkir didepan rumah Inah.
Terlihat pintu rumah Inah masih tertutup pertanda yang punya rumah belum pulang. Laki-laki itupun menaiki mogenya dan melaju membelah jalanan kota.
Malam telah merangkak menuju dini hari ketika Guntur Pramudya tiba di barak. Beberapa kawannya terlihat masih bersantai sambil memainkan gitar. Suara berat si Poltak terdengar menyanyikan lagu Batak disambut riuh tepuk tangan kawan-kawannya.
Setelah memarkir mogenya, Guntur melangkah kearah mereka. Terlihat si Poltak menghentikan nyanyiannya begitu melihat kehadiran Guntur Pramudya.
""Ini dia penyanyi kita sudah pulang. Hmm, bagaimana perasaanmu hari ini bang?" tanya si Poltak sambil bergeser memberi ruang untuk Guntur duduk.
"Biasalah bang. Kayak nggak tau aja kau," celetuk yang lain sambil menepuk bahu Guntur.
Tak ada reaksi apapun dari laki-laki itu.
"Ayo bang, nyanyi dulu," si Poltak menyerahkan gitar ditangannya kepada Guntur, namun laki-laki itu menolak.
"Abang lanjutin aja nyanyiannya. Aku kedalam dulu. Nanti aku kembali," tolak Guntur sambil menyerahkan kembali gitar ditangannya kepada si Poltak.
"Ada apa bang, apa ada masalah?" tebak Anton ketika melihat raut wajah Guntur yang tidak seperti biasanya.
Guntur menggeleng dan menghela napas panjang. Kedua sahabat itu melangkah berbarengan ke barak mereka.
"Ternyata Diana memiliki masa lalu yang kelam Ton, aku kasihan kepadanya. Tapi aku juga mulai merasa terperangkap dalam permainan dan perasaanku sendiri,".
"Mau bagaimana lagi bang, Abang yang sudah memulai permainan ini dan abang pula yang harus mengakhirinya,".
"Aku paham Ton. Tapi aku nggak mungkin mutusin Diana saat ini. Mungkin jika nanti kita kembali, seiring waktu Diana akan melupakan aku. Tapi untuk mutusin dia, aku nggak bisa,".
"Tapi abang harus memilih. Cepat atau lambat Diana akan tau siapa abang. Lantas jika saat itu tiba, apa yang akan abang lakukan?".
Guntur terdiam, mencoba mencari jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan Anton.
"Kita lihat gimana nanti aja Ton," jawab Guntur akhirnya.
Dikeluarkannya sebungkus rokok Filter dari dalam saku bajunya dan ditawarkannya kepada Anton. Anton menggeleng.
Beberapa detik kemudian terlihat Guntur Pramudya menghisap dalam rokok filternya. Pikirannya menerawang, membayangkan wajah Diana, Riana dan Kiara. Dalam benak Guntur belum terbersit rencana apapun.
Hubungan kami baru dimulai. Ahhh, biarlah waktu yang akan menentukan segalanya.Tapi aku harus waspada jika sewaktu-waktu Diana tau tentang statusku. Harus ada alasanku yang bisa diterima gadis itu batin Guntur akhirnya mulai menyusun rencana.
Dalam kegalauannya, laki-laki itu akhirnya tertidur pulas dalam buaian mimpi tentang kekasihnya Diana, istrinya Riana dan putri cantiknya Kiara.
\=\=\=\=\=\=\=\=
Keesokan harinya setelah apel pagi, Guntur bersiap untuk menuju rumah Diana. Hari ini adalah minggu pertama hubungannya dengan gadis itu dan mereka telah berjanji untuk berkunjung ke beberapa tempat wisata berdua.
Sejak pertama bertugas di kota ini, Guntur Pramudya belum pernah mengunjungi tempat-tempat wisatanya yang menurut masyarakat setempat masih sangat asri.
Seperti Diana, Guntur juga menyukai pemandangan laut dan gunung. Apalagi disaat terbit dan terbenamnya matahari. Suasana favorite keduanya.
Hari ini mereka berniat mengunjungi salah satu objek wisata pantai yang cukup terkenal dikota ini. Pantai yang indah dan berpasir putih dengan pemandangannya yang memukau.
Setelah berganti pakaian dengan setelan baju yang lebih santai, Gunturpun memacu laju mogenya menuju rumah Diana. Sesampainya Guntur dirumah gadis itu, dilihatnya Diana telah berdiri didepan pintu rumahnya, menyambut kedatangan Guntur
"Assalaamualaikum sayang," ucap Guntur memberi salam. Terlihat senyuman menghias wajahnya ketika meilhat Diana yang buru-buru berdiri menyambut kehadirannya. senyumnya terlihat sumringah.
"Waalaikumsalaam masku," Diana membalas salam Guntur sembari tertawa malu.
hai..hai..ada yang berbeda hari ini. Diana memanggilku dengan sebutan masku ? Guntur tersenyum senang.
Diana menyambut kekasihnya. Rupanya setelah peristiwa semalam, Diana sudah mulai bisa move on dari masa lalunya.
Dengan mengenakan jeans biru muda dipadu T-shirt putih selutut dan pashmina biru mudanya, Diana terlihat lebih fresh. Sebuah kacamata coklat tua bertengger di hidungnya yang bangir.
"Sudah siap?" tanya Guntur.
"Udah," jawab Diana singkat.
Diana menatap dandanan kekasihnya yang terlihat keren. Seperti sudah saling berjanji untuk mengenakan pakaian yang sama, Gunturpun terlihat tampan dengan Jeans biru muda dan T-shirt putih ketat yang membungkus tubuh kekarnya.
Ditambah kacamata hitam yang dipakai Guntur, laki-laki itu sukses membuat Diana terpana.
Hmm, yang begini ini nich yang bakal membuat aku cemburu setiap hari. Kenapa dia harus setampan ini ? Diana membatin, kesal tapi bangga.
"Kamu terlihat cantik sayang,".
"Kamu juga mas, terlihat tampan,".
Diana tersipu malu. Bukan hanya karena pujian Guntur padanya, tapi juga karena pujiannya yang ditujukan kepada laki-laki itu.
"Ayoo, kita jalan," ajak Guntur akhirnya.
Diana memgangguk dan mengambil tas yang diletakkanya diatas meja teras rumahnya. Setelah menutup pintu, Diana melangkah mendekati kekasihnya.
Laki-laki itu kemudian menaiki mogenya diikuti Diana. Ditariknya tangan Diana kearah pinggangnya. Gadis itu menurut dan memeluk pinggang kekasihnya.
Gunturpun memacu laju mogenya menuju pantai yang ingin mereka kunjungi. Mentari pagi mulai menampakkan senyumnya, seperti senyum kedua sejoli yang merekah hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Maya●●●
udah aku masukan daftar fav ya kak. semangatt
2022-09-24
1