Masih tahap revisi guys.
Berikan dukungan like, komentar, dan votenya ya.
Salam dari kak Nana.
Selamat membaca.
***
Sudah kurang lebih, 13 jam 45 menit penerbangan pesawat komersil, antara Moskow dan Jakarta mengudara. Seorang bocah kecil sedang menantikan kedatangan seseorang, yang sangat dia rindukan. Berkali-kali dia menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri memastikan, apakah yang ditunggu sudah tiba di bandara.
“Mommy kak Ken kok beyum tuyun ya Mom?" tanya Darla sambil menarik-narik dress Belle.
“Sabar ya sayang, sebentar lagi," jawab Belle memberikan pengertian kepada anak semata wayangnya.
“Nah itu mom. Kak Ken sama duo bocil udah tuyun," cetus Darla dengan suara cemprengnya sembari menunjuk.
“Darla.... telur dadar!" seru Nickolas dan Samuel berlarian ke arahnya.
“Ih. Mommy. Kak Nick sama kak Sam nyebelin!" Rengek Darla sembari menghentak-hentakkan kaki mungilnya ke lantai.
Kedua saudara kembar itu pun, terkekeh pelan. Karena berhasil membuat Darla kesal.
“Hai telur dadar!" seru Nickolas sambil menatap Darla.
“Ngak kangen sama kakak?" tanya Samuel menimpali.
“Ngak!" Darla menjawab dengan ketus, sambil menjulurkan lidah.
Lily yang melihat tingkah konyol kedua putranya, hanya bisa menggelengkan kepalanya. Jika sudah bertemu dengan keponakannya mereka seperti Tom dan Jerry saja. Akan tetapi, ketika berjauhan Nickolas dan Samuel lah yang paling sering bertanya tentang Darla.
Sementara itu, Kendrick terkesan dingin pada semua orang, namun dia peduli terhadap saudaranya. Dia adalah anak tertua yang cerdas dan lebih dewasa dari kedua adiknya.
“Ya ampun kak. Kenapa kakak makin cantik saja sih," ucap Belle sembari memeluknya.
“Belle kau juga makin cantik saja. Maaf ya kakak mendadak kasi tahunya. Kalau mau balik ke Indonesia." Lily melepaskan pelukan sembari menatap Belle dengan sendu
“Hehe, ngak apa-apa kak. Aku pikir kakak akan terus berlari hingga ke ujung langit. Canda kak," cetus Belle.
“Astaga kelakuan absurd mu masih ada ya ternyata." Lily terkekeh pelan.
“Udah deh, kita pulang ke rumah saja yuk. Mommy sudah menunggu kedatangan kakak. Suamiku masih di kantor kak, jadi ngak sempat nemenin ke bandara."
“Iya, ngak apa-apa. Ken, Nick, Sam ayuk kita pulang ke rumah Opa dan Oma ya," ajak Lily kepada mereka bertiga.
Si kembar menganggukkan kepala dengan pelan.
Sesampainya dikediaman Marques.
Mansion dengan gaya eropa modern, terpampang megah dikelilingi dengan pilar-pilar yang menjulang tinggi. Mansion ini terdiri dari 3 lantai, dibelakangnya terdapat taman besar dan asri, yang dihiasi bunga yang tersusun begitu rapi oleh Sang pemilik Mansion.
Terlihat eksterior dan interior mansion, membuat mata yang memandang begitu takjub. Pagar yang menjulang tinggi berukiran ornamen klasik itupun terbuka otomatis.
Pengawal yang diperkerjakan mulai melakukan tugasnya. Mobil mewah berwarna hitam, merk Rolls Royce berhenti tepat di pintu yang megah itu. Pengawal pun membuka pintu mobil dengan cepat. Terlihat enam orang menyembul keluar dari dalam mobil.
Lily menapaki rumah yang sudah lama dia tinggalkan. Dia pun mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Rasa rindu semakin membuncah, manakala Anastasya berlari menghampirinya.
“Anakku," ucap Anastasya, sembari memeluk erat putri sulungnya.
“Mom maafin Lily. Aku egois Mom..." ucapnya lirih. Seketika air mata Lily mengalir dipipinya, rasa rindu yang sudah lama dia tahan akhirnya runtuh juga.
Anastasya melepaskan pelukan, sembari mengusap air mata Lily dengan pelan.
“Sudah, Mommy paham. Sekarang kalian makan dulu ya sehabis itu istirahat. Cucu-cucu Oma pasti laparkan?"
“Iya Dala lapal oma, pengen mamam," ucap Darla menengadahkan kepala ke atas. Sedari tadi dia terdiam, melihat interaksi kedua orang berbeda generasi itu.
“Ih yang naik pesawat siapa, yang lapar siapa," ucap Samuel dengan sudut bibir terangkat sedikit.
“ Mommmyyyyyyyyy!" teriak Darla dengan mimik muka masam.
" Duh, anak mommy. Ngak kok sayang, kak Sam cuma bercanda saja." Hibur Belle berusaha menenangkan kekesalan putrinya itu.
Anastasya menggelengkan kepala sembari melihat tingkah kedua cucunya itu. Satu senyuman terukir diwajah keriputnya.
"Ayo kita makan siang dulu ya," ajak Anastasya sambil mengedarkan pandangan pada putri dan cucunya.
Lily dan Belle menganggukkan kepala dengan pelan.
“Yee, ayoo kita makan!" seru ketiga cucu Anastasya secara bersamaan. Sementara Kendrick hanya menganggukkan kepala.
Ruang makan.
Ruangan yang ditempatkan khusus untuk makan sudah tersedia, dengan beberapa menu kesukaan Lily dan anggota keluarga lainnya.
"Mom, Daddy dimana?" tanya Lily penasaran.
"Daddymu masih ada urusan sebentar nak. Mungkin sebentar lagi sampai," jawab Anastasya dengan cepat.
Lily mengangguk sedikit.
Anastasya berserta kedua putri dan cucunya pun, menempati tempat duduknya masing-masing. Mereka segera menyantap makanan dengan tenang. Selesai dengan aktivitasnya, ketujuh orang itupun berkumpul, ditaman yang berada di dalam mansion. Mereka ingin melepaskan kerinduan terpendam, yang selama ini terpisahkan oleh pulau dan benua.
Taman bunga yang sangat luas, tampak menghiasi kediaman Marques. Terdapat beberapa jenis bunga yang terpampang di taman itu. Ada bunga Lily, bunga Mawar, bunga Anggrek dan sebagainya.
Tak hanya sampai disitu saja, air mancur yang berada ditengah taman menyejukkan mata, bagi siapapun yang memandang. Disisi kanan taman, terlihat gazebo besar berdiri dengan begitu kokoh, sementara itu disisi kiri terdapat bangku panjang bercorak kayu, melengkapi keindahan di dalam taman.
Saat ini, Lily, Belle dan Anastasya sedang duduk dibangku kayu. Sedangkan keempat bocah kecil bermain di gazebo, mereka sibuk dengan dunianya sendiri.
"Nak, bagaimana dengan bisnismu disana?" tanya Anastasya sambil menatap lekat.
"Berjalan dengan lancar, Mom." Lily membalas sembari tersenyum simpul.
"Apakah kakak sudah ada pacar disana?" Belle penasaran, menimpali obrolan ibu dan saudaranya itu.
Mendengar perkataan Belle, Lily menyenggol lengan adiknya itu.
"Kau ini, kakak disana berkerja Belle." Lily membuang napas pelan.
"Siapa tahu saja kakak disana sudah ada pacar, aku kan tidak tahu kak," tutur Belle sembari terkekeh pelan. Sebenarnya dia merasa kasihan pada kakaknya itu, untuk melupakan masa lalunya Lily harus berpergian ke tempat yang jauh. Walaupun dia mengetahui jika Lily memang sedang menjalankan bisnisnya disana.
"Kau ini, tidak ada yang mau dengan janda sepertiku terlebih lagi janda tiga anak." Lily berkata sambil jarinya menunjukkan angka tiga.
"Kau cantik kak, tidak ada yang tidak mungkin," protes Belle.
Anastasya menyetujui perkataan Belle dengan menganggukkan sedikit kepalanya. Sedari tadi, dia mendengarkan perbincangan mereka tanpa menyela ataupun menimpali. Dia teramat bahagia jika melihat kedua putrinya berdebat.
"Ah, sudahlah Belle, hatiku sudah membeku." Lily memutar kedua bola matanya.
"What? Membeku memangnya kau itu kulkas kak?" Belle berkata dengan intonasi sedikit tinggi.
Lily menghembuskan napas dengan kasar.
"Itu hanya kiasan, Belle!" seru Lily menatap tajam.
Melihat gelagat kakaknya, Belle terkekeh pelan.
"Aku cuma bercanda kak, kalau saja Arnold tidak berselingkuh mungkin hatimu masih hangat seperti api," ucap Belle tiba-tiba, seketika dia tersadar. Dia menutup dengan cepat mulutnya itu. Dia tak mengira mulut nakalnya ini, mengucapkan nama orang yang pernah menorehkan luka dihati Lily.
.
.
.
.
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Rinie Rahayu
si belle benar benar
2022-05-29
1
Rinie Rahayu
kalau balik ke rumah pasti kayak gini..
2022-05-29
1
Caca Merica
ngakakkkk telur dadar 🤣🤣🤣🤣
2022-05-23
1