Pagi masih menyisakan kabut ketika Diana bangun dari tidurnya. Matahari belum menampakkan wajahnya.
Perlahan gadis itu beranjak turun dari tempat tidur dan melangkah Malas menuju kamar mandi. Udara dingin menusuk kulit tubuhnya.
Diana terbiasa bangun lebih pagi dan mandi dengan air dingin. Namun pagi ini udara dingin terlampau menusuk membuat gadis itu mengurungkan niatnya.
Diana memutuskan untuk mandi air hangat. Segera gadis itu menuju dapur dan memasak sepanci penuh air panas.
Sambil menunggu airnya mendidih, Diana menyempatkan diri membuat secangkir teh hangat beraroma melati, aroma kesukaanya.
Diambilnya beberapa lembar roti tawar persediaanya di lemari es dan kemudian meletakkannya kedalam oven toaster. Beberapa detik kemudian teh dan roti panggang telah selesai dibuat Diana.
Terlihat air yang dimasak Diana sudah mendidih. Dengan sangat hati-hati Diana mengangkat panci berisi air panas menuju kamar mandi. Kemudian disiramnya air panas itu ke wadah berisi air dingin yang sudah disiapkan Diana sebelumnya.
Setelah dirasa air untuknya mandi sudah cukup hangat, Diana kemudian membuka piyama tidurnya dan segera mandi. Hangatnya air membasahi tubuh Diana.
Hmm.. segaaar.
Wangi sabun beraroma jeruk dan uap hangat mengusir dingin yang dirasakan Diana. Selesai mandi, Diana segera membalut tubuhnya dengan handuk kering yang sudah sejak tadi disiapkannya, kemudian berwudhu.
Dinginnya air tidak lagi membuat Diana menggigil. Selesai berwudhu, Diana berjalan menuju kamarnya sambil membawa nampang berisi segelas teh melati dan 5 lembar roti panggang yang telah diolesi selai coklat almond buatannya. Tidak lupa beberapa buah jeruk mandarin disertakan Diana dalam daftar menu sarapannya kali ini.
Waktu menunjukkan pukul 05.00 ketika Diana selesai menunaikan solat Subuh. Mengenakan daster bermotif bunga dengan panjang semata kaki, Diana duduk santai diteras mungil rumah kontrakannya.
Sambil sesekali berolah raga ringan dengan menggerak-gerakkan anggota tubuhnya, menghirup segarnya udara pagi ditemani segelas teh hangat, roti panggang dan buah segar, Diana memulai harinya.
Langit pagi terlihat menyemburkan warna hangat sinar mentari ketika Diana beranjak berdiri memasuki kamar tidur. Segelas teh dan roti panggang telah habis disantap Diana. Tersisa beberapa buah jeruk mandarin yang masih utuh.
Diana meletakkan nampang dan sisa sarapannya di atas meja tamu, kemudian gadis itu bergegas masuk ke kamarnya dan mengganti daster yang dipakainya dengan seragam kantor yang telah tertata rapi didalam lemari pakaian Diana.
Batik lengan panjang bermotif dengan beragam warna ceria, pashmina hitam dan celana panjang hitam menjadi pilihan Diana kali ini.
Polesan makeup tipis dan lipstik merah maroon menghiasi wajah gadis itu. Tidak lupa sepasang high heels turut menyempurnakan penampilan Diana.
Waktu menunjukkan pukul 06.00 ketika Diana menyelesaikan dandanannya. Butuh waktu 15 menit bagi Diana untuk sampai di kantor tempatnya bekerja.
Masih ada waktu, batin Diana sembari duduk diruang tamu.
Gadis itu menikmati sisa sarapannya, 2 buah jeruk mandarin segar ketika terdengar suara salam seseorang didepan pintu rumah kost Diana.
"Assalaamualaikum Mbak, selamat pagi," sebuah suara yang dikenal Diana.
Suara berat Guntur Pramudya.
"Waalaikumsalaam," jawab Diana.
Bergegas gadis itu membuka pintu. Terlihat Guntur Pramudya berdiri dihadapannya. Laki-laki itu terlihat tampan dengan seragam yang dipakainya.
Tak kalah terpesona, Guntur memandang gadis mungil yang berdiri dihadapannya, takjub. Laki-laki itu tersenyum sambil menikmati rona keterkejutan yang nampak jelas terlukis diwajah cantik Diana.
" Mas...?" Diana menatap Guntur dengan mimik wajah bertanya.
"Maaf mbak, saya bertamu pagi-pagi tanpa ngabarin Mbak Diana terlebih dahulu, Saya ingin mengantar mbak ke kantor hari ini," Guntur pemperjelas maksud kedatangannya.
Diana terdiam, masih kaget dengan kehadiran Guntur sepagi ini di rumahnya.
"Oh iya mas. Silahkan duduk dulu," Diana mempersilahkan Guntur untuk duduk dikursi ruang tamu.
Rona tanya masih menghias wajah Diana. Gadis itu mencoba bersikap normal kepada tamunya.
"Saya buatin kopi ya mas," tawar Diana setelah berhasil berkompromi dengan keterkejutannya.
"Boleh, jika tidak merepotkan dan membuat Mbak terlambat ke kantor," Guntur mengiyakan tawaran Diana sambil mengedarkankan pandangannya ke sekeliling ruang tamu.
Diana segera melangkah menuju dapur untuk membuat secangkir kopi hitam untuk tamunya.
Tidak banyak perabotan yang da di ruangan itu. Hanya ada sepasang kursi sofa ukuran kecil terbuat dari anyaman rotan dan sebuah meja bulat dari bahan yang sama.
Beberapa figura tergantung di diding ruang tamu. Foto Diana dalam balutan busana muslimah bersama orang tua dan keluarga besar Diana tergantung di dinding ruangan yang dicat merah muda, warna kesukaan Diana.
Terlihat Inah dan Rama juga ada disana.
Beberapa detik berselang, Diana tiba membawa nampang berisi secangkir kopi hitam kesukaan Guntur Pramudya.
Tanpa sadar Diana mulai hapal hal-hal yang disukai laki-laki itu. Guntur tersenyum menyambut Diana.
"Terima kasih," ujar Guntur sembari menolong Diana meletakkan cangkir berisi kopi hitam hangat ke atas meja tamu.
"Silakan diminum kopinya mas, mumpung masih hangat," tawar Diana disambut anggukan kepala Guntur.
Diseruputnya perlahan kopi yang disiapkan Diana.
Hmm, pintar juga gadis ini meracik kopi yang enak, pikir Guntur kagum.
Dalam dua kali teguk, langsung tandas secangkir kopi yang diminum laki-laki itu. Seolah tidak ingin membuang waktu, Guntur langsung mengajak jalan Diana.
"Ayo mbak, kita jalan," Guntur menoleh ke arah Diana yang masih duduk menunggu.
"Baik mas, tapi saya bawa motor sendiri," jawab Diana sembari menunjuk ke arah motor scoopy miliknya.
"Nggak usah Mbak, motornya ditinggal aja. saya bawa mobil. Tadi mobilnya saya parkir di depan cafe " sahut Guntur.
Tak ada pilihan lain, dengan terpaksa gadis itu mengiyakan permintaan Guntur.
Setelah mengambil tas berwarna hitam yang diletakkan Diana diatas meja ruang tamunya, menutup pintu dan mengunci stang motor scoopynya, Diana dan Guntur kemudian melangkah beriringan menyusuri jalan setapak menuju cafe raminah.
Terlihat beberapa pasang mata menatap kearah Guntur dan Diana. Dengan senyum dan anggukan ramah. Diana dan Guntur membalas tatapan mereka.
Beberapa menit kemudian, Diana dan Guntur tiba di depan cafe raminah. Terlihat sebuah mobil Land Rover berwarna hijau khas TNI terparkir di depan cafe.
Diana menoleh ke arah laki-laki yang berdiri disampingnya. Jari telunjuk Diana menunjuk kearah mobil tersebut disambut anggukan kepala Guntur Pramudya.
"Iya,, kita naik mobil itu," jawab Guntur menjawab isyarat Diana.
Ada keraguan menggelayuti hati Diana.
Apa kata dunia, seorang Diana Aprilia akhirnya jalan bareng seorang tentara. Tidak ada pilihan lain, terpaksa Diana menuruti apa kata laki-laki itu.
Tiba-tiba Guntur melangkah kearah salah satu sisi mobilnya dan dengan sigap membuka pintu dan mempersilahkan Diana untuk naik. Guntur tidak memberikan kesempatan kepada gadis itu untuk menolak keinginannya.
Dengan ragu-ragu diiringi tatapan mata Rama dan Inah serta beberapa orang yang ada sekitar cafe, Diana naik ke mobil diikuti Rama disisi lain mobil itu.
Dengan perlahan Guntur memacu land Rovernya meninggalkan cafe raminah. Guntur dan Diana hanya diam membisu selama dalam perjalanan menuju kantor Diana, tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
Tidak butuh waktu lama, Diana dan Guntur akhirnya tiba di kantor tempat Diana bertugas. Tanpa menunggu, Diana langsung membuka pintu dan turun dari mobil yang ditumpanginya.
"Bentar sore saya jemput ya mbak," Guntur mengingatkan Diana.
Gadis itu menoleh dan mengiyakan tawaran Guntur. Takdir mulai menghampiri Diana Aprilia dan Guntur Pramudya.
Entah apa yang akan terjadi nanti. Guntur dan Diana tidak akan pernah bisa menebaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Dani irwandi
aku cicil dulu kak
2022-09-21
2
Bintang Laut
Kopinya enak karena kamu suka sama yang bikin Tur
2022-08-15
1
Bintang Laut
Gunturrrrr inget anak please,,😭😭😭😭😭
2022-08-15
1