***
Sinar matahari menerpa gorden yang berwarna turquoise green itu, mencoba membangunkan sang empunya kamar. Terlihat si Kembar sudah terbangun dari tidurnya, mereka sedang berpura-pura tidur. Sebab tak ingin membangunkan ibunya, Lily masih tertidur pulas dengan wajah lelahnya itu.
Kendrick sudah jengah dengan drama yang sedang dilakukan oleh saudara kembarnya. Perlahan dia membuka kelopak matanya, dilihatnya ke samping wajah Ibunya. Dia mengagumi sejenak mahakarya ciptaan Tuhan. Wajah Lily tidak pernah berubah sedikit pun walaupun sudah bertambah usia, malah semakin bertambah cantik.
Kendrick melirik sekilas ke arah Nickolas dan Samuel yang masih melakoni drama musikalisasinya. Terlihat kedua mata mereka berkedip-kedip, Kendrick baru saja sadar mengapa dia mau mengikuti drama yang di buat oleh saudara kembarnya.
"Ah kau sudah besar Ken, jangan ikut-ikutan mereka. Kau ini sungguh bodoh." Batin Kendrick sambil menepuk jidat. Pergerakan tangan Kendrick membuat tidur Lily terusik.
"Nghhh." Terdengar suara lenguhan yang berasal dari bibir Lily. Perlahan Lily membuka kedua kelopak matanya dan menguap lalu diregangkannya kedua tangannya ke atas dengan pelan, merileksasikan otot-ototnya yang terasa kaku. Lily menoleh ke arah Si Kembar Triplet, dia melihat ketiga putranya.
Tampak Kendrick menatap ke arah Lily, reflek dia tersenyum kepada ibunya. Wah, langka sekali Kendrick tersenyum! Iya, memang langka, hanya kepada Ibunya saja dia bersikap seperti itu.
"Maafkan aku Mom, membangunkan tidur mu," ucap Kendrick.
"Its okay, darling. Hari ini kita akan sibuk. Karena kita akan pindah ke apartment nak. Jadi kita harus segera bersiap-siap!" ucap Lily sembari melirik ke arah Nickolas dan Samuel.
Sedari tadi dia curiga dengan gelagat kedua anaknya itu. Bagaimana tidak, mata mereka berkedip-kedip. Bagi yang melihat pun pasti tahu jika mereka sedang berpura-pura tidur.
"Benar kah Mom?" tanya Nickolas dan Samuel reflek membuka mata secara bersamaan.
Lily tak langsung menjawab, ia dan ketiga buah hatinya saling pandang satu sama lain.
Tiba-tiba terdengar suara tawa menggema di dalam kamar.
Kebahagiaan pun tercipta di pagi hari ini, di mana Lily dan ketiga anaknya bercengkrama sebelum memulai aktivitas. Sungguh moment seperti ini akan terukir di ingatan Lily kelak. Moment kebersamaan bersama ketiga buah hatinya yang takkan terlupakan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tepat pukul tujuh pagi, Lily dan si Kembar sudah mandi. Mereka bersiap-siap untuk sarapan bersama keluarga besar Marques. Keempat orang tersebut turun ke lantai satu, bergabung dengan keluarga yang sudah berada di bawah.
"Kak Kennnnn dudukk di dekat Dalaaa ya!" ucap Darla, saat melihat Kendrick mendekat ke arah meja makan.
"Iya, Darla," ucap Kendrick sambil melirik sekilas.
"Manja banget sih telur dadar nih." Celetuk Nickolas.
"Ih Mom, Kak Nickholas jahat!" seru Darla dengan suara manja.
Mereka yang mendengar obrolan kedua anak kecil itu hanya bisa tersenyum.
"Sudah, sekarang kita makan ya." Jonathan sebagai kepala keluarga menengahi drama kecil yang dilakukan cucunya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ruang kerja Leon
Kaca bening yang di tempatkan di belakang meja kerja Leon. Menjadi sarana dia untuk melihat pemandangan lalu lintas, yang berada di bawah perusahaannya, Lunna. Corp.
Gedung bertingkat sembilan ini adalah tempat beberapa orang mengais rezeki demi sesuap nasi. Karyawan setiap tahunnya akan mendapatkan gaji tambahan, jika mempunyai kinerja yang sangat baik. Bisnis Leon yang di kembangkan di Indonesia sudah berjalan hampir kurang lebih 1 tahun.
Sedari tadi, Leon masih saja fokus menatap keluar kaca. Tak tahu apa yang sedang di pikirkannya. Sorot matanya dingin Leon memancarkan makna yang tersirat. Terdengar hembusan napas yang pelan, dia melirik sekilas pada jam yang bertengker di pergelangan tangannya.
Dia pun memutar kursi kerjanya ke tempat semula.
Leon mengambil telepon yang berada di atas meja, jari telunjuk Leon menekan satu tombol.
"Suruh Lexi ke ruangan ku!" Titahnya kepada sekretaris.
"Baik, Pak!" ucap sekretaris pribadi Leon.
Tok.. tok.
"Masuk."
"Tuan." Menunduk sedikit.
"Bagaimana apakah penyelidikan mu sudah ada hasil?"
"Sudah, Tuan. Maaf jika penyelidikan ku sedikit lambat," ucap Lexi.
"Tidak apa-apa. Jadi siapa dalang dari penculikan anakku?"
Lexi membuka lembaran kertas yang di bawanya.
"Pablo Picasso, Tuan."
Brakkkkk.....
Pukulan tangan di meja.
"Bedebah!" Napas Leon tampak memburu. Lagi dan lagi nama itu selalu saja ada di setiap rentetan kejadian dalam hidupnya.
Pablo Picasso adalah salah satu musuh bebuyutan Leon. Pablo merupakan pemimpin kartel Swedish House Mafia di Amerika Serikat. Dia adalah gembong narkoba terbesar pada masa jayanya. Dikarenakan Leon dan Marvin tak ingin lagi menjalani kerjasama dengan Pablo kala itu.
Dia tak berhenti mengusik kehidupan Leon. Bagaimana tidak, kerjasama yang dilakukan tidak menguntungkan bagi Leon dan Marvin. Anak buah Leon selalu dijadikan kambing hitam oleh Pablo. Leon pun merasa geram. Lantas dia pun dengan cepat menghancurkan salah satu bisnis Pablo yang berada di dermaga dahulu.
"Siapa suruhannya yang berada di sini?!" Leon mengepalkan tangan.
"Arnold Fabrizio Kardo, Tuan. Dari informasi yang didapatkan Tuan Arnold mendapatkan suntikan saham yang sangat besar dalam beberapa hari ini. Arnold adalah CEO dari perusahaan KNS.Corp,Tuan."
"KNS. Corp?" Leon mengerutkan dahi.
"Benar, Tuan."
"Lalu, informasi apa lagi yang kau dapatkan Lex?"
"Tuan tempo hari yang lalu memintaku untuk mencari identitas wanita yang menemukan Lunna di Mall."
"Iya, bacakan."
Lexi membalikkan lembaran kertas.
"Lily Marques adalah anak dari Tuan Jonathan Marques. Publik tak banyak mengetahui mengenai anak Jonathan. Dia seorang janda yang memiliki tiga anak kembar. Kendrick Fabrizio Kardo, Nickolas Fabrizio Kardo dan Samuel Fabrizio Kardo."
"Fabrizio Kardo nama tengah anak-anaknya. Kau yakin?" Leon menatap ke arah Lexi.
"Yakin, Tuan."
"Lanjut!"
"Dan mantan suaminya adalah Arnold Fabrizio Kardo, Tuan."
Leon terdiam saat mendapatkan informasi terbaru yang diberikan oleh Lexi. Sejuta pertanyaan bersarang dipikirannya saat ini.
Lexi memperhatikan raut wajah Leon berekspresi datar dan tak bisa terbaca. Saat ini, dia ingin sekali bisa membaca isi pikiran Leon.
Keheningan pun tercipta di ruangan kerja Leon.
.
.
.
"Mommy akan merindukan mu nak," ucap Anastasya pelan, sambil memeluk erat putri sulungnya.
"Berhati-hatilah di perusahaan, nak." Jonathan menatap lekat putrinya itu yang berada di pelukkan istrinya.
"Tentu saja, Daddy."
"Mom, awas aku mau berpelukan dengan kak Lily juga," sela Belle.
Anastasya melepaskan dekapannya, dan menatap tajam pada putri bungsunya itu.
"Kau ini! Nanti kau bisa berpelukan di sana," protes Anastasya.
"Itu pelukan yang lain, Mommy ku yang cantik jelita." Belle merengkuh kakaknya dengan cepat dan erat.
"Onty udah kayak telletubiess berpelukan!" Celetuk Nickolas sambil mendekatkan tubuh ke saudaranya, berusaha untuk memeluk.
"Jangan mendekat Nick!" teriak Kendrick sambil memasang wajah singa.
Suara tawa dari keluarga Marques, mengiringi kepindahan Lily dan ketiga anak kembarnya ke apartment baru.
.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Musuh bebuyutan... perjuangan dobel keknya.. demi lily dan lunna
2022-05-29
1
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Maju Leon, jangan takut ama mantan.... libasss
2022-05-29
1
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Bapaknya kembar?
2022-05-29
1