Suara adzan terdengar memecah senja, menandai masuknya waktu sholat Magrib.
Buru-buru Diana memacu scoopy merah mudanya, melaju perlahan meniti jalan setapak menuju rumah. Seharian ini Diana tidak sempat beristirahat.
Banyaknya beban pekerjaan di kantor dan pertemuannya dengan Guntur tadi sore menyita hampir seluruh waktu Diana.
Begitu pintu rumah dibuka, Diana langsung menuju kamar dan membanting tubuhnya diatas kasur yang empuk dan nyaman. Dinginnya AC membuat mata Diana memberat.
Hmm...ngantuuuk, Diana menguap dan mencoba memejamkan matanya sejenak.
Hari ini sungguh melelahkan. Teringat pertemuannya dengan Guntur tadi, Diana tersenyum sendiri.
Segera gadis itu melepas satu persatu baju dinas yang membalut tubuhnya, mengambil handuk yang tergantung di sudut kamar, membalut tubuhnya dan bergegas menuju kamar mandi. Setelah mandi dan berwudhu, segera Diana menunaikan solat Magrib.
Alhamdulillah, ucap Diana lega setelah selesai melaksanakan kewajibannya sebagai hamba Allah.
Masih berbalut mukenah, diatas sajadah Diana tertidur pulas hingga tidak menyadari bunyi gadget disamping gadis itu. 5 kali Panggilan masuk dari Inah, kakaknya.
Diana masih tertidur pulas.
Sebuah pesan masuk setelah 6 kali panggilan masuk tak terjawab.
An, ke cafe nggak?, mas Guntur nungguin kamu. Begitu bunyi pesan singkat Inah.
Waktu menunjukkan pukul 20.00 ketika Diana dibangunkan oleh alarm diatas meja riasnya. Refleks diambilanya gadget yang diletakkan gadis itu disamping sajadah dan membaca pesan singkat yang masuk.
Astagaa, aku ketiduran sampai lupa janji bantuin kak Rama di cafe, batin Diana menjerit.
Hmm, sholat Isya dulu akh. biar gak ketinggalan nanti.
Segera Diana menuju kamar mandi, berwudhu sejenak kemudian dilanjut melaksanakan sholat Isya.
Selesai sholat Isya, Diana melipat rapi mukenah dan sajadahnya, meletakkannya diatas tempat tidur dan mengganti piyamanya dengan baju t-shirt berwarna putih.
Dibalut outwear selutut dan celana jeans biru tua Diana terlihat lebih santai. Tak lupa sehelai pashmina menutup kepala Diana. Sederhana tapi cantik.
Diana mematut dirinya di depan cermin, memoles tipis bedak padat merek wardah ke wajahnya. Tak lupa polesan lipstik warna natural menghias bibir Diana.
Hmm, perfect ujar Diana puas.
Sepasang sepatu bertali dipakai Diana untuk menunjang penampilannya.
Ting, terdengar bunyi gadget Diana. Sebuah pesan masuk dari Inah
Kamu ke cafe ga An ?"
Bergegas Diana membalas pesan singkat Inah.
jadi ...Ketik Diana singkat.
Segera Diana mengambil kunci motor scoopynya, menutup pintu rumah dan memacu pelan motor kesayangannya ke arah cafe raminah.
Jam di gadget Diana menunjukkan pukul 20.30 ketika motor Diana sampai di perempatan jalan menuju cafe raminah.
"Ana," tiba-tiba sebuah suara terdengar memanggil namanya.
Sontak Diana memalingkan wajahnya kearah suara tadi. Sesosok gadis muda terlihat melangkah cepat mendekat kearah Diana.
Samar-samar Diana mengenali si pemilik suara tadi. Mona, teman Diana. Seorang aktivis pemuda dan LSM setempat terlihat mendekati Diana.
Sesampainya di depan Diana, Mona menyerahkan secarik kertas yang ada digenggamannya kepada Diana. Gadis itu memandangi Mona, dengan isyarat bertanya.
"Undangan rapat untukmu An," ucap Mona menjawab isyarat Diana.
" Oh....kok dadakan?" tanya Diana setelah membaca isi kertas tadi.
"Iya, baru dikasi tadi sore sama si Andi, katanya rapat dadakan malam ini di rumah ketua, membahas penyaluran bantuan untuk para pengungsi," jawab Mona, panjang lebar.
Diana mengangguk mengerti.
Sejak terjadinya kerusuhan di kota ini, banyak pengungsi dari pulau-pulau kecil disekitar kota yang memutuskan untuk mengungsi meninggalkan rumah-rumah mereka dan menempati camp-camp pengungsi yang disediakan oleh pemerintah setempat maupun pihak aparat TNI.
Diana dan kawan-kawannya mendirikan LSM yang khusus bertugas untuk membantu memenuhi kebutuhan para pengungsi mencakup makan sehari-hari, obat-obatan, selimut, keperluan bayi dan ibu hamil serta kebutuhan lainnya.
Sebagai aktivis LSM, Diana dituntut pro aktif menggalang dana dari para donatur baik dari dalam maupun luar negeri.
*Sebentar, aku kabarin Kak Inah dulu. Tadi aku janji mau membantu Kak Rama menjaga cafe,"
Diana menghentikan percakapan mereka sejenak dan segera membuka gadget ditangannya.
Selanjutnya gadis itu mengetik sebuah pesan singkat kepada Inah.
Kak, malam ini aku libur dulu, mendadak ada undangan rapat di LSM. aku harus ikut meghadiri rapat itu. Bunyi pesan singkat Diana.
Ting, gadget Diana berbunyi tanda ada pesan masuk untuknya.
Ok, tapi mas Guntur gimana An?. tanya Inah lagi dalam pesan singkatnya.
Sampaikan salamku kepada mas Guntur kak, bilang padanya, besok dia bisa bertemu aku sepulang kerja, jawab Diana mengakhiri pesannya.
Ok. Jawab Inah singkat.
"Ayo, kita ke rumah ketua," ajak Diana.
Gadis itu memberi kode kepada Mona untuk naik ke atas boncengan motornya. Mona mengangguk dan segera naik ke boncengan motor scoopy Diana.
Keduanya kemudian melaju menuju rumah ketua LSM.
Sementara itu, di salah satu sudut ruang cafe raminah, terlihat sesosok laki-laki berseragam loreng sedang duduk sendiri.
Ditemani secangkir kopi hitam, laki-laki itu terlihat menghisap sebatang rokok ditangannya.
Matanya sesekali menoleh ke arah pintu cafe, seolah ada seseorang yang ditunggunya memasuki pintu itu. Guntur Pramudya menghela napas panjang.
Gadis itu tidak datang, ucapnya membatin.
Ada sedikit raut kecewa menghias wajahnya.
Terlihat Inah, si pemilik cafe mendekati laki-laki itu. Buru-buru Guntur Pramudya mematikan rokok yang terselip diantara jemarinya.
Begitu sampai di depan meja Guntur, Inah menghentikan langkah kakinya dan tersenyum ke arah Guntur Pramudya.
"Diana adikku nggak bisa ke cafe malam ini mas, ada rapat dadakan di LSM", Inah memberi kabar tentang Diana kepada Guntur.
"Oh, nggak apa-apa mbak, terima kasih sudah dikabarin," laki-laki itu mengangguk ke arah Inah.
"Tapi katanya, besok kalian bisa bertemu sepulang Diana dari kantornya," sambung Inah melanjutkan pesan Diana.
Guntur tersenyum mengiyakan. Setelah menyampaikan pesan Diana, Inahpun berbalik meninggalkan Guntur Pramudya yang kembali sendiri.
Tidak pernah ada seorang gadispun yang pernah membiarkan diriku menunggu begitu lama bisik hatinya geram.
Justru dirinya yang sering membuat para gadis menunggu. Ego kelelakian Guntur tergores. Sebuah rencana terlintas dibenaknya.
Aku tidak akan menunggu lagi Diana, kamu harus jadi milikku, janji hati laki-laki itu.
Tanpa sadar, Guntur Pramudya telah bermain-main dengan takdirnya sendiri.
Bergegas Guntur berdiri dan melangkahkan kakinya menuju pintu keluar cafe. setelah membayar billing pesanannya dan meminta nomor hp Diana, dengan alasan piket malam, Guntur Pramudya berpamitan kepada Inah dan Rama.
Laki-laki itu melangkahkan kakinya menuju area parkir cafe.
Pada saat keluar cafe tadi, Guntur Pramudya sempat berpapasan dengan salah satu pelayan cafe.
Dari pelayan tersebut, Guntur memperoleh informasi lengkap tentang gadis yang diincarnya. Dimana rumahnya dan dimana letak rumah ketua LSM tempat Diana rapat malam itu.
Sebelum kembali ke barak, Guntur menyempatkan diri melongok Diana dirumah ketua LSM. Dari kejauhan dilihatnya Diana sedang serius mengikuti jalannya rapat.
Sejenak dari jauh, Guntur Pramudya menikmati wajah manis Diana.
Setelah puas memandangi wajah gadis itu, sesaat kemudian Guntur memacu land Rovernya meninggalkan rumah ketua LSM dengan sebuah rencana yang telah tersusun rapi dibenaknya.
Besok aku akan menjemputmu Diana.
Sebaris senyuman menghias sudut bibir laki-laki itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Inru
Istirahat dulu, Diana.
2022-09-15
1
Dehan
harus??
terobsesi bgt lo guntur
2022-08-09
1
Maya●●●
jika berkenan mampir juga di karyaku
I LOVE YOU, ASSISTENKU
mohon dukungannya😊
2022-08-01
1