Supermarket Wellington
Jam menunjukkan pukul 6.30 menjelang malam. Lily dan ketiga anak kembarnya masih betah berbelanja keperluan untuk mengisi persediaan kulkas. Walaupun Lily akan sibuk dengan perkerjaan barunya dalam waktu 3 bulan ke depan. Dia tak akan melupakan tugasnya sebagai seorang ibu.
Lily sedang melihat beberapa makanan yang berada di Freezer Frozen Food. Dia mengambil makanan yang di inginkannya dan memasukkan ke dalam troli. Si Kembar sesekali menunjuk makanan yang mereka inginkan.
"Mom, bolehkah aku mengambil ini?" Kendrick menunjuk makanan ikan salmon kesukaannya.
"Boleh, sayang. Ambillah!"
"Mommy, aku boleh ambil ini juga ngak?" tanya Samuel.
"Mom, aku juga boleh ambil kentang ini kan" Nickolas menimpali.
Lily menganggukkan kepala seraya tersenyum.
"Boleh ambillah!"
Selesai memilih makanan di lorong, mereka lanjut berjalan ke lorong lainnya. Sayur, snack kesukaan Si Kembar dan keperluan lainnya sudah penuh di dalam troli dorong.
Tak terasa sudah kurang lebih 1 jam mereka di dalam supermarket. Puas dengan hasil belanjaannya, Lily segera mengajak ketiga anaknya untuk keluar.
Karna hari sudah semakin malam, Lily pun mengajak ketiganya untuk makan malam di luar saja. Mereka memutuskan pergi mencari lapak pecel lele, menuntaskan keinginan tadi siang yang tertunda. Si Kembar sudah tak sabar ingin mencicipi makanan khas Indonesia itu.
Lily mengemudikan mobil dengan perlahan. Setelah berkeliling mencari, akhirnya lapak pecel lele Mang Usep, menjadi pilihan Lily dan Si kembar.
Dulu tempat makan ini adalah salah satu tempat favorit Lily ketika Si Kembar berada dalam kandungan. Tempat ini adalah salah satu makanan kesukaan Lily. Jika ingin makan pecel lele. Lily akan pergi sendiri, lalu kemana mantan suaminya. Jangan di tanya! Mantan suami Lily tak kan pernah mau makan di sini! Kenapa? Dua jawabannya, katanya tidak higienis dan tidak enak!
Lily memarkirkan mobil mini itu ke tepi jalanan. Mereka pun segera keluar dari dalam mobil. Dia memperhatikan dengan seksama lapak Mang Usep yang tidak pernah sepi pembeli sedari dulu.
Terlihat Mang Usep sedang sibuk memotong mentimun dan lalapan lainnya. Lily menghampiri Mang Usep.
"Permisi, Mang," sapa Lily seraya tersenyum.
"Eh, iya. Mau pesan apa?" Mang Usep mengernyitkan dahinya, dia tampak berpikir seperti pernah melihat pembeli yang berada di hadapannya tapi di mana ya.
"Mang, ngak ingat sama neng?" Lily kembali tersenyum. Dia memaklumi jika Mang Usep lupa dengan dirinya.
"Ya ampun, ini Neng Lily toh pak!" Istri Mang Usep yang baru saja selesai mencuci piringnya, berjalan cepat ke arah Lily. Dia tentu saja ingat dengan Lily. Wanita kaya tapi berpenampilan sederhana. Begitulah pandangan Bu Usep kepada ibu 3 anak itu.
Lily yang mendengar suara Bu Usep pun tersenyum dan memeluk sejenak.
"Owalah, neng. Udah lama ngak jumpa. Bapak baru ingat toh!" Mang Usep baru saja ingat, dia tersenyum sumringah melihat kedatangan Lily.
Suara tawa terdengar di lapak tenda itu. Beberapa pembeli melihat ke arah 3 orang yang berbeda generasi itu sedang bercengkrama.
Selesai memesan, dan bernostalgia sejenak. Lily kembali ke meja, tempat Si Kembar berada. Sedari tadi mereka mengamati lalu lalang kendaraan di jalan raya.
15 menit kemudian.
Pecel lele super jumbo di lengkapi dengan lalapan dan sambel super pedas menghiasi meja makan Lily berada. Nasi sebakul juga sudah dihidangkan. Es teh manis menjadi pelengkap makanan itu.
Si Kembar Triplet tampak menelan air liurnya. Lily yang melihat gelagat ketiga anaknya tersenyum, mereka segera melahap pecel lele Mang Usep.
Si Kembar terlihat berkali-kali menambahkan nasinya ke dalam piring. Jangan lupakan es teh manis sudah 2 kali di pesan. Sepertinya mereka kepedasan. Lily menggelengkan kepala sembari terkekeh pelan, melihat gelagat anaknya.
•
•
Sementara itu, di dalam mobil mewah. Ada dua manusia orang berlawan jenis kelamin, sedang bercumbu mesra, Lilitan lidah antara keduanya tak terhenti walaupun saat ini mereka tidak sendirian. Ada satu pria di dalam mobil itu yang sedang mengemudikan mobil.
"Menjijikan!" Batin pria itu.
Tiba-tiba lampu merah menyala, pria yang menjadi tangan kanan kepercayaan si empunya mobil, seketika mengerem mendadak.
Lilitan lidah kedua manusia yang berada di mobil itu pun terhenti alhasil kepala Rissa kejeduk ke depan kursi.
"Awh!" pekik Rissa sembari tangan mengelus keningnya.
"Bisakah kau mengemudi dengan pelan, Breslin!" gerutu Rissa sambil menatap sinis.
"Sudah, sayang. Dia tidak sengaja." Arnold berusaha membawa kembali Rissa ke dalam pelukkan.
"Ihh aku sudah badmood Arnold. Masih jauh tidak Hotel Grand Canyon?" tanya Rissa sembari berdecak kesal.
"Hei, Breslin kau punya telinga tidak. Aku bertanya pada mu!" teriak Rissa sambil melototkan mata.
Breslin yang di panggil tak menyahut sama sekali, dia muak dengan kekasih Tuannya itu. Lebih baik dia fokus menyetir.
"Sayang, sudahlah. Jangan marah-marah." Arnold mengusap punggung kekasihnya itu.
Rissa mencebikkan bibir, seketika raut wajahnya berubah. Saat kedua mata Rissa menangkap sosok yang dia kenal, sedang makan di tempat kotor baginya.
"Arnold bukankah itu Lily?" Rissa menunjuk keberadaan sosok yang di sebutnya.
"Hahaha, astaga. Lihat dia makan di tempat kumuh. Menjijikan!" ejek Rissa.
Mendengar perkataan Rissa. Arnold menolehkan mata ke tempat Lily berada. Saat ini Lily dan si Kembar sedang makan bersama, menikmati hidangan pecel lele.
Arnold tersenyum penuh arti, entahlah apa yang ada di dalam pikirannya.
"Arnold! Kau pasti tahukan Lily sudah kembali ke Indonesia?" Rissa menatap tajam Arnold
"Iya aku tahu."
"Kau tidak mencintainya lagi kan?"
"Astaga, sayang. Sudah berapa kali ku katakan aku tidak mencintai Lily. Dia itu hanya pilar ku untuk menggapai kekayaan kita," ujar Arnold sambil mengusap bibir Rissa yang terlihat membengkang karna permainan lidahnya tadi.
"Baiklah, aku percaya pada mu. Kau lihat tidak Lily itu makan di tempat seperti itu. Pasti tidak enak." Rissa menaikkan sebelah alis matanya.
Sedari tadi Breslin mendengarkan pembicaraan di belakang kursinya.
"Tapi Nyonya katanya di lapak pecel lele itu makanannya enak!" cetus Breslin sambil matanya fokus ke depan memperhatikan tiang traffic light yang sudah berganti warna hijau.
"Apa kau bilang Breslin. Enak, meski dunia kiamat pun aku tidak sudi memakan makanan sampah itu." Rissa mencebikkan bibir.
"Sudahlah sayang. Kemarilah!" Arnold menarik tubuh Rissa kedalam pelukkan.
"Jangan marah-marah. Apakah kau tidak ingin membeli tas baru?" tanyanya.
"Tas, bolehkah sayang?" Rissa mendadak manja kepada Arnold mendengar kata tas. Pasalnya hampir setiap bulan Rissa meminta pada Arnold untuk membeli keperluan matanya. Dia ingin pamer ke teman sosialitanya.
"Boleh, tas apapun yang kau inginkan akan ku belikan."
"Kau memang tahu keinginan ku sayang. Aku mencintaimu Arnold!" Rissa mencium bibir Arnold lagi.
"Ya Tuhan, dasar pasangan mesum! mataku sangat kotor!" Batin Breslin melihat pasangan tak senonoh itu kembali melakukan aktivitasnya.
.
.
.
.
.
Like, Vote, dan Komentarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Senajudifa
nana kutukan cinta mampir
2022-06-06
1
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Mama ga konsen baca di sekolah.. nanti mama lanjut lagi
2022-06-06
1
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Divideo breslin, jual ke anu... buat bonus tambahan 😅
2022-06-06
1