"Bukankah itu burung phoenix legenda?" tanya Silli terkejut. Setelah mengatakan itu dia tidak bisa menahan keterkejutan yang dirasakan dan apa yang dilihatnya hingga jadi pingsan kembali jatuh di pangkuan Fung Si.
Fung Si jadi menepuk-nepuk kembali pipi gadis yang pingsan kembali.
"Itu karena wajahmu jelek makanya dia jadi pingsan lagi," ejek burung itu yang masih terbang berada di belakang Fung Si.
"Diam Kau!" tegur Fung si dengan wajah dinginnya.
Burung itu langsung terdiam mendengar teguran seseorang yang sudah menjadi pemilik sosok dirinya.
Mengapa bisa wajah Ketua yang akan memeliharaku sangat jelek seperti itu? pasti ada yang tidak beres, batin burung phoenix.
***
Kediaman Raja Zha wey, Paviliun Quiyi.
Acara pernikahan di situ sudah dibubarkan atas perintah Raja Zha wey yang mengkhawatirkan keselamatan Para tamu dan rakyat karena angin kencang tadi.
Malam yang sunyi dan sepi, semua orang yang selesai bertugas kembali istirahat ketempat masing-masing.
Dalam kamar mewah yang luas dan besar, perabotan yang tampak bagus, lantai yang bertikar rapi dan dinding yang kuat.
Di tepi ranjang dua orang yang memakai pakaian pengantin hanfu serba merah sedang duduk saling menatap wajah sesama.
"Zha Wey, malam ini kita akan melakukannyakan?" Yux si memegang depan dadanya karena gugup.
Zha Wey menyentuh wajah Yux si dan membelai pipi gadis itu.
"Iya, ini adalah malam pertama kita, aku sangat mencintaimu," balas Zha Wey tersenyum lembut.
"Aku juga sangat mencintaimu," sambung Yux Si tersenyum menatap Pria tampan bersamanya yang sudah menjadi suami sah-nya.
"Kau tahu mengapa aku menyukaimu dan harus selalu menjagamu Yux Si?" tanya Zha Wey menatap manik mata gadis dihadapannya.
Yux Si menggelengkan kepalanya pertanda tidak tahu, "mengapa?" tanyanya membuka suara.
"Dulu saat aku berusia tujuh tahun, pertama kalinya di istana besar Kerajaan Wexi mengadakan pesta besar saat ayahku baru menjadi seorang Kaisar, malam perayaan itu tidak sengaja aku tertimpa masalah jatuh dalam sumur kering yang begitu dalam dan seorang gadis kecil begitu cantik menolongku," cerita Zha Wey sambil tersenyum menceritakan masa kecil.
Saat dulu ...
Seorang bocah tampan terjatuh dalam sumur yang berada jauh dibelakang istana, tempat yang gelap dan sunyi.
Bocah itu berteriak keras. Namun tidak ada yang mendengarnya sama sekali karena tidak ada siapapun yang berada disitu.
Hari semakin malam, tidak ada yang mendengar teriakan sosok bocah itu dari dalam sumur.
"Ayah, ibu!," teriaknya dengan keras. Memukul-mukul dinding dalam sumur itu, penglihatannya tidak jelas karena keadaan gelap.
Dia merasa takut. Namun berusaha memberanikan diri untuk bisa bertahan dalam sumur kering yang tertutup papan tebal atasnya membuat dia kesulitan bernapas dan semakin merasa sesak.
Tidak lama, terdengar suara gadis kecil yang bernyanyi terdengar ria dan bahagia sekali, ia bernyanyi sambil berjalan dan menari-nari.
"Bulan dan Bintang bersinar terang ...
menerangi malam ini ...
cahayanya memberikan banyak
manfaat semua makhluk ...," nyanyiannya terpotong saat mendengar suara seseorang berteriak dari arah sumur yang tidak jauh di depannya.
"Kata Kak Yux Si tempat ini bagus untuk bernyanyi karena tidak ada siapapun, tapi siapa yang berteriak itu?" gumam gadis kecil yang wajahnya ditutup topeng cantik berbentuk kupu-kupu.
Gadis kecil itu semakin berjalan mendekati sumur dan mendengar lebih jelas suara teriakan itu.
"Ayah Ibu!" teriak bocah kecil itu lagi.
"Siapa?" tanya gadis kecil sudah berada di dekat sumur itu membuka suara.
"Tolong aku, panggil prajurit kesini siapapun itu!" teriaknya menjawab gadis kecil itu. Ia tersenyum lega akhirnya ada yang bisa mendengar teriakannya dari dalam sumur.
"Baiklah," jawab gadis kecil itu. Kemudia bergegas pergi.
Tidak lama berselang datang dua Prajurit berlari bersama gadis kecil yang memakai topeng itu.
"Dia ada dalam sumur paman." Tunjuk gadis kecil itu menunjuk arah sumur.
Sesampainya, dua prajurit tadi langsung menggeser papan yang menutup atas sumur itu kesamping hingga tampak bocah tampan yang berhenti berteriak di dalamnya.
"Mana talinya?" tanya prajurit ke prajurit di sebelahnya.
"Ini." Prajurit satunya langsung mengulurkan tali kedalam sumur.
Sesudah tali sampai kebawah Bocil itu pun memanjat dinding dan memegang kuat tali dibantu oleh Dua prajurit yang menarik dari atas.
Sesampainya bocil itu mencapai atas, Dua Prajurit tadi terkejut.
"Putra Mahkota," panggil kedua prajurit. Mereka langsung bersujud di tanah secara bersamaan.
Bocil tampan itu menginjak hamparan rumput dan melirik kearah gadis kecil yang berlari pergi menjauh, ia pun langsung berlari mengejar gadis kecil itu.
"Tunggu!" teriaknya mengejar gadis kecil itu.
Mendengar teriakan itu, gadis kecil itupun berhenti melangkahkan kaki dan membalikkan tubuhnya.
Bocil tampan itu meraih kedua tangan gadis di hadapannya, "selalu pakailah jepit rambut ini, pemberian dariku karena kau telah menolongku adik." Dia menaruh ke atas telapak tangan gadis kecil itu sepasang jepit rambut yang dihiasai kupu-kupu di atasnya.
"Wah sangat cantik, terima kasih Kakak," jawab gadis kecil itu tersenyum. Setelahnya membalikan tubuh kembali dan berlari pergi.
"Suatu saat jika aku sudah dewasa, aku berjanji akan menikahimu," gumam Putra Mahkota kecil itu.
Kembali ...
"Jadi seperti itulah, terima kasih Yux si kau telah menolongku saat itu dan akhirnya keinginanku menjadi nyata." Raja Zha Wey mengusap-usap rambut Yux Si.
Yux Si tersenyum paksa seraya berkata dalam hati. Semoga Zha Wey tidak mengetahui bahwa itu bukan aku melainkan Fung Si dan saat itu aku yang mencuri sebelah jepit rambut kupu-kupu itu dari Fung Si, batin Yux Si.
Raja Zha Wey berdiri dari dudukannya, ia langsung melepas pakaian atasnya yang berlapis-lapis sampai bertelanjang dada.
Yux Si berdiri lalu langsung memeluk tubuh Pria tampan itu dan membelai-belai bidang dada kekarnya dengan senyuman merekah.
"Zha Wey kau menggodaku lebih dulu," ucap Yux Si tersenyum menatap wajah Zha wey.
"Kita kan adalah suami istri, menggoda adalah tidak apakan? "tanya Zha wey.
Yux Si mengangguk cepat dengan tersenyum menggoda.
Zha Wey langsung mengangkat tubuh Yux Si dan naik keatas ranjang. Dia membaringkan tubuh gadis itu lalu mengibaskan tangannya hingga lilin dalam kamar maupun tirai kelambu jadi terlebas menutupi dalam ranjang itu.
***
Hutan Kematian
Dua gadis duduk di atas daun pisang dengan wajah satunya tampak terkejut dan satunya hanya biasa saja.
"Jadi Burung Phoenix putih yang selama ini dicari-cari Para kultivator ternyata adalah milik Putri?" ucap Silli dengan mulut mengangga menatap junjungannya.
"Iya-iya, mulai sekarang aku adalah burung peliharaan dia," saut Burung Phoenix yang berdiri di samping Fung Si.
"Aku masih tidak percaya apa yang terjadi barusan, burung yang bisa bicara dan mangga yang ingin kumakan jadi terbang hilang dan berganti dengan cincin permata ini lalu burung jelek ini yang keluar," ucap Fung Si dengan wajah datarnya. Dia memandang cincin yang melekat di jari manisnya tangan kirinya.
"Apa kau bilang jelek? aku burung cantik bagaimana bisa kau mengatakan jelek lihat sayapku tebal dan bulu putihku yang lebat," timpal burung phoenix itu kesal.
"Diamlah!" Fung Si dengan pandangan lurus menatap ranting pohon yang jadi api tadi kini sudah menjadi abu.
Keadaan menjadi hening mendengar teguran Fung Si.
"Cincin ini lepaskan saj...," ucap Fung Si terpotong yang ingin melepaskan cincin melekat di jarinya.
"Jangan-jangan Putri, itu adalah cincin dimensi luar biasa, di dalamnya ada tempat sangat indah," sela Burung Phoenix itu dengan wajah panik melihat Fung Si ingin melepas cincin.
"Benarkah? itu tidak mungkin bagaimana bisa ada tempat di dalam cincin, heh sungguh aneh, jika pun benar apa buktinya?" tanya Fung Si.
Orang zaman dulu memang aneh, batin Fung Si.
"Jika Putri tidak percaya, pejamkanlah mata Anda," pinta Burung Phoenix itu.
"Apa aku juga boleh?" Silli memiringkan kepalanya melirik Burung Phoenix dengan wajah polos dan lugunya.
"Hahaha tentu saja," jawab Burung Phoenix itu.
Fung Si hanya memasang wajah datar, tentang kejadian di luar nalar tadi sungguh membuatnya syok. Dia anggap itu memanglah nyata tepat di depan matanya. Namun dia sejenak bingung apa maksud semua ini dan kehidupan di zaman kuno itu.
Tadi tentang menikah, hukuman di asingkan dan sekarang mangga melayang menjadi cincin sungguh membuatku syok, baru hari pertama aku menempati tubuh Putri ini sudah banyak hal yang mengejutkan diriku, batin Fung Si.
"Ayo pejamkanlah mata Putri, percayalah tentang semua ini aku akan membuktikannya," ajak Burung phoenix itu meminta Fung Si segera memejamkan matanya.
Fung Si menghembuskan napasnya dengan kasar, "baiklah," setujunya.
Sontak mendengar itu Silli dan Burung Phoenix seketika tersenyum.
Fung Si mulai memejamkan matanya termasuk Silli ikut memejamkan mata.
Burung Phoenix ikut memejamkan matanya dan mengatakan sesuatu dalam hatinya. Ruang dimensi, batinnya.
Syutttt ...
Tiga makhluk itu menghilang dan muncul kesebuah tempat sangat indah.
Tempat yang sangat indah, hamparan lembut rumput hijau yang sangat luas mencakup, pohon sakura yang berada di atasnya.
Ada Perumahan kayu cantik yang berada di tengah hamparan rumputan, di samping perumahan itu ada danau yang airnya mengering. Namun dipenuhi dengan segunung emas batang, berlian, perhiasaan dan sebagainya.
"Bukalah mata kalian," pinta Burung Phoenix yang terbang di hadapan dua gadis yang duduk di hamparan rumput.
Fung Si dan Silli sontak membuka mata, saat mata mereka terbuka jelas, "Wow," kaget kedua gadis itu melihat tumpukan gunung emas di depan mata mereka.
Burung Phoenix tersenyum, "ini adalah ruang dimensi milikmu Gadis jelek, kau ditakdirkan menjadi kuat, melawan kejahatan dan membela kebenaran. Seorang Pemimpin hebat yang akan memperbaiki kerusakan di dunia ini," jelasnya yang membuat Fung Si sontak berdiri.
"Apa? Pemimpin? aku tidak ingin menjadi pemimpin lagi!" tolak Fung Si. Dia melirik Burung itu dengan wajah yang ampak marah karena suatu hal.
Burung Phoenix dan Silli jadi terkejut melihat kemarahan tampak di wajah gadis itu.
"Mengapa Nona Fung Li? Saya tahu semua masa lalu Anda namun jangan jadikan itu alasan menolaknya, bangkit, lupakan dan nikmatilah hidup kedua anda disini!" bentak Burung Phoenix itu tidak terima akan penolakan Fung Si.
Fung Si sempat terkejut bahwa Burung itu mengetahui nama aslinya di zaman modern.
"A ... apa yang kau maksud dengan Nona Fung Li? Dia adalah Putri Fung Si bukan Fung Li kau salah menyebut nama," tanya Silli dengan wajah tampak bingung sedari tadi mendengar ucapan Burung Phoenix itu.
Fung Si sontak menundukan kepala dan melirik kesamping menatap wajah Silli.
(Mulai sekarang nama Fung Si mulai di ubah yang ke awal dan aslinya Fung Li).
"Aku bukanlah Fung Si, nama asliku adalah Fung Li biar kau tahu sekarang dan kenyataan penting ini bahwa Fung Si sudah meninggal dan aku memanggilmu Lili karena aku tidak ingin membuatmu sedih," jelas Fung li dengan suara pelan dan lembut agar tidak menyakiti perasaan gadis itu.
"Apa yang Anda katakan? itu tidak mungkin," tidak percaya Silli langsung berdiri dan memeluk tubuh Fung Li.
"Hikss ... hikss ... hikss Saya mohon Anda jangan mengatakan itu, itu tidak mungkin hiks...hikss," isak tangis Silli membasahi pakaian Fung Li yang belum berganti mulai pagi.
"Lili percaya tidak percaya, aku adalah gadis asing yang menempati tubuh Junjunganmu," ungkap Fung Li menegaskan kembali.
"Percaya tidak percaya, Saya akan tetap bersama Anda," balas Silli.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
ciru
cakeep.
2023-08-03
0