Pagi yang cerah. Mentari pagi masih malu-malu menampakkan pesonanya.
Diana sedang bersiap-bersiap hendak pergi ke kantor.
Mengenakan kemeja putih lengan panjang dipadu blazer abu-abu dan celana panjang dengan warna senada. Sehelai pasmina berwarna abu-abu muda menghiasi kepala Diana, menutupi rambutnya yang panjang terurai.
Diana terlihat bergairah memulai aktivitasnya pagi ini.
Tidak lupa sepasang sepatu high heels 5 cm menghiasi kaki Diana. Ukuran tubuh Diana yang tidak terlalu tinggi membuat Diana selalu memakai sepatu dengan hak sepatu yang lebih tinggi membuat dirinya terlihat agak semampai.
Sepuhan make up tipis dengan warna natural dan polesan lipstik merah maron, warna kesukaan Diana membuat kecantikan alami Diana terpancar sempurna.
Diana baru saja menyelesaikan sarapan paginya, sepiring nasi goreng seafood dan segelas air putih, ketika tiba-tiba pintu rumahnya diketuk seseorang dari luar sambil memanggil namanya.
"Assalaamualaikum, An," terdengar suara salam seorang wanita yang dikenal baik oleh Diana. Suara kak Inah.
"Waalaikumsalaam," jawab Diana seraya berdiri membuka pintu rumahnya.
Walaupun tinggal sekota, tapi Diana memilih hidup terpisah dengan kakaknya Inah dan si kakak ipar, Rama.
Ingin mandiri, itu alasan Diana setiap kali diajak tinggal bareng kakaknya.
"Udah siap ngantor An?" tanya Inah melihat Diana yang sudah terlihat rapi.
"Iya kak. Ada apa, tumben pagi-pagi udah nyamperin saya?" tanya Diana sembari mengambil tas berwarna hitam yang diletakkan Diana di atas meja riasnya.
"Ada seseorang yang nyari kamu An, lagi di cafe sekarang, lagi ngopi," lanjut Inah mengatakan maksudnya pagi-pagi ke rumah Diana.
"Siapa?" Diana menatap kakaknya heran.
Sepagi ini ada yang mencari dirinya ?. Kening Diana berkerut.
"Namanya Guntur, tentara yang baru saja Dinas di sini. Kata Rama semalam sudah berkenalan denganmu An," lanjut Inah sembari menatap wajah heran Diana.
Diana Terlihat berusaha mengingat kembali kejadian semalam di cafe raminah. Awal perkenalannya dengan laki-laki yang bernama Guntur.
Oh, ternyata dia, ujar Diana dalam hati.
Tumben banget pagi-pagi udah namu.
Walaupun perkenalan mereka sedikit
menciptakan debaran dihati Diana, namun begitu pagi menjelang debaran itupun dilupakan Diana dengan sendirinya.
"Ayo An, ditemui..sebentar aja sebelum kamu ngantor," ajak Inah.
"Nggak akh kak, nanti aja. aku sudah terlambat ke kantor," tolak Diana halus sembari melangkahkan kaki ke arah pintu rumahnya.
"Sebentar aja An, ga enak sama orangnya," ujar Inah sedikit memaksa sambil mengikuti langkah kaki Diana.
Diana menutup pintu rumahnya kemudian menguncinya dan melangkah kearah motor scoopy kesayangannya yang terparkir di depan rumah. Sekilas menoleh kearah Inah yang mengikutinya dari belakang, gadis itu memberi isyarat tidak ingin menemui Guntur.
"Kalau dia nanyak, bilang aja aku sudah ke kantor kak," Diana memberi ide kepada Inah sembari menaiki motor scoopynya dan melaju perlahan membelah pagi.
Inah menggeleng perlahan.
Hmm..Diana..Diana, kapan kamu mau sedikit merubah sikapmu, pikir Inah dalam hati.
Inah akhirnya melangkah meninggalkan rumah kost adiknya yang memang tidak jauh jaraknya dari rumah tempat tinggal Inah dan Rama.
Ketika melewati cafe raminah milik Inah, Diana sengaja memperlambat laju motornya. Sekilas Diana menolehkan pandangannya kearah ruangan cafe.
Masih sepi, hanya terlihat Guntur sedang duduk santai sambil menikmati secangkir kopi dan beberapa potong pisang goreng hangat ditemani Rama, kakak ipar Diana.
Kali ini Guntur terlihat lebih rapi dengan seragam loreng lengkap dan topi baret berwarna coklat yang menutupi kepalanya.
Hmm, boleh juga.
Seulas senyuman Diana terukir manis disudut bibirnya.
Ah. nanti aja sepulang kerja aku temuin mas Guntur, pikir Diana.
Paling juga dikit lagi dia sudah pulang.
Dianapun memacu motornya membelah jalanan kota berudara segar yang masih terlihat sepi.
Setibanya di kantor tempat Diana bekerja, setumpuk pekerjaan sudah menunggu keuletan gadis itu.
Beberapa berkas perjanjian kerja diletakkan diatas meja kerja Diana oleh asistennya, menunggu untuk direvisi oleh Diana.
Dua buah proposal juga harus segera ditanda tangani si big bos dan pagi ini akan dibawa Diana bersama beberapa staf bagian pemasaran ke beberapa perusahaan mitra kerja tempat Diana bertugas.
Kesibukan Diana pagi hingga siang menjelang membuatnya lupa bahwa ada seseorang yang menunggunya dengan setia di cafe raminah.
Guntur Pramudya.
Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 ketika Diana melangkahkan kakinya meninggalkan ruang kantor yang sudah mulai sepi.
Diana terbiasa menyelesaikan semua pekerjaanya di kantor dan tidak membawanya ke rumah agar dirinya memperoleh waktu luang untuk dirinya sendiri sesampainya dirumah nanti.
Diarahkannya laju motor scoopy merah muda kesayangannya membelah jalanan kota yang terlihat ramai.
Biasanya diwaktu-waktu seperti ini Diana selalu menyempatkan diri untuk duduk santai ditepi pantai sepanjang pesisir kota sambil menikmati segelas air susu jahe dan jagung bakar pedas kesukaannya.
Menikmati saat-saat matahari mulai tenggelam adalah moment kesukaan Diana. Pesona sunset di kota kecil itu terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Namun kali ini Diana melewatkan hobinya yang satu ini. Banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan gadis itu dikantor hari ini membuat Diana ingin segera sampai dikamarnya yang nyaman dan merebahkan dirinya dikasurnya yang empuk.
Dianapun memacu laju kecepatan motor scoopynya menuju pulang.
Ketika melewati cafe raminah, secara tak sengaja, ekor mata Diana mengarah ke arah ruangan cafe.
Deg...
Astagaa. laki-laki itu masih menunggu disana, pekik Diana kaget.
Diana tersadar mengingat apa yang dikatakan Inah tadi pagi. Laki-laki itu ternyata masih menunggunya.
Merasa tidak enak hati, Dianapun memutar perlahan arah laju motornya menuju cafe raminah. Terlihat Inah menyambutnya dengan mimik wajah agak kesal.
Duh, maafkan daku kakakku sayang, ujar Diana dalam hati.
Dilemparkan seulas senyuman termanis miliknya kepada Inah, kakaknya.
"Maaf kak, tadi pekerjaanku di kantor banyak sekali sampai aku lupa kalau dia menungguku disini", Diana memberi alasan sambil memandang ke arah Inah yang seakan ingin mengajukan protes kepada dirinya.
Inah diam saja dan dengan ekor matanya memberi isyarat agar Diana mendekati Guntur.
Pandangan mata Diana beralih ke arah Guntur ketika terdengar suara batuk kecil laki-laki itu. Sebuah senyuman dan anggukan kecil diberikan Guntur kepada Diana.
Perlahan gadis itu melangkahkan kakinya ke arah laki-laki itu. Begitu melihat Diana, Ramapun beringsut pergi meninggalkan Guntur dan Diana berdua.
"Maaf pak, eh ..mas," sapa Diana kikuk sesampai dirinya dimeja tempat Guntur duduk.
Laki-laki itu tersenyum dan mengibaskan sebelah tangannya.
"Ga papa mbak Diana, saya tau mbak sibuk di kantor, makanya tadi saya sempatin pulang dulu dan balik lagi setelah jam kerja mbak selesai," ujar Guntur mencoba mencairkan kekakuan yang tercipta diantara mereka.
Diana tersenyum lega.
Syukurlah ..ucapnya dalam hati.
Hmm, gigih juga pria ini, batin Diana memuji.
Diana kemudian duduk di kursi yang disodorkan Guntur kepadanya. Gadis itu meletakkan tas hitam yang dibawanya ke atas meja dan mengangguk ramah kearah Guntur sembari tersenyum tipis.
"Terima kasih," ujar Diana disambut anggukan kepala Guntur.
Sejurus kemudian terlihat Inah mendekati Diana dan Guntur sambil membawa secangkir kopi hitam hangat pesanan Guntur dan segelas juice alpukat kesukaan Diana. Tak lupa sepiring pisang crispy coklat keju menu andalan cafe raminah turut melengkapi menu yang disajikan Inah kepada mereka.
"Terima kasih mbak Inah," ucap Guntur ramah.
Inahpun berlalu meninggalkan Diana dan Guntur yang kembali terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Inru
Mampir thor
2022-09-02
1
Rini Antika
jgn malu" tp mau..🤭 Aku hadir Kak, semangat terus ya..💪💪
2022-08-20
1
Bintang Laut
Parah sih Guntur ini. Ingat dirumah ada Kiara
2022-08-10
1