Saat ini kami lagi berada di ruang tamu rumah mas Angga. Rumah yang tidak begitu mewah tapi terlihat bersih dan rapi.
Tapi kok sepi, bukan nya mas Angga bilang punya satu kakak perempuan sudah menikah, dan dua orang adik, pikir ku bingung. Karna tidak melihat orang selain mama mas Angga saja.
"Jadi, ini calon mantu Mama ya?" ujar mama nya mas Angga membuka pembicaraan.
"Iya Mah, In shaa Allah kalau di restui." jawab ku sekenanya. Karna jujur saat itu aku sangat gugup sekali, tangan ku sudah terasa dingin.
"In shaa Allah, di restui. Karna Mama tidak pernah ikut campur urusan anak-anak Mama masalah pasangan hidup nya, karna yang akan menjalani nanti kan kalian."
"Terimakasih Mah." ucap ku dengan senyum langsung terpancar di bibir ku. Karna tadi ku pikir tidak akan di terima dengan baik.
"Tidak perlu berterimakasih nak, Ara. karna arti nya sekarang kita sudah satu keluarga. Oh ya adik mu cantik sekali sudah kelas berapa?"
"Baru kelas 2 SMP Mah." jawab ku karna adik ku masih terlihat lesu karna mabuk perjalan tadi.
"Belajar yang rajin, eh nama nya Mama lupa." ujar mama mas Angga tersenyum ke arah adik ku seakan bertanya.
"Rida Mah, maaf mungkin Rida nya masih pusing Mah, karna mengalami mabuk perjalanan tadi." lagi-lagi aku yang menjawab.
"Ya sudah ngak apa-apa, sebaik nya nak Ara dan nak Rida istirahat saja dulu ya, Mama mau ke dapur dulu." ujar mama nya mas Angga dan beranjak ingin kedapur, bertepatan dengan seorang gadis mengantar kan minuman untuk kami.
"Ini Mas, Kak minuman nya." ucap nya sambil menaruh nampan berisikan gelas dan satu teko yang berisikan minuman dingin, dan itu sungguh terlihat sangat menggiurkan di cuaca panas saat itu.
Mama mas Angga pun, langsung memperkenalkan nya kepada kami.
"Kenal kan nak, Ara. Ini Ruri adik nya Angga." ujar mama nya mas Angga. Ruri langsung mengulurkan tangan nya, aku pun menyambut nya.
Sepintas ku lihat, adik nya mas Angga ini sedikit cuek, tidak peduli dengan keadaan sekitar nya, dan itu cukup menguntungkan untuk ku, karna aku takut setelah mendengar kisah seputar Ipar, yang suka ikut campur urusan keluarga kakak atau adik nya.
Setelah perkenalan itu, adik dan mama mas Angga pergi ke belakang, meninggal kan kami bertiga di ruang tamu, yang membuat aku sedikit bernafas lega.
******
Kesempatan itu ku manfaat kan untuk bertanya kepada mas Angga mengenai saudara-saudaranya, karna selama ini kami belum pernah membahas itu.
"Mas, kok rumah ini sepi."
"Iya, karna kakak Ku tinggal nya di rumah dinas setengah jam lah dari sini. Adik ku yang laki-laki lagi di kota S kerja, papa ku mungkin lagi bekerja di kebun." jelas mas Angga.
"Emm, gitu pantas saja sepi, berarti disini cuma tinggal mama, papa dan adik kamu aja dong Mas"
"Iya, tapi biasanya setiap sabtu dan minggu kakak ku nginap disini Kok."
"Terus adik kamu yang tadi emang cuek begitu yah orang nya?" tanya ku lagi.
"Adik ku memang seperti itu, tapi kalau sudah kenal dekat dia orang nya asyik kok."
"Bagus lah kalau begitu Mas. Karna aku takut nya dia tidak menyukai aku. Oya berarti umur nya tua'an dia dong, Mas?" ucap ku sembari nyengir mengingat perbedaan usia aku dan mas Angga cukup jauh artinya adik nya pun lebih tua dari aku.
"Adik aku lahirnya tahun sembilan puluh sayang, mau bagaimana lagi ya kan." mas Angga juga ikut tertawa
Sedang asyik ngobrol, mama mas Angga datang dengan membawa nasi lengkap dengan lauk nya.
"Yuk makan dulu, kalian pasti lapar kan. Maaf menu nya cuma seadanya saja." kata mama mas Angga datang dari arah dapur membawa satu bakul nasi dan juga lauk dan menaruh nya dekat kami duduk.
"Ngak apa-apa Mah, maaf merepot kan mama jadinya."
"Wah, ini nih yang ditunggu-tunggu dari tadi Mah, sudah lapar banget soal nya." ujar mas Angga, sambil menyendokan nasi kedalam piring nya, yang membuat mama nya geleng-geleng kepala.
"Kebiasaan..!!, Mama buat ini untuk calon mantu Mama, bukan untuk kamu." tukas mama nya mas Angga sembari memukul tangan mas Angga yang sedang menyendokan nasi kepiring nya.
Aku hanya bisa tersenyum melihat interaksi ibu dan anak itu, sungguh manis ku lihat.
Mama nya mas Angga mengambil kan untuk ku dan juga untuk adik ku.
"Ini nak Ara,nak Rida silahkan dimakan, maaf cuma adanya ini."
"Iya ngak apa-apa kok Mah. Ini sudah lebih dari cukup, seharus nya mama ngak usah repot-repot." jawab ku sambil menerima piring yang berisi nasi tersebut begitu juga adik ku.
"Mama ngak repot kok, malahan Mama sangat senang, bisa bertemu kalian, dan akhirnya anak Mama ini akan menikah juga" jawab mama mas Angga, sembari melirik mas Angga, yang di lirik tidak open karna lagi asyik makan
Kami pun makan, di suapan pertama aku langsung menyukai masakan mama mas Angga, sederhana tapi nikmat, tidak jauh berbeda dengan rasa masakan mama ku dirumah.
Kami makan dalam diam, tidak ada yang bersuara. Dan jujur saat itu aku ingin tambah karna memang perut ku sangat lapar. Karna selama di perjalanan belum makan sama sekali, di rumah sebelum berangkat pun sama aku belum makan, tapi aku sangat malu dan gengsi, akhirnya ku sudahi saja demi menjaga image, hihi
Setelah makan, kami beristirahat sejenak sebelum melakukan perjalanan lagi, tak lama dari arah belakang masuk seorang pria paruh baya. Wajah nya terlihat sangat garang, rambut yang sudah putih di penuhi uban, kumis pun sama menambah kesan kesangaran nya, tidak ada senyum sedikit pun dan tidak banyak bicara, jujur aku sedikit takut akan itu.
"Nak Ara, kenal kan ini papa nya Angga" ujar mama mas Angga yang sudah berdiri di samping papanya.
Aku pun berdiri, dan menyalami calon papa mertua ku. Di ikuti juga oleh adik ku. Sungguh ini terasa sangat menakutkan.
"Papa nya Angga, memang begitu orang nya, nak Ara, tidak banyak bicara" jelas mama mas Angga, seakan mengerti dengan pikiran ku, aku menjawab dengan senyuman kikuk.
Setelah cukup lama kami mengobrol, dan jam sudah menunjuk kan jam empat sore, kami berpamitan untuk pulang.
"Mah, kami pulang dulu ya, sudah sore soal nya." pamit ku.
"Loh, ngak nginap disini?"
"Maaf Mah ngak bisa, soal nya adik ku besok sekolah ngak bisa libur" alasan ku sekenanya takut akan menyinggung perasaan mama nya mas Angga, sedangkan adik ku semenjak sampai hingga sekarang, lagi berhemat untuk berbicara, diam tanpa kata.
"Ya, Mama pikir tadi kalian akan menginap disini."
"Mana bisa begitu Mah. Belum halal juga, mana boleh menginap sembarangan, di rumah laki-laki lagi, ini aja dapat izin kesini harus bawa pengawal." celoteh mas Angga, yang langsung dapat cubitan di pinggang nya oleh ku.
"Ya udah ngak apa-apa, kalian hati-hati ya. Kalau sudah sampai jangan lupa kabari Mama."
"Iya Mah."
*****-
Kami pun berangkat dengan senyum selalu terukir di wajah ku, beda hal nya dengan adik ku, baru juga naik mobil wajah nya sudah pucat, karna memikir kan perjalanan yang cukup jauh kali ya, haha kasian sekali.
Mobil yang di kendarai oleh mas Angga melaju dengan santai, dengan satu tangan mas Angga tak lepas menggenggam tangan ku, karna bahagia restu kedua keluarga sudah di kantongi.
Sedang kan adik ku, dia sudah tepar tidak sadar kan diri, menuju alam mimpinya, karna memang sekarang sudah malam, aku pun sama sebenar nya tapi aku kasian meninggal kan mas Angga yang sedang menyetir sendirian tanpa adanya teman, walaupun mas Angga sendiri sudah menyuruh ku untuk tidur.
Akhirnya di Jam sepuluh malam, mobil yang di kendarai mas Angga sampai di rumah ku. Aku dan adik ku bergegas turun, sedangkan mas Angga setelah berpamitan dengan kedua orang tua Ku langsung pulang ke kota XX.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments