Guntur memacu land rover hijaunya melaju meninggalkan kantor Diana.
Setelah mengantar gadis itu, Guntur kembali ke barak dan bersiap melaksanakan tugas harian mendampingi komandan melakukan kunjungan ke beberapa camp-camp pengungsi. Semua persiapan telah dilakukan Guntur, memeriksa kondisi mobil dan persiapan-persiapan lainnya.
Tepat jam 08.00 rombongan meninggalkan barak.
Saat bertugas seperti ini, Guntur benar-benar fokus dan menghindari setiap kemungkinan terjadinya kesalahan tekhnis di lapangan.
Loyalitas dan etos kerja Sertu Guntur Pramudya tidak diragukan lagi. Hal itulah yang membuat dirinya dipercaya sebagai salah satu ajudan komandan selama bertugas di kota ini.
Waktu telah menunjukkan pukul 12.00 ketika Guntur Pramudya menyelesaikan tugasnya.
Saat makan siang, laki-laki itu memanfaatkan waktu luang yang dimilikinya untuk melongok Diana di kantornya.
Letak barak Guntur yang berjarak tidak terlampau jauh dari kantor tempat Diana bekerja membuat laki-laki itu memiliki banyak kesempatan dan waktu untuk sekedar memantau aktivitas gadis yang diincarnya.
Dengan mengendarai Yamaha R253 yang disewa Guntur dari penduduk setempat untuk menunjang kegiatan kesehariannya selama didaerah tempatnya bertugas, laki-laki itu bergegas memacu mogenya menuju kantor Diana.
Semoga aku bisa mengajak gadis itu makan siang hari ini, batin Guntur berharap.
Sesampainya di kantor Diana, Guntur memarkir mogenya di area parkir halaman kantor.
Sebuah kaca mata hitam melindungi mata laki-laki itu dari teriknya sinar matahari. Penampilannya semakin memukau.
Beberapa pasang mata perempuan yang berada di halaman kantor Diana memandang takjub ke arah Guntur Pramudya. Terpancar jelas kilat kekaguman dimata mereka melihat pesona Guntur yang terlihat macho.
Guntur merapikan seragamnya dan kemudian melangkah menuju lobi kantor Diana.
Kantor mulai terlihat sepi. Beberapa konsumen dan pegawai kantor berlalu lalang disekitar ruang lobi. Beberapa pegawai mengangguk ramah ke arah Guntur Pramudya setelah melihat kehadiran laki-laki itu dan dibalas Guntur dengan senyuman di wajahnya.
Guntur mengarahkan pandangan matanya ke sekeliling ruang kantor. Tidak terlihat sosok Diana disana. Ruang tempat Diana bekerja juga terlihat lenggang. Hanya ada beberapa pegawai yang sedang menyelesaikan tugas mereka masing-masing.
Hmm, kemana gadis itu ? gumannya pelan.
Apa mungkin Diana sedang keluar ? pikir Guntur menerka.
Tak berselang lama, tiba-tiba terlihat sosok Diana bersama beberapa rekan kerjanya melangkah keluar dari ruang pimpinan.
Gadis itu berjalan sambil tertawa, beriringan dengan seorang wanita yang dikenal Guntur sebagai Imah, pacar kawan seletting Guntur dan seorang laki-laki berdasi yang terlihat sedikit memberikan perhatian lebih kepada Diana.
Ada cemburu yang tiba-tiba menggelayuti hati Guntur Pramudya.
Hmm, itu gadisku..rutuknya.
Sekilas ekor mata Diana menangkap kehadiran sosok yang dikenalnya sedang duduk di kursi ruang lobi.
Mas Guntur ? tanya Diana dalam hati.
Ragu-ragu, gadis itu menolehkan pandangannya ke arah lobi.
Benar...itu dia.
Terlihat Guntur masih memandangi dirinya, tanpa ekspresi. Kening Diana berkerut heran.
Kenapa laki-laki itu terlihat seperti tidak suka ?pikir Diana bertanya-tanya.
Diana melihat ke sekelilingnya, mencoba mencari tau apa yang membuat Guntur bersikap seperti itu. Matanya menelisik satu persatu orang-orang yang ada disekitarnya.
Upss.. apa mungkin si Teddy yang membuat Guntur terlihat tak suka ? pikir Diana menebak.
Astagaaa, laki-laki itu mulai bersikap posesif terhadap dirinya.
Menyadari gelagat yang tidak mengenakan yang ditunjukkan Guntur kepadanya, buru-buru Diana memutar langkahnya menuju ke arah lobi.
Mata Guntur Pramudya masih lekat memandangi dirinya, namun kali ini, terlihat sedikit senyuman tersungging di sudut bibir laki-laki itu.
" Mas..?!" sapa Diana sesampainya gadis itu di hadapan Guntur Pramudya.
Laki-laki itu menepuk kursi disampingnya, memberi isyarat Diana untuk duduk. Diana menuruti keinginan Guntur dan duduk disamping laki-laki itu.
"Sudah makan siang?" tanya Guntur
"Belum mas, ini baru mau jalan," jawab Diana ringan.
Sejak beberapa kali pertemuan mereka, Diana sudah mulai terbiasa dengan sikap Guntur. Hal itu membuat dirinya bisa bersikap lebih santai dihadapkan laki-laki itu.
"Makan bareng yuk," ajak Guntur akhirnya.
Terlihat gadis di hadapannya berpikir sejenak. Belum sempat menjawab ajakan Guntur, tiba-tiba laki-laki itu berdiri dan menggenggam tangan Diana. Segera ditariknya perlahan meninggalkan ruang lobi menuju pintu keluar.
Sontak Diana tertegun, kaget menyadari sikap Guntur kepadanya. Jari Jemari kokoh Guntur menggenggam erat jemari mungil Diana.
Tersadar akan sikap Guntur yang tidak biasa, gadis itu berusaha menarik tangannya dari genggaman Guntur. Namun tangan laki-laki itu terlalu kuat menggenggam tangannya. Diana pasrah.
Tak ada alasan bagi Diana untuk menolak ajakan Guntur. Perutnya yang sudah sejak tadi menyanyikan lagu kukuruyuk memaksa Diana mengikuti langkah kaki laki-laki itu.
Beberapa kawan Diana yang melihat adegan itu tersenyum. Diana memang jarang terlihat dekat dengan seorang pria.
Namun kegigihan Guntur Pramudya mampu membuat gadis itu merubah sikapnya. Walaupun belum ada komitmen apapun diantara keduanya.
"Mas, lepaskan tanganku, malu akh dilihat orang," Diana berbisik.
Namun permintaanya tak digubris oleh Guntur yang semakin memperat gengaman tangannya.
Diana pasrah. Diikutinya langkah kaki Guntut menuju parkiran kantornya.
Sesampainya di parkiran, laki-laki itu melepaskan genggaman tangannya dan melangkah menuju mogenya, diikuti Diana.
"Ayo naik, kita makan siang di warung langgananku," ujar Guntur.
Selang beberapa saat Diana memandangi moge yang dinaiki Guntur. Ragu-ragu Diana mengangguk dan naik diboncengan Guntur.
Gadis itu mencoba memberi jarak antara dirinya dengan laki-laki dihadapannya. Menyadari hal itu, Guntur justru menarik tangan Diana dan melingkarkannya di pinggangnya.
Seperti tersihir, Diana mengikuti setiap perlakuan Guntur kepadanya hari ini. Sejak melihat keakraban Diana dan Teddy tadi, Guntur mulai bersikap lebih berani kepada Diana.
Gunturpun memacu motor gedenya membelah jalanan kota yang terlihat ramai.
Dari kaca spion, secara diam-diam laki-laki itu memperhatikan gadis yang diboncenginya. Merasa diperhatikan, Diana mengalihkan pandangannya kearah kaca spion. Keduanya beradu pandang.
Tiba-tiba Diana memekik tertahan melihat seekor kucing yang tiba-tiba menyalip motor yang dikendarai Guntur. Refleks, Guntur mengerem mendadak laju motornya. Akibatnya Diana terdorong ke depan. Tubuhnya kini tanpa jarak dengan Guntur.
Guntur tersenyum.
Kucing pintar,..ucapnya dalam hati.
Tidak lama berselang tibalah mereka di warung langganan Guntur. Sebuah warung sederhana milik ibu Sri, wanita paruh baya yang menjadi orang tua angkat Guntur Pramudya.
Menu yang disajikan rata-rata adalah menu khas seperti nasi uduk, pecel lele, pecel ayam goreng dan lain-lain.
Guntur dan Diana disambut ibu Sri dengan senyum ramahnya.
"Makan mas?" tanya ibu Sri sambil mamandangi gadis yang datang bersama Guntur.
Entah ini gadis keberapa yang dibawa anak angkatnya itu ke warungnya. Wanita itu tak pernah menanyakan kepada Guntur tentang Gadis-gadis yang dibawa dan diperkenalkan kepadanya. Entah sebagai pacar atau hanya sekedar teman biasa.
"Iya bu, seperti biasa aja," jawab Guntur.
Tangannya mencomot sebungkus kerupuk diatas meja.
"Mau makan apa An?" tanya Guntur kemudian.
Diana melihat daftar menu dan memutuskan untuk memesan sepiring pecel ayam goreng dan segelas teh manis.
Guntur kemudian memesan ke ibu Sri menu yang diminta Diana. Tak selang berapa lama, makanan yang dipesan keduanya diantar ibu Sri dan diletakkan diatas meja.
Keduanya mengucapkan terima kasih dan memulai makan siang mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Inru
Tengok terus jangan sampai diambil orang 🤭🤭
2022-09-17
1
Inru
👍👍👍👏👏👏👏 Buat Sertu Guntur
2022-09-17
1
Dehan
cieee.. peaona babang guntur mengalihkan dunia mereka
2022-08-09
1