Seperti biasa, aku dan mas Angga selalu menghabiskan kan waktu dengan nelpon dan sms. Mungkin ponsel ini berhenti tersambung saat aku sudah ketiduran, saat batrai posel ini tak lagi bisa bertahan dengan ke egoan kami yang memaksanya untuk selalu hidup full dua puluh empat jam.
Ini adalah hari minggu dimana aku libur bekerja, saat-saat libur seperti ini akan aku manfaat kan untuk perawatan. Baik itu badan maupun wajah. Aku orang nya tidak suka merepot kan orang tua, dalam hal membeli keperluan pribadi ku. Aku lebih suka menyisihkan sebagian uang jajan sekolah ku untuk membeli keperluan pribadi Ku itu.
Dan Alhamdulillah sekarang sudah ada pemasukan tiap bulan nya dari hasil aku bekerja, jadi mau apa aja tinggal beli.
Aku sudah terbiasa hidup susah sedari kecil, bahkan di saat orang-orang sudah punya rumah permanen yang terbuat dari batu bata, kami masih saja menghuni rumah panggung dari kayu. Disaat orang-orang di antar pakai motor kesekolah, aku dan kakak ku hanya jalan kaki, kadang kalau ada rezki baru bisa naik ojek. Di saat orang-orang sudah punya televisi yang layar nya bewarna dengan berbagai channel, kami masih setia dengan televisi hitam putih dengan channel TVRI dan RCTI. Di saat orang-orang setiap hari pasar nya selalu makan enak dengan berbagai macam lauk, tapi kami hanya sanggup dengan ikan asin terkadang hanya nasi putih di baluri garam.
Tapi bagaimana pun keadaan kami saat itu, aku dan keluarga ku selalu bersyukur atas rezeki yang sudah Allah berikan terhadap kami.
Papa ku hanya lah seorang petani, kadang jadi buruh bangunan.
Itu kenapa aku tak mau merepot kan orang tua ku masalah keuangan, karna aku paham betul bagaimana keras nya pekerjaan buruh bangunan.
**********
"Assalamu'alaikum, sayang." ucap mas Angga saat telpon nya sudah terhubung. Yah, saat ini aku dan mas Angga lagi menelpon
"Walaikumsalam, Mas."
"Lagi apa kamu sayang?"
"Ini lagi perawatan aja kok sayang, kamu sendiri lagi apa?"
"Wah, bagus kalau gitu, kamu harus rajin-rajin perawatan biar tambah cantik."
"Harus dong, Mas. Kamu lagi apa Mas?"
"Oiya, ini Aku sudah sampai di kota XX, besok baru star kerjanya."
"Alhamdulillah, semoga betah yah, Mas. Terus kalau masalah tempat tinggal dan makan kamu bagaimana Mas?"
"Semuanya sudah di sedia kan oleh pihak yang punya travel nya sayang, jadi aman lah."
"Syukur lah kalau begitu Mas, yang semangat yah kerjanya."
"Iya sayang Ku, oya kapan-kapan kita jalan yuk."
"Jalan kemana Mas?"
"Ke tempat pertama kali kita ketemuan sayang."
"Baik lah, tapi hari minggu yah Mas, selain hari minggu aku kerja."
"Oke, nanti akan aku usaha kan. Ya sudah kamu lanjut sana perawatannya nanti aku telpon lagi, ngak enak soal nya sama bos aku."
"Baiklah, pokok nya kamu harus hati-hati disana. Jaga hati dan pikiran, jangan begadang, jangan lupa makan." titah ku karna sangat mengkhawatirkan nya.
"Iya, calon istri ku. Ya sudah aku tutup dulu telpon nya, Assalamu'alaikum sayang."
"Walaikumsalam" jawab ku dan mengakhiri panggilan telepon nya.
*****
Setelah sambungan telepon putus, aku melanjutkan kan lagi acara perawatan ku.
Saat asyik memakai masker di wajah ku, tiba -tiba ponsel ku berdering lagi, aku pikir mas Angga yang menelpon kembali, rupanya itu dari nomor baru, dengan sedikit ragu aku angkat panggilan tersebut.
"Hallo, assalamu'alaikum."
"Walaikumsalam, Ara."
"Windiiiii...!!. Astaga ini beneran kamu yang telpon Nda?" teriak ku tak percaya saat mengetahui yang menelpon adalah sahabat terbaik ku waktu di Smk.
Yah, dia adalah Windi Sindiana, sahabat terbaik ku waktu di Smk, dia adalah sabahat satu-satu nya yang aku punya, yah hanya dia.
Banyak hal yang pernah kami lalui berdua, mulai dari cabut dari sekolah, pergi weekend ala-ala kami, dan masih banyak hal menyenangkan lain nya yang kami lewati bersama, suka duka di lewati bersama.
Dan panggilan alay kami saat itu adalah Bunda dan Mimi. Terdengar aneh memang, tapi yah begitu lah kami, suka yang aneh-aneh, hehehe.
"Ya beneran lah Mii, apa kabar kamu Mii?" tanya Windi
"Alhamdulillah baik, Nda. Kamu sendiri bagaimana?"
"Alhamdulillah juga baik Mii. Oya bagaimana kerjaan kamu, lancar?"
"Lancar kok Nda, sudah lama yah kita ngak ketemu, semenjak lulus dari Smk."
"Iya, aku kangen kamu Mii, kapan kita pergi jalan-jalan lagi?"
"Aku juga kangen Nda, emm kalau aku bisanya cuma hari minggu aja Nda, selain hari itu aku kerja."
"Emm, bagaimana kalau hari minggu depan?"
"Baiklah, kalau aku ACC aja asalkan di hari minggu."
"Baiklah, nanti kita berangkat bareng aja dari rumah kamu yah, nanti aku minta anterin sama abang ku kerumah kamu."
"Oke, siap Nda."
Percakapan kami belum berakhir sampai di situ, masih banyak lagi pembicaraan unfaedah yang kami bahas. Maklum kalau kaum perempuan kalau sudah saling berbicara, ada saja yang jadi bahan gosipan.
Setelah satu jam menelpon, akhirnya aku dan Windi mengakhiri pembicaraan unfaedah tersebut.
"Oke, sampai ketemu nanti yah Mii. Assalamu'alaikum."
"Walaikumsalam." ucap ku dan telpon pun terputus.
Usai menelpon dengan windi, ternyata ada dua sms masuk. Aku buka ternyata sms dari mas Angga.
Di pesan pertama mas Angga bertanya kenapa nomor Ponsel ku tak bisa di hubungi, dan sms itu masuk sudah dari satu jam yang lalu.
Dan pesan kedua berisi kata-kata yang menurut aku sangat memojok kan aku, disana mas Angga seakan-akan menuduh aku lagi menelpon dengan laki-laki lain. Panjang lebar mas Angga tulis sehingga sebagian teks hilang, dan ini nih yang bikin aku kesel, Kata-kata 'Sebagain teks hilang', Astaga...nasib kami yang hanya punya ponsel jadul.
Tanpa pikir panjang lagi, langsung aku telpon mas Angga, aku ngak mau terjadi kesalah pahaman antara aku dan mas Angga.
Di panggilan pertama tidak ada jawaban, panggilan kedua pun sama, di panggilan ketiga baru di angkat sama mas Angga, tapi dia hanya diam tanpa kata tidak seperti biasanya.
"Hallo, Mas. kok diem aja sih?"
"Mas... " panggil ku lagi, tapi tetap mas Angga diam seribu bahasa.
"Mas, Aku mau tanya maksud sms kamu berkata seperti itu, seakan-akan menuduh aku punya laki-laki lain." ucap ku, lagi-lagi ucapan ku tak di sahut sama sekali.
"Oke, kalau Mas ngak mau berbicara, mungkin saat Mas telpon tadi aku lagi nelpon sama sahabat aku, windi. Jadi tidak bisa terhubung saat Mas menelpon aku. Terserah Mas mau percaya atau tidak, dan satu lagi jangan berpikir aku punya laki-laki lain. Karna tidak ada niat sedikit pun di hati ku untuk mengkhianati hubungan kita ini, dan aku juga bukan wanita gampangan yang suka menebar hati dan perasaan pada setiap laki-laki. Karna aku masih punya harga diri." jelas ku panjang lebar dengan menggebu-gebu karna menahan tangis.
Sakit memang, saat kita di tuduh tanpa bukti oleh orang yang kita cinta dan sayangi.
Aku tau mungkin itu bentuk cinta nya mas Angga terhadap ku, dalam bentuk kecemburuan. Tapi cemburunya kali ini tidak beralasan menurut ku, yang membuat hati ini sedikit kecewa dan sakit.
Tanpa menunggu jawaban dari mas Angga, aku langsung menutup telpon nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Rifqi Fahreza
nex thor
2022-03-27
2