Masih tahap revisi guys.
Berikan dukungan like, komentar, dan votenya ya.
Salam dari kak Nana.
Selamat membaca.
***
Mendengar perkataan putri bungsunya itu. Anastasya menjewer dengan cepat telinga kanannya.
"Awh! Sakit Mom!" sungut Belle sambil memanyunkan bibir.
Anastasya tak langsung melepaskan cubitannya. Dia menatap tajam Belle. Dia tak habis pikir, mengapa putri bungsunya tak bisa menyaring perkataan yang keluar dari mulutnya itu. Dia tak mau saja, ucapan yang dilontarkannya melukai perasaan Lily.
"Sudahlah Mom, Belle tidak salah," Lily menengahi aksi ibunya itu. Dia menahan senyumnya, saat melihat kekesalan Belle.
Seketika, Anastasya melepaskan cubitan kecil itu.
"Mom, sakit tahu!" Rengek Belle sambil mengusap pelan telinganya.
Anastasya tak menyahut perkataan Belle, dia menghembuskan napas dengan kasar.
"Minta maaf pada kakakmu!" perintah Anastasya.
"Kak, maaf," ucap Belle dengan menunjukkan wajah puppy eyesnya.
"Tidak apa-apa Belle, kakak sudah melupakan Arnold. Tak usah kau risaukan," tutur Lily.
"Benarkah? Baguslah aku senang sekali. Kakak memang harus menghempaskan masa lalu." Belle tersenyum simpul sambil melipat kedua tangannya.
"Baguslah nak, Mom senang mendengarnya." Anastasya menimpali.
Terdengar suara derap langkah kaki, yang mendekat ke arah mereka berada. Ketiga wanita tersebut menolehkan kepala ke sumber suara.
Lily beranjak dari bangkunya, senyuman terpampang diwajah cantiknya. Saat melihat ayahnya telah tiba.
"Daddy!" panggil Lily, dia segera menghampiri Jonathan dan langsung membenamkan wajahnya di tubuh ayahnya itu.
Jonathan menerima pelukan dari putri bungsunya itu. Dia memejamkan matanya sejenak. Tanpa terasa air matanya menetes di pipi, secepat kilat dia mengusap jejak tetesan air itu. Dia rindu, amat rindu, putri kecilnya yang dulu pergi, telah kembali kedalam pangkuannya.
Jonathan membenci dirinya sendiri, karena tak mampu menjaga putri sulungnya itu. Dia sangat membenci sosok yang pernah mengukir luka dihati Lily. Jonathan mengelus pelan punggungnya. Dia berharap kebahagiaan akan menghampiri anaknya. Sementara itu, Anastasya dan Belle yang melihat interaksi keduanya hanya menatap sendu.
"Nak, kau baik-baik saja kan? Bagaimana dengan bisnismu?" tanya Jonathan beruntun, sembari melepaskan pelukkan.
"Aku baik-baik saja, tentu saja lancar, Dad." Lily menatap lekat.
"Hei, apakah kalian tak ingin bergabung kesini!" teriak Belle. Dia bangkit berdiri, memecahkan obrolan ayah dan putri itu. .
"Belle!" pekik Anastasya, dia menatap tajam. "Kau ini perempuan, harus bersikap lembut," ucapnya sembari menggelengkan kepala.
Belle mengedikkan bahu dan kembali duduk ke tempat semula.
Jonathan dan Lily yang mendengarkan perdebatan kecil diantara Anastasya dan Belle, hanya bisa menghembuskan napas dengan kasar. Keduanya pun memutuskan untuk bergabung dengan mereka.
Di sore itu, suara canda dan tawa menggema di area taman kediaman Marques. Suasana seperti ini lah yang mereka rindukan. Semenjak 3 tahun yang lalu suasana itu hilang, namun sekarang telah kembali.
Jonathan merasa menjadi laki-laki yang paling beruntung memiliki putri dan cucu yang begitu sempurna baginya. Hingga pukul lima sore, mereka pun menyudahi aktivitas bersantainya.
Jam menunjukkan pukul delapan malam tampaknya di kediaman Marques beberapa ruangan lampu di lantai 1 masih menyala. Sedari tadi, keluarga Marques sudah selesai menjalankan ritual mandi dan makan malamnya.
Lily pun sudah menidurkan si Kembar. Setelah selesai dengan aktivitas rutinnya, dia segera turun ke bawah, ke ruangan keluarga, dimana ayah dan ibu beserta adiknya berada. Lily ikut duduk disebelah keluarganya, sembari menikmati secangkir teh hijau dan cemilan yang sudah disiapkan sebelumnya.
“Apakah si Kembar sudah tidur kak?" tanya Belle sambil mengusap pelan rambut Darla, yang sudah tertidur pulas diatas pahanya.
Lily membalas perkataan Belle, dengan menganggukkan kepala.
“Nak, ada yang ingin ayah bicarakan sebentar," ucap Jonathan menginterupsi.
“Iya, ada apa Dad?” tanya Lily cepat.
"Kau akan tinggal disini kan nak?"
Lily menghembuskan napas dengan kasar.
"Dad, maaf aku akan tinggal diapartment saja. Aku ingin mandiri bersama si Kembar," ucap Lily berhati-hati.
Jonathan menatap dalam kedua matanya, dia tak bisa memaksakan kehendaknya.
"Baiklah, tapi apakah Daddy boleh meminta pertolongan padamu nak?"
"Apa itu Dad?" Lily bertanya balik.
"Begini nak, bisakah Daddy memintamu untuk menyelidiki kebocoran data di cabang perusahaan." Jonathan melihat ekspresi Lily.
"Memangnya kenapa Dad?" Lily mengerutkan dahi.
"Beberapa bulan ini, perusahaan dalam keadaan kacau. Daddy sudah meminta Tuan Fabio dan Maximus untuk menemukan pelaku, namun sepertinya ada orang dalam yang sangat licik. Kau tahu sendiri kan Tuan Fabio sudah semakin tua. Hanya kau yang bisa dipercayai, karena Dad tahu dengan kemampuanmu nak," jelas Leon panjang lebar.
Lily tak langsung membalas perkataan ayahnya. Dia terkejut saat mendengar penuturan ayahnya itu.
Jonathan Marques adalah salah satu pengusaha terkaya di tanah air saat ini. Dia memiliki perusahaan yang menjalar diberbagai Kota.
Perusahaan Co. Marq adalah milik Jonathan Marques, yang berbasis dibidang IT dan teknologi. Bisnis ini sudah didirikannya kurang lebih selama dua puluh delapan tahun. Perusahaan ini selalu diperebutkan orang untuk mengais rezeki.
"Nak." Tegur Jonathan membuyarkan lamuna Lily.
"Hmm," Lily tampak berpikir. Mungkin ini, saatnya dia untuk membantu ayahnya. Meskipun dia sebenarnya ingin fokus mengembangkan cafe dan restaurant Mint yang sedang berkembang pesat di Jakarta. Sebuah bisnis miliknya sendiri tanpa campur tangan Jonathan, yang saat ini berada dibawah pantauan orang kepercayaannya. Bisnis ini dirintisnya sejak ia masih remaja.
"Baiklah, Dad. Tapi hanya tiga bulan saja." Lily bernegosiasi.
Ketika mendengarkan perkataan Lily. Jonathan tersenyum senang. Dia membalas dengan menganggukkan kepala. Semula dia merasa bingung, ingin meminta bantuan kepada siapa. Karena dia tidak mudah dalam mempercayai orang, belum lagi tangan kanannya yang sudah tua renta itu. Dia tak mau memaksakan kehendaknya kepada sahabat sekaligus tangan kanannya itu.
"Daddy akan mencarikanmu apartment yang nyaman ya nak," ucap Jonathan tiba-tiba.
"Benarkah? Apakah tidak merepotkan Daddy?" tanya Lily.
"Tidak sama sekali nak dan Daddy akan selalu mengawasi pergerakan kalian." Jonathan menatap lekat.
"Apakah harus Dad?"
“Nak, Daddy tak mau kau dan si Kembar kembali terluka karna masa lalumu. Aku yang salah telah menitipkanmu pada...."
Anastasya menyikut lengan suaminya. Walaupun, Lily mengatakan sudah melupakan mantan suaminya itu. Dia tak mau mendengar nama yang telah mengoreskan luka di hati anaknya, terucap kembali dirumah ini.
Jonathan yang paham akan kode dari istrinya, tak melanjutkan perkataannya.
“Ahh.. sudahlah itu sudah menjadi masa lalu. Jika kau ingin bahagia, jangan biarkan masa lalu mengusikmu, nak. Kau boleh melihat ke belakang, namun jangan membawanya kembali." Nasihat Jonathan kepada putri sulung.
Lily menganggukkan kepala sedikit.
“Nak, kau sudah dapat informasi mengenai pengasuh untuk si Kembar?" tanya Anastasya berusaha mencairkan suasana. Pasalnya tadi sore, Lily bercerita ingin mencari pengasuh untuk anaknya, agar dia dapat fokus berkerja di cafe dan restaurant miliknya. Namun sepertinya, kesibukan Lily sekarang adalah menyelidiki, siapakah pelaku yang berani menjual data perusahaan.
“Aku belum mendapatkannya Mom, besok aku akan mencari pengasuhnya." Saat menjelang malam, Lily tadi berinisiatif menghubungi beberapa Yayasan Asuh Anak. Untuk menanyakan pengasuh untuk si Kembar.
“Begini saja kak, aku akan membantu kakak untuk mencari pengasuh. Kakak tak perlu khawatir. Aku akan mengurusnya," ucap Belle menimpali.
"Baiklah, Belle. Terimakasih." Lily mengulum senyum dengan kepedulian adiknya, walaupun terkadang Belle membuatnya naik darah.
Tanpa terasa, percakapan diantara keluarga Marques, mengalir begitu saja. Dengan terpaksa mereka menyudahi aktivitasnya.
Pukul sepuluh malam satu-persatu, keluarga Marques memasuki kamar mereka masing-masing, untuk beristirahat melepaskan kepenatan dengan kegiatan hari ini.
Sementara, Lily memasuki kamar si Kembar. Kamar yang telah dipersiapkan oleh Jonathan, seminggu sebelum kepulangan Lily dan cucunya. Kamar yang didominasi dengan warna turquoise green itu, membuat mata memandangnya takjub. Tidak gelap dan tidak pula terang.
Pikiran Lily menerawang dengan kejadian beberapa tahun silam. “Sayang, aku berjanji akan selalu berada bersamamu." Kalimat janji yang diucapkan oleh seorang pendusta.
Lily akan menghadapi apa saja yang akan terjadi kedepannya, dia tidak akan berlari lagi. Dan tidak akan meneteskan air mata untuk seseorang yang tak pantas untuk ditangisi. Lily segera merebahkan tubuh ramping disamping si Kembar, dia mulai memasuki ruang mimpi bersama buah hatinya.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Bella Gareta
💗
2022-07-13
1
Rinie Rahayu
jadi kan lah masa lalu sebagai pelajaran,
2022-06-13
1
Putri Biru
Kak tiypo mungkin bukan 'tampa' tapi 'tampak'
2022-05-23
1