Monster Kura-Kura Batu

Jangan lupa like dan komentarnya, terimakasih...

°°°

Terus melanjutkan perjalanan, menjelang siang dan setelah melawan lebih dari lima ratus monster, Arthur dan Sena sampai di danau berair jernih, dengan pulau kecil berada tepat di tengah-tengah danau.

“Tempat yang tenang dengan pemandangan yang mengagumkan, bisa menjadi tempat yang paling berbahaya,” ungkap Arthur.

“Dari ukuran tubuh dan level kekuatannya, ini bisa menjadi monster terkuat yang menjadi lawan kita,” kata Sena yang kali ini memilih menggunakan pedang besarnya.

“Dengan ukuran tubuhnya, monster ini pasti lambat dalam pergerakan, tapi kuat dalam pertahanan,” kata Arthur.

“Apa kita langsung menyerangnya?” tanya Sena sembari menoleh ke samping melihat Arthur.

“Air adalah wilayah kekuasaannya, kita hanya akan mendapatkan kesulitan kalau menyerang di wilayah kekuasaannya,” balas Arthur.

“Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan sekarang?” kembali Sena bertanya.

“Duduk...” kata Arthur sembari duduk di atas rerumputan.

“Duduk? Kenapa kita cuma duduk?” tanya Sena penasaran dengan apa yang direncanakan Arthur.

“Monster kura-kura batu beraktivitas di malam hari, dan dia akan mencari makan di daratan. Sekarang kita hanya perlu duduk, menunggu monster itu meninggalkan wilayah kekuasaannya,” kata Arthur menjawab pertanyaan Sena.

“Ternyata kamu tahu banyak tentang kebiasaan monster,” ungkap Sena mengambil tempat duduk di sebelah Arthur.

“Monster kura-kura batu bukan jenis monster baru. Jadi, informasi tentangnya banyak beredar di kalangan penduduk Kekaisaran Solomon,” kata Arthur.

“Aku hanya berlatih dan terus berlatih sampai lupa membaca informasi tentang kebiasaan monster, dan tata cara mengalahkannya,” ujar Sena.

“Aku punya banyak buku pengetahuan tentang berbagai jenis monster dan bagaimana cara mengalahkannya. Setelah kembali ke Kota Kazan, aku akan meminjamkan buku-buku itu padamu,” kata Arthur.

“Entah kenapa aku merasa kamu banyak mengalami perubahan setelah beberapa tahun tidak bertemu,” kata Sena.

Arthur tersenyum mendengarnya, lalu dia berkata, “Tentu aku harus berubah menjadi lebih baik supaya kamu tidak malu berteman dengan Pangeran sampah, begitu menyelesaikan pendidikan di akademi Kekaisaran...”

“Siapa yang malu berteman denganmu?” tanya Sena sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

“Apa kamu tidak malu berteman denganku?“ kata Arthur balik bertanya.

“Tidak ada alasan bagiku untuk malu berteman denganmu,” kata Sena sembari menunjukkan senyuman tulus di wajahnya.

“Akan tetapi, tetap saja aku tidak enak melihatmu yang merupakan lulusan akademi Kekaisaran, berteman dengan Pangeran sampah, karena itu saat kamu berjuang di akademi, aku berjuang dengan memanfaatkan informasi yang beredar di Kota Kekaisaran,” ungkap Arthur.

“Pada akhirnya, aku yang merupakan lulusan akademi, tak bisa dibandingkan dengan sosok yang selama ini dijuluki sebagai Pangeran sampah,” kata Sena mengakui kekuatan yang dimiliki Arthur.

“Aku hanya beruntung dapat berkembang hanya dengan mengandalkan informasi di Kota Kekaisaran,” balas Arthur.

Saat sedang asik berbalas kata bersamaan dengan terbenamnya matahari, Arthur dan Sena sama-sama melihat pergerakan di tengah-tengah danau.

Pulau kecil di tengah-tengah danau yang merupakan cangkang monster kura-kura batu, perlahan bergerak menuju daratan.

Melihat itu, Arthur dan Sena sama-sama menyiapkan diri menghadapi monster kura-kura batu dengan level kekuatan hampir menyentuh angka seratus.

Dalam satu kedipan mata sosok Arthur menghilang dari tempatnya.

Tak jauh di belakang Arthur sosok Sena mengikuti dengan kecepatan yang lebih lambat dibandingkan kecepatan yang ditunjukkan Arthur.

“Apa tidak sebaiknya kita menunggu dia sedikit lebih jauh naik ke daratan?” tanya Sena.

“Kita tidak punya waktu menunggu dia bergerak lebih jauh ke atas daratan,” jawab Arthur.

Melanjutkan jawabannya, Arthur menjelaskan kalau saat ini ada ratusan monster di atas level 60 sedang bergerak mendekati danau.

Kalau dia dan Sena tidak secepatnya memusnahkan monster kura-kura batu, mereka pasti akan dihadapkan dengan ratusan monster kuat yang sedang berjalan menuju danau.

Menghadapi monster kuat di malam hari bukanlah pilihan yang tepat karena di malam hari monster menjadi sedikit lebih kuat dibandingkan saat siang hari.

Mendengar semua jawaban Arthur, dengan penuh semangat Sena berkata, “Kalau begitu, kita awali pesta malam ini dengan membunuh monster kura-kura batu!...”

“Baiklah, kita kalahkan monster kura-kura batu kurang dari lima menit,” kata Arthur yang sudah mengetahui secara pasti kelemahan monster kura-kura batu, berkat kekuatan mata miliknya.

“Arthur, apa kamu punya saran bagian mana yang bisa aku serang untuk mempercepat kekalahannya?” tanya Sena yang tak ingin membuang mana miliknya hanya untuk menyerang tempurung monster kura-kura batu.

“Serang bagian ekor, kaki, atau tengkuknya yang jauh lebih lunak dari cangkang miliknya,” jawab Arthur.

“Akan tetapi kalau memungkinkan, kita langsung serang bagian dadanya yang menjadi titik terlemah dibandingkan titik lain di tubuhnya,” lanjutnya.

“Sebaiknya langsung mengincar titik terlemahnya!” kata Sena yang kembali mengganti senjatanya dengan menggunakan pedang kembar, lalu begitu saja dia melesat, menyerang monster kura-kura batu.

“Gerakannya benar-benar sangat lambat,” kata Sena melihat pergerakan musuhnya.

“Karena sudah tau titik lemahnya, aku tidak sungkan untuk menyerang langsung ke titik itu,” ungkap Sena yang langsung menuju bagian dada monster kura-kura batu.

Namun, untuk mencapai bagian dada kura-kura batu bukanlah sesuatu yang mudah.

Seolah melihat arah pergerakan Sena, kura-kura batu tiba-tiba saja menjatuhkan tubuhnya, tak memberi celah pada Sena yang ingin menyerang bagian dadanya.

“Ternyata dia tidak membiarkan kita menyerang titik terlemahnya,” kata Arthur melihat pertahanan sempurna yang ditunjukkan monster kura-kura batu.

“Tidak peduli dengan pertahanannya, aku akan mengalahkannya!” teriak Sena bersemangat.

“Serang saja apa yang bisa di serang, asalkan bukan cangkangnya!” kata Arthur yang ikut menyerang monster kura-kura batu.

Keduanya terus menyerang dari berbagai arah.

Namun, secepat dan sekuat apapun serangan mereka, itu masih belum cukup untuk menyumbangkan monster kura-kura batu.

“Tubuhnya sangat kuat, apalagi bagian cangkangnya,” ungkap Sena.

“Kekuatan sihir juga tidak berpengaruh banyak baginya karena pertahanannya yang terlalu kuat,” imbuh Arthur.

[Tuan, lima menit lagi kawanan monster akan sampai di danau. Sebaiknya Tuan segera mengalahkan monster kura-kura batu, atau pergi menjauhi tempat ini...]

“Aku tidak mungkin pergi sebelum mengalahkan monster kura-kura batu,” kata Arthur dalam pikirannya.

[Tuan bisa menggunakan elemen Es untuk membuat duri-duri tajam dari bawah tanah. Kebetulan, area pinggir danau masih terlapisi salju, dan di bawah lapisan salju terdapat tanah dengan menyimpan banyak kandungan air...]

[Memanfaatkan butiran salju dengan air dalam tanah bersuhu rendah, Tuan dapat menggunakan teknik hujan pedang Es secara terbalik, untuk menumbuhkan pedang es dari dalam tanah...]

“System, keberadaanmu sangat membantu,” kata Arthur dalam pikirannya, begitu dia mengerti apa yang harus dilakukannya.

Mengikuti apa yang diberitahukan system padanya, Arthur segera menyuruh Sena pergi menjauhi monster kura-kura batu.

Setelah Sena berada di luar jangkauan serangannya, Arthur langsung saja mengeluarkan teknik hujan pedang es, tapi dalam posisi terbalik.

Menghabiskan lebih dari setengah jumlah mana miliknya, bukannya menimbulkan hujan pedang es, melainkan muncul ribuan pedang es dari bawah tanah, dan langsung menusuk tubuh monster kura-kura batu dari arah bawah.

Lemahnya pertahanan bagian bawah tubuh monster kura-kura batu, membuat ratusan pedang dengan mudah menembus tubuh bagian bawah, dan hanya dalam hitungan detik monster kura-kura mati di tengah lautan pedang es.

“Apa monster kura-kura batu telah mati?” tanya Sena melihat tubuh monster kura-kura batu yang telah tertusuk begitu banyak pedang es.

“Dia sudah mati, dan sebaiknya kita bersiap menghadapi mereka yang segera datang,” kata Arthur sembari menyerap mana di sekitarnya, mengisi kembali mana dalam miliknya, yang cukup banyak terkuras untuk mengalahkan monster kura-kura batu.

Sena yang dapat merasakan banyaknya jumlah monster yang mendekat, bukannya takut dia justru sangat bersemangat menghadapi mereka.

“System, berapa persentase aku dan Sena dapat mengalahkan mereka?” tanya Arthur.

[Kemungkinan menang dan kemungkinan kalah sama besarnya. Hasil akhir tergantung dengan bagaimana Tuan dan Nona Sena dapat mengalahkan monster yang memimpin mereka...]

Mendengar itu Arthur tak sungkan menunjukkan senyum di wajahnya, lalu dia berkata, “Kalau begitu, langsung saja aku mengincar pemimpin mereka!...”

°°°

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Harman LokeST

Harman LokeST

teruskan saja

2022-05-22

0

pecinta system/sistem op

pecinta system/sistem op

aduh!aku ketinggalan update ni

2022-04-18

2

Syaifudin Rosadi

Syaifudin Rosadi

lanjutkan

2022-04-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!