Masih tahap revisi guys.
Berikan dukungan like, komentar, dan votenya ya.
Salam dari kak Nana.
Selamat membaca.
***
Lunna tersenyum saat melihat sosok yang ia kenali, dia segera beranjak dari tempat duduknya dengan cepat. Tungkai kaki mungilnya berlari lincah, menghampiri pria didepannya.
"Lexi!" teriak Lunna sembari merentangkan kedua tangannya.
Pria itu mensejajarkan tubuhnya dengan Lunna, dia segera merengkuh dan mendekap bocah kecil tersebut.
"Nona," panggilnya dengan mengusap pelan kepala Lunna.
"Hiks, hiksss, hiksss Lexiiiiii!"
Air mata Lunna mengalir dikedua pipinya, sembari merangkul pria itu dengan begitu erat.
"Sudah Nona, aku sudah di sini. Tenanglah!"ucap pria itu sambil mengelus perlahan punggung Lunna.
Seketika, pria itu melonggarkan pelukannya. "Nona, lihat mataku. Siapa yang melakukannya? Nona ingat wajahnya?" tanyanya beruntun.
Mendengar perkataan Lexi, Lunna membuka kelopak matanya dengan perlahan. Dia menatap lekat, bocah perempuan itu, membalas perkataannya, dengan mengganggukkan kepala. Ia kembali membenamkan wajah mungilnya di dada Lexi.
Enam orang yang berada didalam ruangan tersebut menatap sendu, pada kedua orang yang sedang berpelukan tersebut. Mereka hanyut dalam pikirannya masing-masing.
"Kak!" panggil Belle dengan mendekat ke tubuh Lily, dia membisikkan sesuatu di daun telinga kakaknya. "Lihat kak jangan-jangan itu tulang igamu, duda loh kak." Belle mengoda Lily sambil mengedipkan sebelah matanya.
Lily melototkan kedua matanya, dia tak habis pikir, Belle tidak bisa melihat situasi dan kondisi. Wanita bermanik mata biru itu, tidak membalas perkataan adiknya. Dia menatap tajam pada wanita yang lebih muda darinya.
Namun, Belle yang tidak peka dengan tatapan Lily, kembali dia berbisik. "Hot Daddy!"
"Mom, hot daddy itu apa?" tanya Darla penasaran, dia masih berada digendongan ibunya. Ia tak sengaja menguping pembicaraan.
Belle dengan cepat menutup mulut Darla. "Shftt diam sayang, hot daddy itu dispenser," jelas Belle berbohong, dengan suara yang sangat kecil. Pasalnya, Darla pasti akan penasaran dengan kata baru yang telah didengarnya tadi.
Mendengar penjelasan ibunya, bocah kecil tersebut mengernyitkan dahi, dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Lily yang mendengar penuturan adiknya, hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Hmmm."
Pria itu, berdehem memecahkan interaksi Lily, Belle dan Darla. Ternyata dia sudah berada di dekat ketiga wanita tersebut. Sedari tadi, dia memperhatikan tingkah laku mereka. Tampak Lunna bergelayut manja digendongannya.
Lily dan Belle tersenyum kikuk, sementara Darla tersenyum sumringah, hingga menampakkan lesung pipit dikedua pipinya.
"Terimakasih sudah menemukan Nona, Perkenalkan nama ku Lexi."
"Iya, sama-sama pak. Perkenalkan nama saya Lily, ini adik saya Belle, dan si Kembar anak saya," balas Lily sambil menunjuk ke arah si Kembar yang saat ini sedang duduk disofa.
"Dalaa kok ngak dikenalin, Onty!" protes Darla sambil memanyunkan bibir, karena namanya tidak disebutkan.
Ketiga orang dewasa tersebut, terkekeh pelan saat mendengar perkataan Darla.
"Maaf Onty tidak sengaja sayang, ini Darla," ucap Lily sambil melirik pada Darla yang berada digendongan ibunya.
Pria bertubuh tinggi itu membalas dengan menganggukkan kepalanya sedikit, sembari tersenyum simpul.
"Sebenarnya yang menemukan Lunna adalah anakku," jelas Lily sambil menoleh ke arah si Kembar.
"Benarkah?" Lexi memastikan.
"Iya, benar pak. Salah satu anak ku yang menemukannya, di dekat ruangan yang berada toilet," jelas Lily singkat.
Lexi mangut-mangut berusaha memahami penjelasan Lily.
"Baiklah, ini ada cek sebagai hadiah karna sudah menemukan Nona. Aku sangat berterimakasih!"
Lexi mengeluarkan kertas cek yang berada di saku jasnya, sebagai tanda terimakasih. Karena sudah menemukan putri atasannya itu. Dia menyodorkan kertas kecil tersebut.
"Jangan pak, kami ikhlas. Ini adalah bentuk rasa manusiawi kita untuk saling membantu satu sama lain." Tolak Lily secara halus, dan pelan.
"Terimalah, kumohon!" pinta Lexi, posisi satu tangannya masih tidak berubah dari posisi semula.
"Pak, kami ikhlas. Simpan saja untuk keperluan Lalunna," Belle menimpali kakaknya itu.
"Baiklah, sekali lagi. Terimakasih." Lexi menghela napasnya sejenak. Dia menyerah, membujuk kedua wanita berparas menawan tersebut untuk menerima hadiah yang disiapkan oleh tuannya.
"Sama-sama pak," tutur Lily dan Belle bersamaan.
Lexi mengalihkan pandangannya pada bocah perempuan, yang berada didekapannya. "Nona, sekarang kita pulang ya. Apakah Nona tidak merindukan seseorang?" tanya Lexi sembari mengelus pipi Lunna. Dia berusaha menahan gejolak amarah, yang didalam hatinya. Saat melihat, luka di wajah bulat anak belia itu.
Mendengar perkataan Lexi, kedua mata Lunna tampak berbinar. Senyuman pun terukir disudut bibir mungilnya. Seketika ia menolehkan wajahnya pada Lily. Dia menatap wanita berambut coklat tersebut dengan sendu.
"Mom!"
Wanita bermanik mata biru laut itu, mendekat dan mengusap perlahan kepala Lunna.
"Kalau Lunna rindu bisa telpon. Ini kartu nama Mommy. "
Lily mengeluarkan kartu yang berada didalam tasnya, ia segera menyodorkan benda mini tersebut. Bocah kecil itu pun, mengambil kartu namanya.
Lexi yang mendengarkan obrolan singkat, antara kedua wanita berbeda generasi itu, mengerutkan keningnya. Entah apa yang sedang dipikirkannya.
"Kami pulang dulu," ucap Lexi, sambil berjalan dengan pelan menuju pintu.
"Iya, berhati-hatilah. Kami juga akan pulang."
Lily memberikan kode kepada adiknya dan si Kembar untuk kembali ke mansion.
Mereka pun melangkahkan kakinya bersamaan. Si kembar mengekori dari belakang. Sepertinya radar permusuhan sudah tidak aktif.
"Kakak!" panggil Samuel.
"Iya, ada apa Sam?" Nickolas bertanya sambil mengerutkan dahi.
"Akhirnya," ucap Samuel sambil mengedipkan sebelah mata kanan.
Nickolas membalas dengan mengangguk sedikit.
"Kalian ini, ada-ada saja!" Kendrick menimpali obrolan saudara kembarnya.
"Apaan sih kakak!" protes Samuel, sambil menatap lurus ke depan.
"Sudahlah!" Kendrick menggelengkan kepala, ia jengah dengan tingkah saudaranya.
***
Lexi mengedarkan pandangannya, menelisik keberadaan mobil atasannya. Lunna tak bergeming dari posisinya, dia merebahkan kepala kecilnya di pundak pria tersebut.
Tit.
Terdengar suara klakson mobil.
Tampak mobil mewah berwarna hitam pekat, memasuki pelataran Mall. Mobil bergaya modis dan elegan berhenti tepat di depan pintu utama, pusat perbelanjaan tersebut.
Beberapa pengunjung, melirik sejenak ke arah mobil, yang baru saja masuk. Mereka mengangumi kendaraan roda empat itu. Kaca mobil yang terlihat gelap, membuat pengunjung menerka-nerka siapakah si pemilik mobil.
Terlihat di dalam mobil, si empunya sedang duduk tenang sambil menatap lurus ke depan. Satu tangan kanannya menopang dagu.
"Bukakan pintu untuk Lexi. Aku tidak keluar!" Titahnya secara tiba-tiba.
"Baik, Tuan!" jawab supir mobil dengan cepat.
Supir itu pun segera keluar, kemudai mengitari mobil untuk membukakan pintu mobil tersebut.
Lexi mengernyitkan dahi. "Apakah Tuan tidak ingin mengucapkan terimakasih sebentar. Mengapa aku berharap lebih, toh memang seperti itu sifatnya." Batin Lexi bermonolog.
Dia pun menuntun Lunna untuk masuk ke dalam mobil dengan perlahan. Lexi mengalihkan pandangannya ke arah Lily berada. Ia pamit undur diri dengan menundukkan kepala.
Sedari tadi wanita berparas rupawan itu, sedang menunggu kedatangan adiknya yang mengambil mobil di basement. Ia memahami kode dari Lexi, menganggukkan sedikit kepalanya.
Mobil mewah merk Bentley Bacalar itu meninggalkan Mall Marq.
***
Mobil Bentley Bacalar.
"Lexi, apakah wanita tadi penyelamat putri ku?"
"Benar, Tuan. Dia adalah Ibu dari anak yang menyelamatkan putri anda."
"Ohh."
Atasannya hanya membalas dengan kalimat singkat, sembari mengusap kepala Lunna, yang bergelayut manja dilengan kekarnya.
"Astaga! Tuan. Cuma oh saja?!"
Lexi bergumam di dalam hati, tanpa menunjukkan ekspresinya agar tidak ketahuan.
"Kau membicarakan ku Lex," tanya Leon sambil mengangkat alis matanya.
"Tidak Tuan."
Lexi membalas, tanpa merubah raut wajahnya. Dia sudah paham dengan sifat Ayah Lunna.
"Apakah kau sudah mengetahui siapa pelakunya?"
Pria tersebut bertanya dengan nada yang dingin.
"Aku belum tahu pasti, Tuan. Tapi akan segera ku cari tahu!"
"Oke, berikan informasi padaku secepatnya." Titahnya tak ingin dibantah.
"Baik, Tuan."
"Lex hubungi juga Dokter Marcus suruh dia ke mansion untuk memeriksa keadaan Lunna." Perintahnya lagi.
"Daddy!" panggil Lunna, sedari tadi mendengarkan obrolan kedua orang dewasa itu.
"Iya, nak!"
"Lunna tadi punya Mommy loh," jelas Lunna dengan mata berbinar.
"Mom?" sambil mengerutkan keningnya.
"Iya, Daddy. Mom tadi dia sangatlah baik. Dia tepuk-tepuk punggung Lunna. Matanya walnaaa bilu loh Dad," tutur Lunna dengan lidah cadelnya.
"Benarkah?"
Lunna menganggukkan kepala sambil menatap ayahnya.
"Daddy, aku ingin Mommy itu!" pinta Lunna.
Ayahnya tidak membalas perkataannya, hanya terdengar helaan napas yang berat.
"Lex!" panggilnya.
"Iya, Tuan."
"Cari identitas dan latar belakang wanita itu. Laporkan padaku secepatnya!"
"Baik, Tuan."
"Tumben Tuan ingin mencari identitas seorang wanita. Wah ini menarik sekali, semoga saja Tuan segera beristri lagi. Agar Lunna tidak kesepian. Sungguh malang nasibnya." Batin Lexi.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Mama masih nerima lowongan lho buat tuan Leon... uhuk..
2022-05-29
1
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Ayyaaayy kapten.... 😍😍👏👏👏
2022-05-29
1
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Wakakakaka persis Rey ama Mahen... telepati 🤣
2022-05-29
1