Setengah berlari, Diana meninggalkan warung. Tak diperdulikannya suara ibu Sri yang memanggil-manggil namanya.
Gadis itu terlihat sesekali menghapus air matanya dan menyetop ojek yang lewat kemudian berlalu meninggalkan warung.
Guntur Pramudya masih duduk diam ketika ibu Sri menegurnya, laki-laki itu tertegung, tidak menyangka apa yang baru saja dilakukannya terhadap Diana.
Masih terasa sentuhan lembut bibir gadis itu.
"Diana kenapa mas," tanya ibu Sri lagi sambil menepuk bahu Guntur, mengejutkanya.
Sontak laki-laki itu mendongak kaget dan memalingkan wajahnyanya kearah pintu keluar. Terlihat bayangan Diana sudah tak tampak lagi.
Astaga...apa yang baru saja kulakukan, batin Guntur tersadar.
Secepat kilat Guntur melompat dari kursinya dan berlari keluar, bermaksud mengejar Diana. Namun gadis itu sudah berlalu. Laki-laki itu kemudian memutar langkahnya kembali ke warung.
Diana pasti marah besar kepadaku, pikir Guntur.
Percuma mengejarnya.
Ibu Sri terlihat berdiri sambil memegang belanjaan pesanan Guntur. Sorot mata ibu Sri mengandung tanya. Guntur tau, harus ada penjelasan yang diberikannya kepada ibu Sri tentang peristiwa barusan.
"Diana kenapa mas, kok tadi terlihat seperti sedang menangis?. Ibu panggil-panggil juga Diananya diam aja," tanya ibu Sri lagi.
Guntur mengambil sebuah kursi dan didudukinya.Terdengar tarikan napas berat laki-laki itu.
Aaarg , brengsek..apa yang sudah kulakukan, batinnya mengutuk.
Seharusnya aku bersikap lebih sopan dan lembut kepada gadis itu. Kalau sudah seperti ini, pasti..gadis itu tidak akan mau menemuiku lagi, sesal Guntur.
"Aku menciumnya bu," jawab Guntur, lebih seperti mengguman.
Sebelah tangannya menyentuh bibirnya sendiri. Ada sesuatu yang masih terasa disana.
Walaupun hal itu biasa dilakukan Guntur kepada gadis-gadis lain yang dipacarinya. Tapi dengan Diana, ini adalah kali pertamanya mencium gadis itu, dan itupun terjadi secara spontan dan tanpa disengaja. Situasi yang memaksa dirinya melakukan hal itu.
"Astaga mas, pantesan gadis itu terlihat marah," ibu Sri terkejut, menilik wajah Guntur yang terlihat menyesali perbuatannya.
Tumben...biasanya anak angkatku ini santai dan acuh tak acuh menghadapi para gadis yang mengejarnya.
Guntur memang laki-laki yang tampan. Tak heran banyak gadis yang ingin dipacarinya. Tapi hari ini ada yang berbeda dengan anak ini.
"Kamu benar jatuh cinta padanya mas?" tanya ibu Sri mencoba mengorek isi hati Guntur.
Tak ada jawaban keluar dari mulut laki-laki itu.
Diana memang mulai terasa istimewa bagi Guntur. Terlepas dari tujuan awal dirinya mendekati gadis itu, Guntur secara tak sadar mulai menyimpan perasaan yang lain terhadap Diana.
Perasaan yang sebelumnya tidak ingin diberikannya kepada gadis manapun. Perasaan yang dicobanya untuk hanya diberikan kepada Riana, istrinya. Perasaan cinta dan sayang.
Guntur terhenyak,..
Apakah ini yang dinamakan karma karena seringnya aku menyakiti hati istriku dan hati gadis-gadis yang kupatahkan hatinya ?, Kali ini aku kena batunya hanya gara-gara sebuah ciuman yang tak direncanakan, batin Guntur.
"Ya..mungkin aku memang telah jatuh cinta kepadanya bu, dan seharusnya hal ini tidak terjadi padaku," Guntur menceritakan detail peristiwa yang barus saja terjadi antara dirinya dengan Diana.
Selama bertugas di kota ini, Guntur telah menemukan sosok "ibu" yang baik dalam diri ibu Sri.
Perempuan yang sudah dianggap Guntur seperti ibunya sendiri.
Perempuan paruh baya yang telah lama ditinggal mati suaminya dan memutuskan untuk membesarkan anak-anaknya sendiri.
Perempuan yang tidak ingin terlalu ikut campur, namun selalu memberikan nasehat-nasehatnya yang tidak menggurui kepada laki-laki itu walaupun dia tau Guntur telah memiliki seorang istri dan putri yang lucu diseberang sana.
"Yo wes lah mas, selesaikan masalah kalian dengan hati dingin. Cinta itu anugerah yang tidak bisa mas hindari, namun bisa mas kontrol dengan kesadaran hati mas," ibu Sri menepuk pundak Guntur, memberinya sedikit nasehat.
Guntur mengangguk dan menyandarkan tubuhnya, mencoba lebih memahami situasi yang baru saja dihadapinya.
Tas belanjaan yang dibawa ibu Sri diletakkan perempuan itu di atas meja didepan Guntur yang masih terdiam dengan pikirannya sendiri.
"Semua pesanan mas sudah ibu beli, ini belanjaan untuk gadis itu ya mas ?" tanya ibu Sri.
"Iya bu..sengaja aku beli untuk cemilan Diana. tadi dia tidak menghabiskan makanannya. Padahal waktu makan siang sudah lewat," jawab Guntur sambil membuka dompetnya dan mengeluarkan beberapa helai uang ratusan ribu.
"Kelebihannya untuk ibu saja," Guntur memberikan uang itu ketangan ibu Sri, kemudian berlalu sambil membawa tas belanjaan berisi makanan ringan untuk Diana.
Laki-laki itu melangkahkan kakinya meninggalkan warung menuju moge yang diparkirnya tak jauh dari warung ibu Sri.
Harus ke arah mana aku pergi, pikir Guntur setelah menyalakan mesin mogenya.
Akh..ke kantor Diana saja. mungkin dia sudah tidak marah lagi, tebak laki-laki itu.
Lebih cepat diselesaikan masalah ini, lebih baik bagi dirinya dan Diana.
Akhirnya Guntur memutuskan untuk menyusul Diana ke kantornya. Dipacunya kecepatan mogenya melaju menuju kantor Diana.
Sesampainya di kantor Diana, Guntur Pramudya sengaja tidak memarkir mogenya di area parkir kantor. Moge sengaja diparkir jauh dari kantor agar tak terlihat oleh Diana.
Dengan begini Diana tidak bisa menghindari pertemuan denganku, pikir Guntur menyusun rencana.
Dengan teliti, Guntur melayangkan pandangannya kearah kantor Diana, mencari sosok gadis itu dari jauh. Mata elangnya tak menemukan sosok Diana.
Tiba-tiba terlihat Imah, rekan sekantor Diana melangkah keluar dari kantor. Dibelakangnya terlihat Anton, pacarnya yang juga teman seletting Guntur Pramudya mengikuti langkah kaki gadisnya.
Guntur turun dari mogenya dan bergegas mendekati Anton dan Imah.
Melihat kehadiran Guntur, Imah dan Anton kemudian menghentikan langkah kaki mereka, menunggu Guntur mendekati mereka.
"Maaf mbak, Diana dimana ya?" tanya Guntur begitu berada di hadapan keduanya.
"Bang...," Anton menyapa laki-laki yang dipanggil abang olehnya.
Dari Imah, Anton mengetahui soal kedekatan Guntur dengan Diana. Walaupun Anton tau pasti status Guntur Pramudya yang telah beristrikan Riana dan memiliki satu orang putri, tapi Anton tidak pernah menceritakannya kepada siapapun yang dekat dengan Guntur, termasuk kepada Imah, pacarnya yang juga merupakan salah satu sahabat Diana.
"Ton ..," Guntur menjawab sapaan Anton, menepuk pundak Anton dan kembali mengalihkan pandangannya ke arah Imah.
"Diana sudah pulang duluan mas, tadi aku ajak bareng, tapi Diananya diam aja", jawab Imah sambil meneliti raut wajah Guntur.
Saat mengajak Diana pulang tadi, Imah sempat melihat sembab dimata Diana. Entah apa yang telah terjadi dengan sahabatnya itu.
Imah ingin bertanya, mengapa Diana terlihat seperti habis menangis. Tapi gadis itu tau sifat Diana yang jarang menceritakan masalah pribadinya dengan siapapun, termasuk dengan dirinya.
"Maaf mas, kalo boleh tau apa yang terjadi dengan Diana. Tadi saat kuajak pulang, Diana diam saja dan terlihat seperti habis nangis," Imah mencoba mengorek informasi dari mulut Guntur Pramudya.
Pasti laki-laki itu penyebab Diana menangis hari ini, tebak Imah.
"Tidak ada apa-apa mbak, ya udah..terima kasih infonya. Biar aku susul Diana ke rumahnya," Guntur kemudian berpamitan sambil menepuk pundak Anton.
"Aku duluan ton..mbak," pamit Guntur.
"Iya..silahkan mas", jawab Imah diiringi anggukan kepala Anton.
Guntur Pramudya akhrnya memutuskan untuk menyusul Diana ke rumahnya.
Masalah ini harus segera diselesaikannya dengan gadis itu. Apapun resiko yang akan dihadapinya nanti, batin Guntur mantap.
Guntur mengarahkan laju mogenya menuju rumah Diana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Bintang Laut
btw karma tuh, suka nyakitin cewek kan. Akhirnya giliran hatimu yg dipatahkan 😁😁😁
2022-08-17
0
Bintang Laut
istrinya Riana
ini Diana
biar ga ketahuan manggilnya sama-sama An🤭🤭🤭
2022-08-17
0
Dehan
Waduh, guntur udah punya istri beneran.. 😞
istrinya namanya riana, gadis yg dicintai namanya diana 😄
2022-08-13
1