Masih tahap revisi guys.
Berikan dukungan like, komentar, dan votenya ya.
Salam dari kak Nana.
Selamat membaca.
***
Mall Marq Lantai 6
...----------------...
Ruangan Khusus.
Setelah, kejadian beberapa menit yang lalu. Petugas security memberikan saran kepada Lily, untuk membawa anak tersebut ke ruangan khusus dilantai enam. Melihat keadaan anak perempuan itu yang sudah terlihat kelelahan.
Belle meminta izin kepada Lily untuk mengantarkan Anastasya pulang ke mansion, dia kasihan terhadap ibunya yang sudah tampak keletihan.
"Kak, aku antar Mom sebentar ya. Kasihan Mom dari tadi dia jalannya udah kayak sipu." Belle berkata dengan enteng, tanpa memperhatikan raut wajah ibunya yang berada disamping tubuhnya, terlihat menahan rasa kesal.
Anastasya melototkan dengan tajam saat mendengar perkataan anaknya. Dia menahan dirinya untuk tidak menjewer telinga Belle saat ini.
"Iya, berhati-hatilah. Kau bisa membantuku untuk melapor ke kantor polisi sebentar kan?" pinta Lily tanpa menghentikan gerakan tangannya, yang dari tadi mengelus punggung Lunna. Sekarang Lunna sedang tertidur pulas digendongannya.
"Tentu saja bisa kak," ucap Belle sambil menuntun Anastasya dan Darla untuk keluar dari dalam ruangan.
**
Saat ini, Lily dan si Kembar sedang duduk di bangku dilengkapi dengan meja dihadapan mereka. Lily dan Kendrick duduk berhadapan dengan Nickolas dan Samuel.
Kendrick terlihat menyaksikan tayangan televisi didepannya. Sementara itu, Nickolas dan Samuel menatap tajam kepada anak perempuan yang berada didekapan Ibunya. Entahlah, mereka merasa anak itu adalah rivalnya.
Rasanya sungguh aneh. Sepupunya, Darla terkadang diperlakukan seperti itu oleh Ibunya. Tetapi mereka merasa biasa saja. Lantas mengapa dengan anak baru ini, rasanya berbeda.
Kedua mata Lily sedari tadi memperhatikan tingkah kedua anaknya dengan seksama. Dia menggerakkan kepalanya ke samping. Kendrick yang merasa diperhatikan pun menoleh. Seakan bisa membaca isi pikiran ibunya.
Kendrick mengalihkan pandangan kepada saudara kembarnya. Aneh, kenapa mereka diam, tidak seperti biasanya, ada apakah gerangan.
Nickolas dan Samuel, menatap lurus kepada Lunna dengan sorotan mata, yang begitu tajam. Mereka tak menyadari, saat ini sedang diperhatikan oleh Kendrick. Pancaran mata mereka, bagaikan singa yang ingin memakan mangsanya.
"Kenapa lagi mereka? Astaga! jangan bilang." Gumamnya dalam hati, tanpa sadar Kendrick menutup mulut sembari menggelengkan kepala.
Lily mengerutkan kening, melihat gelagat Kendrick.
"Ada apa Ken?"
"Tidak ada Mom, aku hanya merasa kepanasan." Sindir Kendrick dengan suara yang lantang. Berharap Nickolas dan Samuel menyadari jika mereka sedang cemburu. Akan tetapi, mereka tidak sama sekali mengubris perkataan Kendrick.
"Panas?" Lily merasa heran, padahal mereka berada diruangan, yang dilengkapi dengan fasilitas AC.
"Iya, hati seseorang yang panas Mom." Kendrick memberikan kode pada ibunya dengan melirik sekilas saudara kembarnya.
Lily baru saja menyadari, apa yang dimaksud oleh Kendrick. Dia mengulum senyum, sembari menggelengkan kepala dengan pelan.
"Astaga! ternyata mereka bisa cemburu juga." Gumam Lily dalam hati.
••••••
Dua puluh lima menit kemudian.
Belle dan Darla kembali ke Mall Marq, mereka berjalan pelan ke lantai enam, sembari menenteng dua buah kantong plastik. Terlihat satu kantong berisi obat-obatan dan perban yang tergulung rapi didalamnya dan satu kantong lagi, berisi beberapa helai baju dan sepatu flatshoes kecil berwarna dustypink.
Kedua wanita berbeda generasi tersebut, langsung masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk pintu.
Lily yang mendengar kehadiran seseorang menolehkan matanya.
"Cepat sekali, Belle?" tanya Lily.
"Tentu saja, aku kan bukan siput kak!" Belle memutar malas kedua bola matanya. "Lambat salah, cepatpun salah," gerutu Belle sembari meletakkan kantong diatas meja.
Lily terkekeh dengan pelan. "Mom sudah kau antar ke rumah?" Lily bertanya lagi.
"Belum kak, sudah kubuang ke laut!" cetus Belle.
Saat mendengarkan perkataan Belle, Lily melototkan kedua matanya.
"I'm just kidding, sis!" tutur Belle cepat, saat melihat ekspresi kakaknya.
Lily menghembuskan napasnya dengan pelan.
"Apakah dia belum bangun kak?" tanya Belle sambil mendudukkan bokongnya di bangku. Dia juga mengangkat tubuh Darla untuk duduk dipangkuannya.
"Belum, mungkin sebentar lagi. Apakah kau sudah melapor ke polisi."
"Sudah, Kak. Polisi mengatakan anak ini sudah hilang dua hari yang lalu," jelas Belle sembari menepuk punggung Darla, yang sudah mulai mengantuk.
"Dua hari, kau yakin dua hari, kalau dilihat lukanya, sepertinya lebih dari dua hari?" tanya Lily seraya mengerutkan kening. Dia tampak ragu.
"Aku pun juga tak yakin kak, tapi itu informasi dari kepolisian".
"Lalu, bagaimana dengan keluarganya. Apakah sudah diberitahu?" tanya Lily lagi.
"Sudah kak, sebentar lagi mereka akan ke sini," jelas Belle singkat.
Lily menghela napas dengan berat.
"Kau tahu, banyak pertanyaan yang inginkan kutanyakan kepada anak ini. Tapi sepertinya dia masih trauma. Kasihan sekali!" Raut wajah Lily tampak sedih.
"Ini sangatlah tidak wajar, anak hilang dua hari yang lalu dengan luka yang seperti ini, dan kenapa pula dia bisa berada didalam Mall." Lily mengatakan kalimat akhirnya dengan penuh penekanan.
"Apa yang terjadi padanya Belle? Apa yang mereka lakukan kepadanya, dia hanyalah seorang anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Apa salahnya?" tanya Lily beruntun. Lily memperhatikan dengan seksama wajah Lunna yang dipenuhi dengan luka. Saat ini, banyak pertanyaan yang bersarang didalam kepalanya.
"Tega!" Batin Lily bermonolog.
Belle terdiam dia hanya bisa mendengarkan luapan perasaan kakaknya. Dia pun merasa kasihan dengan anak tersebut. Bagaimana jika Darla yang berada di posisinya.
"Oh tidak jangan sampai!" teriak Belle dalam hati.
Si Kembar sedari tadi terdiam, mendengarkan obrolan dua orang dewasa dihadapannya. Mereka tak berani menyela. Ketiga bocah itu hanyut dalam pikiran masing-masing.
Sepuluh menit pun berlalu.
Kedua mata Lunna mulai membuka dengan perlahan, cahaya ruangan itu begitu menyilaukan, dia menengadahkan kepala ke atas. Dia melihat wajah seorang wanita yang putih bersih, hidung mancung, dan manik mata berwarna biru seperti di hamparan laut yang tenang. Dia menatap lekat seraya tersenyum.
"Mom!" panggil Lunna sembari tangan mungilnya mengelus pipi Lily.
"Iya, sayang. Anggap saja aku Mommymu," ucap Lily sambil menatap dalam.
***
Di suatu ruangan, tampak seorang pria bertubuh kekar, sedang menatap lurus kedepan. Terdengar suara hembusan napasnya yang begitu pelan.
Tok. tok. tok.
"Masuk!" ucap pria itu dengan cepat.
Pria bertubuh jangkung masuk kedalam ruangan. Dia menundukkan kepala sedikit.
"Tuan," sapa pria bertubuh jangkung.
"Hm, ada apa?" tanya pria bertubuh kekar dengan nada dingin.
"Nona sudah ditemukan Tuan," jawabnya cepat.
"Benarkah? Dimana?" tanya pria tubuh kekar beruntun.
"Di mall Marq, aku akan pergi kesana dua menit lagi Tuan," tuturnya cepat.
Pria bertubuh kekar mengernyitkan dahi, saat mendengar jawaban tangan kanannya itu. Dia terdiam membisu, hanya sorot matanya yang dingin dan tajam, terlihat diwajah rupawannya.
"Baiklah, aku akan menyusul!" jawab pria tubuh kekar itu, sambil beranjak dari tempat duduknya.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Ayahnya Luna orkay..
2022-05-28
1
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Sedih 😭😢😵😷
2022-05-28
1
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Dibuang yaa lalunna nya?
2022-05-28
1