Sakitnya Di Khianati
Aku pertama kali kenal dengan suami ku, saat Aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK). Saat itu usia Ku baru menginjak angka delapan belas tahun.
Kami terpaut usia sepuluh tahun, saat itu usianya sudah menginjak angka dua puluh delapan tahun.
Kami kenal lewat dunia maya, he he he lucu memang. Tapi itu lah cinta tak memandang situasi, keadaan. Yang penting cocok dan nyaman di jalani.
Di saat itu belum ada yang namanya WhatsApp, dimana kangen atau rindu bisa vidio call. Dulu kami hanya berkomunikasi lewat sambungan telepon dan SMS.
Berawal dari komentar di salah satu sosial media Ku. Dia selalu mencari perhatian yang akhirnya membuat Aku nyaman dan saling bertukar nomor handphone, dari sana lah hubungan kami terjalin.
Tapi lika liku perjalanan cinta kami begitu panjang. Karena kami harus menjalani hubungan jarak jauh. Dimana saat itu dia bekerja di salah satu PT. Jaringan di Batam, sedang kan Aku di Sumatra.
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, sudah hampir satu tahun kami menjalani hubungan jarak jauh. Aku pun sudah menamatkan sekolah Ku dan saat itu sedang bekerja di salah satu Ekspedisi pengiriman barang.
Dan karena dia ingin serius dalam hubungan ini. Akhirnya dia berhenti kerja di sana dan memilih pulang ke kampung nya yang lumayan jauh dari tempat tinggal Ku, kurang lebih lima jam perjalanan.
Kami janjian untuk ketemuan pertama kalinya setelah sekian lama LDR'an belum pernah ketemu sama sekali. Yang membuat jantung ini tak tenang dan berdegup sangat kencang tidak seperti biasanya.
Dan ini juga bertepatan di hari ulang tahun nya. Segala sesuatu sudah ku persiapkan , mulai dari kado kecil untuk nya sampai tak lupa dandan agar dia tidak kecewa setelah bertemu dengan Ku.
Di saat itu tak langsung ku ajak ke rumah. Karena takut orang tua ku tak menerima kehadiran nya. Akhirnya kami memilih pergi ke salah satu tempat wisata yang ada di tempat Ku tinggal. Dengan menaiki Bus perjalanan menjadi terasa indah.
Kegugupan yang awal nya Ku rasakan berlahan-lahan menghilang di gantikan dengan rasa penuh rindu. Rindu akan sosok yang selama ini hanya suaranya saja yang terdengar di setiap aktifitas Ku.
Yah, dia selalu menelpon Ku di setiap saat. Begitu lah dia terdengar manis pada saat itu yang selalu perhatian, pengertian, penyayang, suka ngegombalin Aku juga yang membuat hati ini makin terpaut kepadanya.
Di tempat wisata itu kami saling melepas kan rindu.
"Maaf yah, Mas..." ucap Ku memulai percakapan saat kami duduk di bangku taman.
"Untuk apa?" tanya mas Angga bingung.
"Maaf, karena belum bisa ngajak kamu ke rumah. Karena Aku takut orang tua Ku tidak menyukai kamu, Mas." jelas Ku sembari memandang lurus ke depan tidak mau menatap mata mas Angga.
"Sudah, tidak apa-apa. Yang penting saat ini Aku sudah ketemu sama kamu. Itu sudah membuat Aku senang dan bahagia. Jadi kamu jangan khawatir lagi masalah itu, oke." ucap mas Angga sembari merangkul pundak Ku dan membawa Ku kedalam pelukan nya.
"Oya, hampir saja lupa. Tunggu aku punya sesuatu untuk kamu." Aku langsung menarik diri dari pelukan mas Angga dan mencari sesuatu yang dimaksud di dalam tas Ku. Yang membuat mas Angga bingung sendiri.
"Nah, ini dia Mas," ucap Ku sembari menyodorkan sebuah kotak kado, mas Angga langsung menerima dan sedikit kebingungan juga.
"Apa ini?"
"Sudah, buka saja semoga Mas suka." jawab Ku merasa sedikit khawatir takut mas Angga tidak menyukai kado dari Ku.
Mas Angga pun langsung membuka kado tersebut, yang di dalam nya terdapat jam tangan, tak lupa juga kartu ucapan. Mas Angga langsung membaca isi kartu ucapannya. Dan ini mampu membuat bulir air mata nya menetes tanpa di suruh.
"Terimakasih, terimakasih banyak sudah ingat tanggal lahir ku," ucap mas Angga sembari memeluk Ku dengan kuat saking terharu nya.
"Sama-sama, Mas. Tapi maaf aku cuma bisa ngasih kamu jam tangan murah ini."
"Bagi aku tidak peduli mau murah, mahal yang penting ada manfaat nya. Apalagi yang ngasih calon istri." Gombal mas Angga yang membuat Ku terasa di awang-awang.
"Iih... apaan sih, Mas!"
"Kenapa, ada yang salah?"
"Nggak ada sih, tapi jangan gombalin aku terus, malu tau...."
"Nggak apa-apa, aku suka malah lihat kamu malu-malu begitu."
"Maaas!!, tau ah gelap," teriak Ku berpura-pura ngambek.
"Iya-iya, maaf Aku nggak ulangi lagi deh." ucap mas Angga sembari mengangkat jari tangan nya membentuk huruf V
Aku langsung berhamburan kedalam pelukan mas Angga, entah kenapa Aku merasa nyaman saat berada di dalam pelukan mas Angga, ingin berlama-lama berada di dalam pelukan nya.
Waktu begitu cepat berlalu. Jam sudah menunjukan pukul empat sore, itu artinya kami harus segera pulang. Kalau tidak, akan ketinggalan Bus yang akan membawa kami kembali pulang.
Satu jam perjalanan akhirnya kami sampai di mana pertama kali kami ketemu. Akan tetapi ada kekhawatiran yang Ku rasakan saat itu. Karena Aku memikirkan orang tua Ku yang sedang menunggu di rumah, karena saat ini sudah mulai magrib.
Sebab tidak biasanya Aku keluar rumah pulang selama ini. Dan ada khawatir juga memikirkan mas Angga yang akan menempuh perjalanan jauh untuk pulang ke rumah nya.
"Mas, yakin untuk pulang?"
"Kenapa kamu bertanya seperti itu...."
"Aku khawatir Mas pulang sendiri sejauh itu."
"Aku yakin kok, sudah kamu jangan khawatir kan aku, cukup di Do'akan saja calon suami mu ini agar selamat sampai rumah"
"Ya sudah, Mas hati-hati yah. Oya ini hampir lupa," ucap Ku sambil menyodorkan oleh-oleh khas tempat wisata yang kami kunjungi tadi.
"Untuk calon mama mertua." ucap ku lagi
"Baik lah, nanti ku sampai kan sama mama, ya sudah kamu pulang sana."
"Baik lah, janji nanti kalau sudah sampai telpon aku." ucap Ku dan berhamburan kedalam pelukan mas Angga sebelum berpisah.
Saat hendak menarik diri, giliran mas Angga yang menarik Ku kembali dalam pelukan nya. Dan mengangkat dagu Ku, pandangan kami saling mengunci satu sama lain.
Mas Angga tiba-tiba menciumi seluruh wajah Ku, mata, kening, hidung, pipi tanpa terkecuali.
"Maaf..." ucap nya tiba-tiba
"Maaf untuk apa Mas?"
"Karena sudah tidak sopan sama kamu,"
"Hahahaha, Aku kira kenapa. Nggak apa-apa Mas Aku suka kok. Mau tambah lagi boleh?" canda Ku yang membuat mas Angga kembali memeluk Ku.
"Kenapa berat sekali yah untuk berpisah," ucap mas Angga sambil merangkup wajah Ku.
"Makanya di halal kan, Mas."
"Serius kamu...?"
"Iya serius, ayok ke penghulu."
"Tapi tunggu aku punya pekerjaan tetap lah, kamu tau sendiri kan aku habis berhenti kerja, cari kerja sekarang susah."
"Oke, nggak
apa-apa. Aku terserah Mas aja kapan siap nya. Ya sudah nanti saja di bahas masalah ini, sudah mau gelap katanya mau pulang."
"Iya, ya sudah aku pulang yah, kamu juga hati-hati pulang nya. " ucap mas Angga dan mengecup puncak kepala Ku dan berlalu meninggal kan Ku yang juga akan bersiap untuk pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments