Setelah pembicaraan pernikahan beberapa hari yang lalu. Mas Angga mengajak aku berkunjung kerumah orang tua nya. Karna selama kami berpacaran belum pernah satu kali pun aku bertemu dengan keluarganya.
Mas Angga meminta izin kepada orang tua ku untuk mengajak aku berkunjung kerumah nya. Tapi papa dan mama ku keberatan karna merasa khawatir. Maklum lah anak gadis pergi berdua dengan lawan jenis takut nya akan menimbulkan fitnah bahkan rawan terjadinya zina. Maka mama menyarankan agar adik ku juga ikut menemani kami.
"Assalamu'alaikum Mah." ucap mas Angga di seberang sana. Yah, saat itu lagi melakukan sambungan telepon.
"Walaikumsalam, nak Angga. Ada apa malam-malam menelpon??" tanya mama ku.
"Maaf mah ganggu malam-malam, ini aku mau mengajak Ara besok pergi mengunjungi orang tua ku, apa boleh Mah??" izin mas Angga kepada mama ku, yang langsung di tolak oleh mama ku.
"Aduuh, Maaf sebelum nya nak Angga, kalau masalah ini mama ngak bisa kasih izin. Masalah nya kan kalian belum ada ikatan dan akan melakukan perjalanan jauh. Takut nya akan timbul fitnah, atau hal-hal buruk lain nya. Tapi kalau misal kan adik nya Ara ikut, ngak apa-apa, silah kan kalian pergi."
"Baik lah, Mah. kalau begitu besok pagi kami akan berangkat, biar ngak kemalaman di jalan. Tolong beritahu Ara yah Mah, Assalamu'alaikum."
"Baik lah, Walaikumsalam." jawab mama ku dan telepon pun terputus.
Aku yang saat itu lagi mendengar kan pembicaraan antara mas Angga dan mama ku merasa sedikit bahagia karna sudah dapat izin.
Tapi jujur malam itu hati ku tidak tenang memikir kan hari esok. Bagaimana aku akan bersikap di hadapan orang tua, kakak dan adik-adik mas Angga nantinya.
Malam semakin larut, tapi mas Angga yang biasa nya menelpon, Malam itu hanya mengirimi aku pesan.
"Sayang, maaf malam ini aku ngak bisa nelpon kamu, karna aku mau istirahat soal nya besok kita akan melakukan perjalanan yang lumayan panjang. Kamu tidur yang nyenyak yah, jangan lupa mimpiin aku*sebagian teks hilang*
Oh ayo lah, jangan seperti ini..!!, selalu saja bikin penasaran, entah apa isi sebagian pesan dari mas Angga, jujur aku sangat penasaran. Lima belas menit kemudian sambungan pesan tersebut masuk.
"Aku sayang banget sama kamu, love you calon istri ku."
Begitu lah isi pesan dari mas Angga, yang membuat hati ini berbunga-bunga, ku baca berkali-kali pesan dari mas Angga tersebut sambil senyum selalu terukir di bibir ku, dan setelah merasa puas baru ku balas pesan tersebut.
"Iya Mas, ngak apa-apa. Love you too sayang." tulis ku dan langsung mengklik tombol untuk mengirim.
Selepas itu, baru aku beranjak ke atas ranjang, dan merebahkan tubuh ku di atas ranjang sederhana yang terbuat dari kapuk, bukan springbad seperti kebanyakan di pakai oleh orang yang ber-uang.
********
Suara kokokan ayam yang saling bersahutan membuat aku terbangun, pertanda pagi telah menyapa. Aku beranjak turun dari ranjang menuju kamar mandi untuk mencuci muka.
Aku kerjakan pekerjaan rumah terlebih dahulu, sebelum nanti berangkat kerumah nya mas Angga.
Setelah semua beres, aku dan adik ku Rida juga sesegera mungkin untuk bersiap. Karna mas Angga saat itu sedang di dalam perjalanan menuju rumah ku.
Tepat di jam delapan pagi, mas Angga sampai di rumah ku. Bertepatan dengan aku dan Rida selesai berdandan. Sedang kan mas Angga langsung menemui kedua orang tua ku.
"Assalamu'alaikum Mah, Pah." ucap mas Angga sambil menyalami kedua orang tua ku yang saat itu lagi duduk di teras rumah.
"Walaikumsalam." jawab mama dan papa ku serentak dan menjawab uluran tangan mas Angga.
"Maaf Mah, pah. Seperti nya aku ngak bisa mampir dulu, soal nya mau langsung berangkat. Takut nya nanti pulang nya kemalaman di jalan. Maklum lah perjalanan kesana butuh waktu sepuluh jam perjalanan pulang dan pergi." jelas mas Angga.
"Ngak apa-apa, nak Angga. pokok nya hati-hati saja bawa mobil nya nanti, dan tolong nanti belikan antimo untuk Rida ya nak Angga, soal nya Rida punya riwayat mabuk perjalanan."
"Iya betul itu mas Angga, jangan lupa loh yah." sahut Rida yang saat itu baru keluar dari dalam rumah.
"Baik lah, nanti kita beli di jalan ya." jawab mas Angga. Yah, adik ku dan mas Angga sudah sangat akrab sekali sejak pertama kali aku bawa mas Angga kerumah, dan aku sangat bersyukur untuk itu karna semua keluarga ku sangat-sangat menerima mas Angga dengan baik.
"Ayo Mas berangkat, sudah jam delapan lewat ini." ujar ku yang saat itu juga keluar mengikuti adik ku.
Setelah berpamitan dengan kedua orang tua ku, kami pun berangkat, mas Angga melajukan mobil nya menuju sebuah apotik, untuk membelikan antimo untuk adik ku.
"Tunggu sebentar ya." ucap mas Angga dan keluar dari dalam mobil, dan melangkah menuju apotik tersebut, tak lama mas Angga keluar tapi masuk lagi kedalam toko di samping nya, entah apa yang akan di beli oleh mas Angga disana.
Tak lama mas Angga pun kembali ke mobil.
"Ini antimo nya Rida, langsung di minum." titah mas Angga menyerah kan antimo tersebut dan juga sebotol air mineral, yang di angguki oleh adik ku.
"Ini aku juga beli camilan." kata mas Angga lagi meletakkan kantong kresek yang berisikan berbagai macam camilan ke atas pangkuan ku.
"Astaga, Mas. Kenapa beli sebanyak ini??" kata ku saat melihat isi kantong tersebut.
"Ngak apa-apa, untuk teman perjalan aja." jawab kas Angga enteng sambil melajukan kembali mobil nya.
"Tapi nanti mubazir loh Mas, soal nya aku paling ngak suka ngemil saat di perjalan, apalagi Rida pasti nanti ujung-ujung nya mual dan muntah."
"Tidak akan mubazir kok sayang, kan bisa di makan nanti."
Baru dua jam perjalanan, saat jalanan yang kami tempuh berkelok-kelok, sehingga adik ku tidak dapat menahan gejolak di perut nya, ingin segera mengeluarkan nya.
"Mas Angga, bisa berhenti sebentar ngak??, aku mau muntah rasanya." ujar adik ku dengan wajah yang sudah pucat.
"Oke, tapi tunggu sebentar di cari tempat untuk berhenti dulu."
"Huek, aduh mas Angga cepataaaan!! Aku udah ngak tahan nih." teriak adik ku sambil memukul-mukul jok pengemudi yang di tempati mas Angga.
Dan akhirnya karna merasa tidak bisa di tahan lagi, Adik ku menurun kan kaca mobil, dan memuntahkan apa yang di tahan-tahan nya dari tadi, yang membuat sebagian body mobil tersebut terkena muntahan adik ku.
Astaga, adik ku ini sudah membuat mobil yang bukan punya kami itu menjadi kotor. Artinya itu akan menjadi pekerjaan tambahan untuk mas Angga.
"Ini minum dulu." ucap ku menyodor kan air mineral kepada adik ku dan langsung di minum nya.
"Bagaimana rasanya sekarang, apa sudah bisa untuk melanjutkan perjalanan." tanya mas Angga dan di jawab dengan anggukan yang lesu dari adik ku.
Mas Angga kembali melajukan mobil nya. Setelah menempuh perjalan tiga jam akhirnya mobil yang dikemudikan oleh mas Angga memasuki sebuah halaman rumah. Yah, ku yakin ini adalah rumah nya mas Angga.
"Ayo turun, kita sudah sampai." ucap mas Angga.
Jujur saat ini aku sangat gugup sekali, karna ini pertama kalinya aku bertemu dengan orang tuanya mas Angga. Aku takut kalau orang tua mas Angga tidak menyukai ku.
Lama aku dan adik ku berdiam diri di dalam mobil, hingga akhirnya memutuskan untuk keluar dengan segenap keberanian yang aku punya.
"Assalamu'alaikum." ucap kami serentak
"Waalaikumsalam." jawab seorang wanita paruh baya, ku yakini itu adalah mama nya mas Angga.
"Eh kalian sudah datang, silahkan masuk." ujarnya lagi.
Mas Angga menyalami wanita paruh baya itu, aku dan adik ku pun mengikutinya.
"Mah, kenal kan ini Ara, dan itu adik nya." ucap mas Angga memperkenalkan kami.
"Dan ini Mama ku, sayang." ucap nya lagi.
Aku hanya bisa tersenyum semanis mungkin, tanpa banyak kata. Jujur ini sangat membuat aku sangat gugup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Rifqi Fahreza
lanjut thor, ceritanya q suka spti yg sering terjadi di kehidupan nyata
2022-03-31
2