Masih tahap revisi guys.
Berikan dukungan like, komentar, dan votenya ya.
Salam dari kak Nana.
Selamat membaca.
***
Lalunna pun tersenyum, mendengar perkataan Lily. Dia teramat bahagia, saat wanita cantik itu mengizinkan dirinya, memanggil dengan sebutan, "Mommy."
Lily meraba dengan perlahan pipi bulat Lunna. Imut sekali. Batinnya sambil menatap lekat.
"Mom!" panggil Lunna tanpa melepaskan pandangannya.
"Iya, sayang." Lily mengelus pelan kepala Lunna.
Belle memperhatikan dengan seksama, interaksi keduanya. Tangan kanannya tak berhenti mengelus punggung Darla, dia mengalihkan pandangannya pada putri semata wayangnya itu. Dia baru saja menyadari jika anaknya sudah tertidur pulas. Terdengar suara dengkuran yang sangat halus dari bibir mungil Darla.
"Kak, sebaiknya luka Lunna dibersihkan dan diobati dahulu, agar tidak terjadi infeksi." Belle mengingatkan Lily sambil menepuk pundak kakaknya.
"Astaga! Baiklah anak manis kita bersihkan badanmu dulu ya." Lily menurunkan Lunna dari pangkuan dan menuntunnya berjalan ke toilet, sembari membawa kantong plastik.
Saat ini yang berada didalam ruangan, Belle, Darla dan si Kembar. Si Kembar masih sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Belle mengernyitkan dahi, saat melihat Nickolas dan Samuel yang tidak bertingkah seperti biasanya. Mereka lebih banyak terdiam dan tak bersuara.
"Kalian kenapa?" tanya Belle, berusaha menyelami isi pikiran mereka.
"Tidak, kenapa-kenapa, Onty!" seru keduanya serempak.
Belle menghela napasnya dengan berat, dia tak bertanya lagi. Dia baru saja tersadar, jika lupa membelikan makanan untuk Lunna. Belle mengalihkan pandangan kepada Kendrick, yang sibuk menonton tayangan televisi.
"Ken!" panggil Belle.
Kendrick pun menoleh kesamping tubuhnya. "Iya, Onty," ucapnya sembari menatap lawan bicaranya.
"Bisakah Ken membantu Onty untuk menjaga Darla sebentar. Onty mau membeli makanan," pinta Belle.
"Hmm, baiklah," jawab Kendrick datar.
Belle beranjak dari tempat duduknya. Dia mengangkat tubuh mungil Darla perlahan. Wanita berambut blonde itu, berjalan menuju sofa, yang tersedia didalam ruangan. Belle meletakkan anaknya dengan sangat hati-hati, agar tidurnya tidak terusik.
"Ken, duduklah disamping situ," ucap Belle sembari menunjuk sofa.
Kendrick membalas perkataan Belle dengan menganggukkan kepalanya.
Belle segera keluar dari ruangan, dan menuju restaurant yang menyediakan makanan cepat saji.
••••
Toilet
Tampak Lily membuka pakaian lusuh Lunna, dia segera meletakkan pakaian tersebut di lantai. Dia sangat terkejut, saat melihat sekujur tubuh Lunna, terdapat banyak luka memar.
Lunna hanya terdiam, memperhatikan dengan intens sosok dihadapannya. Dia mengedipkan kedua kelopak matanya dengan cepat.
Lily tersenyum melihat tingkah laku Lunna. Dia segera mengeluarkan barang yang berada didalam kantong.
Sebelum mengobati luka Lunna, Lily membersihkan terlebih dahulu tubuhnya dengan menggunakan washlap. Dia melihat pipi bulat Lunna sudah tampak membiru. Diusapnya perlahan luka itu. Kemudian Dia membersihkan ke bagian yang lainnya.
"Kalau sakit bilang ya, Mommy akan mengobati tubuh Lunna dengan ini," ucap Lily dengan pelan sembari menunjukkan kapas dan botol alkohol.
"Iya, Mommy," sahut Lunna dengan cepat.
Lily berharap trauma yang dialami Lunna, tidak membuat dia tersiksa suatu saat nanti.
Malang nasibmu nak. Batin Lily bermonolog.
Kurang lebih lima menit lamanya, akhirnya tubuh Lunna sudah terlihat bersih dan luka memarnya sudah tampak tersamarkan.
"Selesai!" cetus Lily, tanpa sadar.
Lunna mengedipkan kedua mata bulatnya sembari tersenyum.
"Nah, sekarang kita pakai baju ya cantik," ucap Lily sembari menoel pipi Lunna.
***
Plak
Plak
Plak
Suara tamparan yang begitu keras menggema diruangan mewah itu. Seorang pria bertubuh jangkung berdiri tegap, sambil menatap lurus ke depan tembok, yang berada di hadapannya. Dia tidak bereaksi, dan tidak memohon ampun. Tampak darah segar mengalir sedikit disudut bibirnya. Dia mengusapnya secepat kilat.
Satu orang pria bertubuh kekar, yang memiliki tato dilengannya, meludah tepat dibawah sepatu pantofel pria bertubuh jangkung. Cuih...,
Pria itu mengetatkan rahangnya. "Kau ini kerja tidak becus!" ucapnya sembari menunjuk, tepat diwajah tangan kanannya itu.
Pria bertubuh jangkung itu, tidak bereaksi sama sekali. Dia tahu dirinya salah, karena telah gagal dalam mengembankan tugas yang diberikan atasannya.
"Keluar!" Titah pria bertubuh kekar itu, dengan suara sangat lantang.
Tanpa aba-aba pria bertubuh jangkung, segera berjalan mundur. Sebelum keluar dari ruangan, lelaki tersebut memberikan hormat sebentar dengan menundukkan sedikit kepalanya.
****
Lunna keluar dari toilet sambil menggandeng tangan Lily. Dia mengedarkan pandangannya padaborang yang berada didalam ruangan. Bocah kecil itu tersenyum sembari mengedipkan kedua mata bulatnya.
Belle memperhatikan Lunna dengan seksama. Lunna tampak cantik dengan baju yang dibelinya tadi. Lima menit yang lalu, Belle sudah tiba diruangan.
Sementara itu, Triplet menatap Lunna tanpa ekspresi. Entah apa yang ada di dalam pikiran mereka saat ini.
"Kak, ini makanan untuk Lunna." Belle memberikan sekotak makanan siap saji yang barusan dia beli.
Lily pun mengambil makanan itu, dan menuntun Lunna untuk duduk di kursi. Dia mulai menyuapi Lunna.
Lunna membuka mulut mungilnya, dengan menggerakan kakinya, tingkah laku Lunna menjadi hiburan tersendiri bagi Lily.
"Enak?" tanya Lily.
Lunna membalas perkataan Lily dengan menggangukkan kepalanya.
Sepuluh menit kemudian, makanan sudah tak tersisa didalam kotak. Lily mengulum senyumnya melihat Lunna makan begitu lahap. Dia membuang napasnya dengan pelan.
"Mommynya Lunna, siapa namanya?" tanya Belle tiba-tiba, sembari menatap pada Lunna.
"Ngak tahu, Onty!" Lunna membalas dengan cepat.
Mendengar perkataan Lunna, Lily dan Belle mengerutkan dahinya. Seketika mereka merubah ekspresi wajahnya, karena Lunna masih kecil mungkin dia lupa atau apa, pikir keduanya.
"Mommy Lunna di sulga," ucap Lunna tiba-tiba.
Saat mendengar perkataan bocah kecil itu, Lily dan Belle saling pandang satu sama lain. Mereka menatap sendu Lunna. Mereka hanyut dalam pikirannya masing-masing.
Hening sejenak!
"Mommyyyyy!" pekik Darla, tampaknya dia sudah terbangun dari tidurnya. Dia mengucek-ucek mata bulatnya itu. Darla menguap sejenak.
Belle menolehkan mata kesumber suara, dia berjalan dengan cepat ke arah sofa. Dan segera menggendong Darla. "Anak Mommy sudah bangun ya," ucapnya.
"Cudah Mommy," ucap Darla.
Belle membawa Darla, untuk mendekat kepada Lily dan Lunna berada.
"Hai!" sapa Darla dahulu, saat melihat sosok yang dia kira hantu ternyata adalah seorang anak perempuan, yang sebaya dengan dirinya.
Lunna membalas perkataan bocah kecil itu dengan senyuman.
"Ih, kok cuma senyum doank. Ngak boyeh, kata Mommy. Halus dibalas," ucap Darla cepat, sembari melipat kedua tangannya didada.
Mendengar celotehan Darla, lima orang yang berada didalam ruangan terkekeh pelan.
***
Tok..tok...tok
Terdengar suara ketukan pintu, terdengar dari luar ruangan. Kelima orang tersebut pun, menolehkan mata pada daun pintu.
Ceklek..
Tap...tap...tap.
Terdengar suara sepatu pantofel, menapaki lantai ruangan. Tampak seorang pria mengenakan setelan jas berwarna hitam berjalan dengan pelan, sambil memasukan satu tangannya ke dalam saku celana. Dia mengedarkan pandangannya mencari seseorang. Sepasang matanya memindai sosok anak perempuan yang sedang duduk di kursi. Lantas pria itu pun, tersenyum kepadanya.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Mama nyicil estafet 😍🥰😘
2022-05-28
1
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Pen gigit, gemes 😍
2022-05-28
1
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Kesian amat, Lunna disiksa ya?
2022-05-28
1