Monster Harimau Salju

Jangan lupa like dan komentarnya, terimakasih...

°°°

Pagi hari menyapa Arthur yang sudah duduk di dalam kereta kudanya.

“Pangeran, kita akan melanjutkan perjalanan,” kata Sena menggantikan Sean menjadi kusir kereta kuda Arthur.

“Wilayah utara masih sangat jauh, kalau melakukan perjalanan tanpa istirahat, kita akan sampai dua atau tiga hari lagi,” gumam Arthur lirih tapi masih tertangkap oleh pendengaran Sena.

“Pangeran, hamba pernah sekali pergi ke wilayah utara. Melakukan perjalanan ke wilayah utara tanpa istirahat, sangat mustahil untuk dilakukan,” kata Sena tetap dengan fokus menjaga kecepatan kereta kuda.

“Itu memang mustahil untuk dilakukan, bagaimanapun juga kita butuh istirahat untuk memulihkan tenaga karena begitu memasuki wilayah utara, bahaya bisa sewaktu-waktu menghampiri kita...”

“Dalam keadaan lelah, kita hanya akan bertemu dengan kematian,” ungkap Arthur.

Sena tersenyum mendengarnya, dia tidak menyangka Arthur tahu cukup banyak tahu tentang keadaan wilayah utara.

Siang hari, rombongan Pangeran Arthur berhenti di wilayah perbatasan wilayah utara dengan wilayah sentral.

“Setelah melewati tempat ini, tingkatkan kewaspadaan kalian! Jangan lengah kalau kalian masih ingin melihat indahnya Dunia!” kata Jenderal Daren pada prajuritnya.

“Jenderal, banyak burung pengawas yang tidak bisa terbang di wilayah utara,” ujar salah satu wakil Jenderal Daren.

“Kita tidak bisa mengandalkan burung pengawas. Pertajam setiap indera kalian, dan singkirkan semua bahaya yang dapat mengancam keselamatan Pangeran!” kata Jenderal Daren tegas.

Semua orang menganggukkan kepalanya, dan bertekad melindungi Pangeran Arthur meski harus berkorban nyawa.

Sementara itu, Arthur yang ditemani Sean dan Sena, dia sedang membasuh wajah di aliran sungai yang memisahkan wilayah utara dan wilayah sentral Kekaisaran Solomon.

“Pangeran, cepat menjauh dari aliran sungai!” kata Sena yang sudah memegang erat pedang besarnya, menatap pusaran air yang muncul di tengah-tengah sungai.

Aliran sungai yang membelah dua wilayah dihuni monster beruang air dan monster ular air.

“Semoga saja bukan monster beruang air! Kalau monster itu yang muncul, sebaiknya kita segera lari menjauh!” kata Sean yang mengambil tempat berdiri di sebelah Sena sambil memegang tongkat kayu.

Baru juga Sean menutup mulutnya, tiga monster beruang air setinggi empat meter muncul dari permukaan air sungai, bergerak cepat ke arah Sean dan Sena.

“Pangeran cepat lari! Mereka monster beruang air, kami tidak akan bisa menahan mereka dalam waktu lama!” kata Sean tanpa menoleh melihat Arthur.

“Benar kata Sean, sebaiknya Pangeran segera lari menjauh!” imbuh Sena.

“Kalian tenang saja, monster beruang air bukanlah musuh yang sulit di kalahkan,” kata Arthur yang sudah melesat maju, memukul lingkaran kristal berwarna biru di dada beruang air.

“Lingkaran kristal di dada beruang air adalah titik lemahnya. Selama kita bisa menghancurkan lingkaran kristal itu, kita dapat mengalahkan mereka,” kata Arthur setelah berhasil menumbangkan salah satu monster beruang air.

Dengan kekuatan Mata Dewa, bukan sesuatu yang sulit bagi Arthur menemukan titik lemah musuh.

Ditambah dengan monster beruang air yang hanya memiliki kelebihan dalam kekuatan tapi lambat dalam kecepatan, membuatnya mudah menghancurkan lingkaran kristal di dada monster beruang air.

“I-itu sangat mudah, tapi bagaimana Pangeran bisa mengetahui kelemahan monster beruang air? Bukannya selama ini semua orang harus melukai parah monster beruang air kalau ingin membunuhnya?” tanya Sena penasaran.

“Tidak penting bagaimana aku mengetahui semua itu, yang terpenting kita dapat mengalahkan mereka tanpa berkeringat!” kata Arthur menjawab pertanyaan Sena.

“Benar apa yang Pangeran katakan, yang terpenting kita berhasil mengalahkan mereka,” ungkap Sean.

Setelah membunuh tiga monster beruang air, mereka kembali ke tempat berkumpulnya Jenderal Daren dan yang lainnya.

Sebelum pergi, tanpa diketahui Sean dan Sena, Arthur memasukkan tubuh tiga monster beruang air kedalam ruang penyimpanan miliknya.

Begitu Arthur, Sean dan Sena sudah berada di kereta kuda mereka, perjalanan kembali di lanjutkan.

Masih ada beberapa hari lagi sebelum mereka sampai di Kota Kazan, satu-satunya kota yang berdiri di wilayah utara, dan di kota itu Arthur akan memimpin wilayah utara.

°°°

Enam hari berlalu, akhirnya rombongan Arthur hampir sampai di Kota Kazan.

Dari tiga ribu prajurit yang ikut serta dalam perjalanan, tersisa dua ribu tujuh ratus prajurit yang masih dapat menunggangi kuda, sementara tiga ratusan prajurit mereka saat ini dalam keadaan terluka, tapi tak ada satu pun prajurit yang mati selama perjalanan.

“Pangeran, Kota Kazan bukanlah Kota Kekaisaran. Hamba harap Pangeran tidak terkejut dengan sambutan yang akan kita dapatkan begitu memasuki kota,” kata Jenderal Daren.

“Jenderal, apa yang bisa membuatku terkejut dengan keadaan Kota Kazan? Apa di kota itu ada Pangeran Kekaisaran Solomon yang berburu ular untuk mengisi perutnya yang kosong?” tanya Arthur.

“Pangeran, maafkan hamba yang tidak bisa menjaga dan memberi kehidupan yang layak untuk Pangeran,” balas Jenderal Daren penuh penyesalan.

“Jenderal jangan menyalahkan diri sendiri, lagian aku sangat menikmati kehidupanku sebagai Pangeran terbuang karena tidak perlu terlibat dalam urusan Kekaisaran, tapi sayangnya sekarang aku harus terlibat dalam urusan Kekaisaran!” kata Arthur.

“Pangeran tenang saja, hamba pasti membantu Pangeran mengembangkan wilayah utara, seperti yang inginkan oleh Yang Mulia Kaisar,” balas Jenderal Daren dengan kepala sedikit tertunduk.

“Pangeran, hamba masih penasaran bagaimana cara mengembangkan tempat ini. Mereka saja yang sudah lama tinggal di tempat ini, setiap hari mereka harus mempertaruhkan nyawa untuk bertahan hidup,” ungkap Sena.

“Aku akan menunjukkan cara mengembangkan wilayah utara pada kalian, begitu kita sampai di Kota Kazan,” balas Arthur percaya diri.

“Hamba sangat menantikan apa yang akan Pangeran lakukan,” kata Jenderal Daren, lalu dia undur diri dan kembali ke barisan terdepan, meninggalkan kereta kuda Arthur.

Sementara itu di kereta kuda Dokter Hans, pria itu sedang merawat dua prajurit yang membutuhkan perawatan ekstra karena mengalami luka cukup parah di bagian dada.

“Beruntung mereka tidak terlalu banyak kehilangan darah, jadi aku masih bisa menyelamatkan nyawa mereka,” gumam Dokter Hans sambil menyeka keringat di keningnya.

“Mengikuti Pangeran Arthur dan menjaganya, hanya ini yang bisa aku lakukan untuk melindungi harta terakhir yang di tinggalkan olehnya di dunia ini,” Dokter Hans mengingat senyum wanita yang hampir menjadi miliknya, sebelum akhirnya mereka dipisahkan oleh sebuah perjodohan.

Beberapa saat kemudian.

“Berhenti!...” teriak lantang Jenderal Daren sambil mengangkat tangan kanannya ke atas, saat dia melihat pergerakan aneh di depannya.

Mata Jenderal Daren terbuka lebar, melihat sosok yang muncul di depannya, “Kawanan monster harimau salju. Mereka muncul di waktu yang tidak tepat,” katanya, lalu dia mempersiapkan prajurit untuk melawan kawanan monster harimau salju.

Setidaknya ada lima puluhan monster harimau salju dengan masing-masing memiliki tinggi empat meter, dengan taring sepanjang pedang yang siap mengoyak mangsanya.

[Misi khusus, bunuh sepuluh monster harimau salju, dan kumpulkan dua puluh taring monster harimau salju...]

[Hadiah, pedang salju, elemen es, +5 level tambahan, +1 kotak hadiah biasa...]

[Mendapatkan Skill berpedang tingkat pemula + pedang pemula, kalau Tuan memutuskan mengambil misi ini...]

Tidak berpikir lama, Arthur memutuskan mengambil misi khusus dari system.

Pedang dengan panjang 50 centimeter tiba-tiba saja muncul di depan Arthur, bersama dengan munculnya ingatkan tentang Skill berpedang tingkat pemula, yang hanya dalam hitungan menit berhasil dia kuasai.

“Dengan begini aku lebih siap berhadapan dengan monster harimau salju...” gumam Arthur sembari keluar dari kereta kuda, tanpa sepengetahuan Sean dan Sena.

“Meski aku masih di level dua puluhan, dengan kekuatan Mata Dewa yang dapat aku gunakan untuk menemukan kelemahan musuh, aku pasti dapat membunuh sepuluh dari mereka...”

Kedua mata Arthur menatap tajam monster harimau salju, yang bersiap menerkam mangsanya.

Bersamaan dengan Jenderal Daren serta prajuritnya yang menyerang maju monster harimau salju, Arthur ikut maju menyerang, mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menyelesaikan misi dan mendapatkan hadiah.

“Monster harimau salju, aku datang untuk mengambil nyawa kalian!” teriak Arthur bersemangat, sembari mengayunkan pedang, melawan monster harimau salju pertamanya.

°°°

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Harman LokeST

Harman LokeST

sangat berani menghadapi monster harimau

2022-05-22

1

Dange Kering

Dange Kering

lahhhh..nda di jelaskan Thor klw ada juga cincin ruang penyimpanan,,payahhh

2022-05-18

1

Just Nokk

Just Nokk

it's you I fall into"

2022-05-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!