Semenjak kejadian beberapa bulan yang lalu, aku tidak lagi memperdulikan mas Angga. Dia mau ngapain juga terserah. Aku hanya ingin fokus dengan kehamilan ku, yang saat itu sudah memasuki bulan ke sembilan, itu artinya tinggal menunggu hari untuk melahirkan.
Aku tidak ingin terjadi apa-apa dengan anak ku saat melahirkan nanti. Maka dari itu aku tidak mau lagi pikiran ku terbebani oleh sifat mas Angga.
Paling tidak, sekarang pikiran ku sudah sedikit lega karna baju bayi untuk anak ku sudah ada. Alhamdulillah dua bulan yang lalu mas Angga kerja di kebun milik orang tuanya, dan mendapat kan gaji yang lumayan, sebagian uang nya aku belikan ke perlengkapan anak ku.
Untuk biaya persalinan nya juga sudah di tanggung sama kakak nya mas Angga, jadi sudah membuat aku sedikit lega rasanya.
Kakak nya mas Angga saat itu juga royal dengan kami, setiap main kesana pasti membelikan buah, makanan, dan ngasih uang jajan juga untuk ku. Karna memang perekonomian nya saat itu sangat lah bagus, karna suami nya seorang PNS.
*****
"Aduh..!! Mas perut ku kok sakit banget ya?" tanya ku kepada mas Angga, yang saat itu kami tengah asyik nonton televisi.
Yah, sekitar jam setengah sembilan malam, tiba-tiba perut ku terasa sakit sekali, karna ini anak pertama jadi aku kurang paham apa kah ini sakit melahirkan atau bukan. Tapi dari buku panduan ibu hamil yang sering aku baca ini adalah salah satu ciri-ciri ibu yang akan melahirkan.
"Kenapa..??" tanya mas Angga sedikit panik.
"Ngak tau Mas, sakit banget rasanya. Perut ku terasa tegang, kalau di bawa rebahan malah tambah sakit, atau jangan-jangan sudah saat nya untuk melahirkan kali ya Mas," ucap ku meringis menahan sakit.
"Ah ngak mungkin sayang, kan kata bidan nya kemaren tanggal dua belas, sekarang kan masih tanggal lima,"
"Bisa saja Mas, soal nya prediksi bidan itu bisa saja maju dan bisa juga mundur dari tanggal tersebut. Aduuh!! Sakit banget loh Mas malahan sekarang untuk nafas aja susah rasanya." keluh ku sembari memegang perut ku yang terasa tegang.
"Terus gimana, apa mau kebidan sekarang?"
"Jangan dulu lah Mas, tunggu ada tanda-tanda lain nya aja dulu,"
"Baik lah, tapi kalau memang rasa sakit nya ngak tertahan kan lagi, sebaik nya kita kebidan saja, takut nya nanti kamu dan anak kita kenapa-napa."
"Iya Mas, tapi sekarang udah ngak sakit lagi kok Mas, kenapa hilang-hilang timbul gitu ya rasa sakit nya?"
"Mungkin anak kita lagi cari jalan sayang, makanya gitu." ucap mas Angga sekenanya saja.
Tiba-tiba aku kepengen buang air kecil, entah kenapa seharian ini aku sering sekali bolak balik kamar mandi untuk buang air kecil, dan ini sungguh menambah keyakinan ku kalau sakit yang aku rasakan memang sakit mau melahir kan, karna ada bercak darah menempel di dalaman ku.
"Mas, ternyata memang benar aku mau melahir kan, karna sudah ada tanda-tanda nya, ada bercak darah nya Mas."
"Darimana kamu tau kalau bercak darah adalah salah satu tanda-tanda akan melahir kan?"
"Aku sering baca buku panduan kehamilan Mas,"
"Ya sudah kalau begitu bagus dong, itu artinya jagoan aku akan datang ke dunia ini." ucap mas Angga dengan raut wajah bahagianya.
Yah, mas Angga selalu mengatakan bahwa anak yang aku kandung ini adalah anak laki-laki, padahal aku tidak pernah melakukan tes USG sama sekali.
"Mudah-mudahan semuanya berjalan dengan lancar ya Mas, jujur saat ini aku sangat khawatir. Takut aku tidak bisa melalui nya dengan baik." ucap ku sambil memegangi perut ku yang terasa lagi sakitnya.
"Kamu pasti bisa sayang, kamu wanita yang kuat. Jadi jangan khawatir dan disini ada aku yang akan selalu menemani kamu," ujar mas Angga sambil mengelus-ngelus perut ku yang terasa tegang dan keras.
Hingga tengah malam, rasa sakit nya masih sama. Sehingga aku dan mas Angga tidak bisa tidur sama sekali, hingga subuh pun rasa sakit itu masih aku rasakan.
Mas Angga yang saat itu sudah panik karna di rumah itu hanya kami berdua saja yang tinggal, kedua orang tua dan adik nya masih betah di rumah yang mereka huni itu.
Saat adzan subuh berkumandang mas Angga segera pergi kerumah yang di huni kedua orang tua nya untuk memberikan kabar bahwa aku akan melahir kan.
"Sayang, kamu tunggu disini sebentar ya, aku mau kerumah mama mau ngasih tau kalau kamu mau melahir kan."
"Baik lah, Mas. Hati-hati." ucap ku yang di angguki oleh mas Angga.
Setelah mas Angga pergi, aku coba untuk membereskan rumah, karna aku tau kedua orang tua mas Angga akan kembali lagi kesini, soal nya dulu sebelum pindah mama mertua ku pernah bilang seperti itu ' Ara, untuk sementara Mama tinggal kan kalian berdua disini dulu ya, Mama sama papa dan adiknya Angga akan tinggal di rumah yang ada di ujung gang sana, nanti setelah kamu melahirkan Mama akan kembali lagi kesini''
Tak lama mas Angga kembali lagi
"Nanti mama akan kesini habis sholat shubuh, sayang. Kata mama apa keperluan nya sudah di persiap kan."
"Sudah Mas, jauh-jauh hari sudah aku masukin kedalam tas, jadi nanti tinggal bawa aja lagi."
"Ya sudah kalau gitu, kamu siap-siap gih habis itu kita kebidan, untuk periksa." ucap mas Angga yang aku jawab dengan anggukan saja, karna rasa sakit itu masih saja terasa.
Tak butuh waktu lama untuk ku bersiap.
"Ayo, Mas. Aku udah siap." ujar ku sambil berjalan keluar rumah.
Mas Angga segera menghidupkan kan motor buntut kesayangan papa mertua ku. Kami pun berangkat menuju rumah bidan yang tidak jauh dari sana.
Tok! Tok! Tok!
"Assalamu'alaikum," Ucap ku.
"Assalamu'alaikum, Bu." ucap ku lagi sambil mengetuk-ngetuk pintu rumah bidan tersebut.
Tak lama pintu terbuka dari dalam.
"Walaikumsalam, eh Ara." jawab Bu bidan tersebut.
"Ada apa, Ara?" sambung nya lagi.
"Mau periksa Bu. Tanda-tanda untuk melahirkan sering aku rasa kan Bu, di tambah sudah ada bercak darah juga." jelas ku.
"Ayo masuk, kita periksa dulu ya," ucap Bu bidan, aku hanya mengikuti arahan dari Bu bidan tersebut.
MasyaAllah, pas pemeriksaan bukaan nya sungguh luar biasa rasanya, sakit nya ya Allah. Ini baru pemeriksaan bukaan nya saja sudah sakit luar biasa ku rasakan, apalagi nanti saat melahir kan, entah lah aku hanya bisa berserah diri kepada Allah.
"Betul sekali Ara, ini tanda-tanda kamu akan melahir kan, sekarang sudah bukaan empat."
"Jadi bagaimana Bu, apa aku harus menunggu disini?"
"Terserah kamu saja. Disini boleh, kalau pulang pun juga tidak apa-apa. Pokok nya kamu harus selalu cek menit saat-saat rasa sakit itu muncul, kalau sudah semakin sering sebaik nya segera kesini lagi."
"Baiklah, Bu. kalau begitu aku pulang dulu saja, kalau di rumah banyak juga kegiatan yang bisa aku lakukan" Ucap ku yang di angguki oleh Bu bidan itu.
Saat sampai di rumah, ternyata sudah ada mama, papa dan adiknya mas Angga menunggu.
"Bagaimana?" tanya Mama mas Angga.
"Iya Mah, sekarang sudah bukaan empat," jawab Ku.
"Syukur lah, kamu harus banyak bergerak Ara, biar makin lancar proses persalinan nya nanti."
"Iya Mah." jawab Ku singkat.
Sudah beberapa jam berlalu, rasa sakit nya semakin sering ku rasakan. Sekitar jam lima sore aku putus kan untuk menunggu di rumah bidan saja.
Aku pikir mungkin sudah saat nya untuk anak ku keluar, tapi ternyata saat sampai disana dan di cek masih belum, karna pembukaan masih tujuh.
Ya Allah, sungguh saat itu aku sudah tidak kuat lagi. Sakit luar biasa yang aku rasakan, tapi tetap aku mencoba untuk tenang, di pikiran ku hanya memikirkan sebentar lagi akan menjadi orang tua.
Di jam setengah sembilan malam, setelah melakukan proses yang luar biasa nikmat nya, rasa sakit yang berjam-jam aku rasakan terobati setelah mendengar suara tangis anak ku.
"Owekk!!.... owekkkk!!!!" suara tangis anak ku memenuhi seluruh ruangan persalinan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments