Diana memainkan sendok di tangannya, mencoba untuk meredam debar aneh yang tiba-tiba hadir memenuhi ruang hatinya.
Dihinggapi perasaan gelisah, Dianapun mengalihkan pandangannya, menghindari tatapan mata Guntur.
Sementara laki-laki itu hanya diam membisu sambil sesekali menyeruput perlahan kopi hitam buatan Inah, seolah mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk memulai percakapan mereka.
Tatapan mata Guntur Pramudya lekat mengarah kewajah Diana Aprilia.
Keren juga laki-laki ini, Diana membatin.
Secara diam-diam Diana memperhatikan sosok laki-laki dihadapannya .
Saat perkenalan mereka semalam, Diana tak sempat memperhatikan seluruh detail sosok Guntur. Selain karena pengaruh lampu cafe yang agak remang-remang , juga karena Diana tidak perduli siapa laki-laki itu.
Baginya Guntur Pramudya hanyalah laki-laki biasa, pelanggan setia cafe raminah dan seorang tentara. Itu saja, tidak lebih.
Tapi sore ini, kedekatan jarak diantara keduanya memberi keleluasaan kepada Diana untuk melihat dengan jelas sosok Guntur Pramudya.
Memiliki bentuk tubuh atletis dibalut seragam loreng dan topi baret berwarna coklat yang menutupi kepalanya, Guntur terlihat rapi dan berbeda. Kali ini tidak ada anting yang semalam nangkring di daun telinga Guntur.
Di siang hari, kulit laki-laki itu terlihat lebih putih bersih. Dengan sepasang mata oriental yang tajam, hidung mancung dan bibir yang agak tipis, Guntur Pramudya terlihat seksi.
Ups,.. Diana tertegung malu.
Apa yang baru saja kupikirkan, gadis itu menahan tawa.
Ada-ada saja, pikir Diana.
Jangan-jangan laki-laki itu sudah beristri. Hiii.. amit-amit dech. Diana merinding.
Sementara itu tak lepas tatapan mata Guntur, masih lekat mengarah kearah gadis yang duduk di hadapannya.
Diana memalingkan wajahnya, jengah diperhatikan seperti itu. Di meja sebelah terlihat Inah dan Rama sedang serius membahas sesuatu. Entah apa yang dibicarakan oleh kedua orang itu .
Suasana kaku yang tercipta di antara mereka membuat Diana risih dan bermaksud untuk pergi. Gelagat Diana terbaca oleh Guntur.
"Ehm...," suara batuk Guntur menghentikan niat Diana untuk segera pergi.
"Apa kabar mbak?" tanya Guntur memecah kebisuan.
Pertanyaan klise, rutuk Guntur dalam hati.
"Baik, mas juga apa kabar?" jawab Diana dan balik bertanya dengan pertanyaan yang sama.
Kali ini bola mata Diana berani menatap kearah Guntur, mencoba mengumpulkan separuh keberaniannya.
"Aku baik," jawab Guntur singkat.
Beberapa pengunjung terlihat memasuki café. Untuk sesaat perhatian Guntur teralihkan.
Sedikit kalimat basa-basi di antara mereka berhasil mencairkan kekakuan yang sejak beberapa menit lalu tercipta di antara keduanya.
Diana menyeruput juice alpukat yang sudah mulai mencair. Tanpa sengaja mata Diana kembali beradu pandang dengan tatapan mata Guntur yang tiba-tiba mengarah ke arah gadis itu. Keduanya saling melempar senyum. Ada rona merah muda menyembur di wajah Diana.
"Kalau mbak berkenan, saya ingin mengenal mbak lebih jauh," Guntur melanjutkan pembicaraan mereka.
Diana menunduk sambil memainkan jemarinya. Gadis itu mengangguk perlahan , menyetujui permintaan laki-laki di hadapannya.
"Kalau boleh tau, mbak sudah bersuami atau masih single?" pertanyaan terus terang Guntur berhasil menyita perhatian Diana.
Gadis itu terhenyak, tak menyangka laki-laki di hadapannya, yang baru saja dikenalnya semalam akan mengajukan pertanyaan yang jawabannya di yakini Diana pasti telah di ketahui oleh laki-laki itu. Dan untuk memastikan perkiraannya, Guntur memberanikan diri untuk menanyakan langsung kepada Diana.
"Saya belum menikah mas, masih single," jawab Diana jujur.
"Mas gimana, sudah punya berapa anak?" tanpa basa-basi Diana mengajukan pertanyaan yang membuat laki-laki dihadapannya terkejut dan sontak memalingkan wajahnya ke arah lain.
Satu sama, ucap Diana dalam hati.
Sekilas Diana sempat melihat bandul kalung di leher Guntur berukir dua nama.
Pasti itu nama istri dan anaknya, pikir Diana menebak.
"Saya juga masih single mbak," ujar Guntur memperkenalkan diri.
Menyadari arah pertanyaan dan pandangan mata Diana yang menyelidik , buru-buru laki-laki itu menyembunyikan kalung di lehernya ke dalam ujung kerah baju seragamnya.
Teliti juga gadis ini, ujarnya dalam hati.
"Oh, masih single ya," Diana mengulang jawaban Guntur.
Tatapan mata Diana masih seperti semula, penuh selidik.
"Pisangnya mbak,"
Guntur mencoba mengalihkan arah pembicaraan mereka sembari mencomot sepotong pisang goreng crispy bertabur coklat meises dan parutan keju berlumuran susu kental manis dan menawarkannya kepada Diana.
"Tidak mas, terimakasih," ujar Diana menolak halus tawaran Guntur.
Perhatiannya teralihkan. Gadis itu kembali menyeruput juice alpukat yang tersisa setengah gelas di tangannya, sambil menunggu kelanjutan pembicaraan mereka.
Untuk sesaat pertanyaan yang mengganggu benak Diana tentang nama siapa yang terpahat di bandulan kalung Guntur terlupakan olehnya.
"Kapan-kapan saya ingin mengajak mbak Diana jalan bareng, boleh?" tanya Guntur meminta persetujuan Diana.
Lebih baik aku ajak jalan gadis ini, pikir Guntur mantap dan berharap keakraban dan kedekatan hubungan di antara keduanya akan terjalin dengan sendirinya.
Menciptakan image laki-laki baik menjadi misi utama Guntur selanjutnya.
Bisa gagal proses pendekatanku dengan gadis ini kalau sampai Diana mengetahui siapa diriku sebenarnya, pikir Guntur gelisah
"Boleh, tapi harus seizin kakakku ya mas," Diana menegaskan persetujuannya.
Guntur mengangguk setuju.
Satu kesempatan telah terbuka bagi dirinya. Kali ini Guntur yakin bakal sukses mendekati Diana.
Tanpa diketahui oleh Diana, Guntur telah mangantongi izin Inah Dan Rama untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan gadis itu.
Akankah Guntur Pramudya berhasil menjadi pemenang taruhan dengan teman -temannya dan memacari Diana Aprilia ?. Hanya waktu dan kelihaian Guntur yang dapat menjawab pertanyaannya sendiri.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Semburan warna orange keemasan yang menghiasi langit sore itu menuai pesona. Seakan menandai babak baru kehidupan Diana dan Guntur.
Jalanan mulai terlihat sepi, pertanda malam akan tiba dan waktunya untuk sholat magrib. Beberapa pria bersorban dan memakai gamis berwarna putih berjalan melintas di depan cafe. Rama dan Inah memberikan isyarat kepada Diana.
"Maaf mas, sudah waktunya sholat Magrib. untuk sementara cafenya kami tutup dulu ya". ucap Diana sembari berdiri dan berjalan perlahan menuju pintu keluar.
Guntur mengangguk dan segera berdiri mengikuti arah langkah kaki Diana diikuti Inah dan suaminya, Rama.
Sudah menjadi peraturan tidak tertulis masyarakat sejak terjadinya kerusuhan di kota ini bahwa setiap datangnya waktu-waktu sholat, semua aktifitas masyarakat dihentikan untuk sementara waktu dan jalanan ditutup serta dipalang oleh para pemuda setempat.
Setelah sholat selesai dilaksanakan, palang dibuka dan aktifitas rutin masyarakat akan berjalan normal kembali.
Setelah pintu café ditutup oleh Rama, Guntur dan Dianapun berpamitan hendak pulang.
"Selesai sholat Isya, kamu ke cafe ya An. Bantu kak Rama," Inah mengingatkan adiknya.
"Baik kak," Diana mengangguk, mengiyakan permintaan kakaknya.
Sekilas Inah memberi isyarat kepada Guntur untuk ikut datang ke café malam nanti. Guntur mengangguk dan berlalu meninggalkan cafe.
"Sampai jumpa bentar malam mbak Diana," pamit Guntur kepada Diana
Gadis itu mengangguk, bergegas naik ke motor scoopynya dan melaju perlahan meninggalkan cafe raminah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Dhaken
iya..makasih sdh mampir..kita saling mendukung ya..semangat teruuuuss..😊💪💪
2022-09-28
0
Rini Antika
Nah lho, jd dag dig dug kan?🤭 Aku hadir Kak, maaf baru sempet mampir lg
2022-09-28
1
Dehan
Biasanya kalau tentara itu manggil cewek pasti "dek"
padahal baru kenal, eh udh manggil "dek" 😂
tapi novel x ini manggil nya mbak 👍
2022-08-09
0