Waktu terus berjalan, begitu juga dengan hubungan ku dengan mas Angga, sudah banyak hal yang kami lalui.
Dan masalah uang lima juta yang kami bicarakan untuk nikahan pun, sudah aku bicarakan dengan kedua orang tua ku.
Yah, karna orang tua ku belum ada dana untuk nikahan ataupun resepsi. Karna memang keadaan ekonomi keluarga ku sangat buruk. Papa ku yang hanya seorang buruh bangunan, terkadang pekerjaan itu susah untuk di dapat kan. Dan mama ku yang hanya seorang ibu rumah tangga biasa.
Namun aku tidak pernah menyesali keadaan orang tua ku. Bahkan aku bersyukur punya orang tua seperti mereka yang selalu sabar dalam keadaan sesulit apapun itu kehidupan yang kami jalani, tidak pernah mengeluh sama sekali.
Dan seandainya orang tua ku mampu untuk mengadakan resepsi pernikahan untuk ku, jujur aku akan menolak nya. Karna bagi ku cukup ijab qobul dan tasyakuran sederhana saja. Karna sayang uang sebanyak itu lenyap dalam waktu yang singkat.
Sedangkan untuk mendapat kan nya papa Ku harus banting tulang, kerja keras. Mending uang itu di gunakan untuk modal usaha, begitu lah pikir ku.
"Mah, aku boleh nanya ngak?" Ucap ku
"Mau tanya apa, tumben."
"Gini Mah, mas Angga punya niatan mau nglamar aku, cuma dana nya cuma ada lima juta, itu kira-kira cukup ngak?"
"Kalau untuk sekedar tasyakuran aja itu udah lebih dari cukup, memang nya kapan nak Angga nya mau nglamar kamu?"
"Belum tau pastinya Mah, cuma mas Angga kemaren nanya kalau dana lima juta cukup atau ngak gitu, kalau seandainya cukup katanya dalam waktu dekat akan nglamar aku, kalau menurut mama bagaimana?"
"Loh, kok nanya Mama, kalau Mama sih terserah kamu saja, yang akan menjalani nya nanti kan kamu."
"Baik lah Mah, nanti aku kasih tau mas Angga dulu, sekalian tanya kapan mau datang kesini." jawab ku dan beranjak ke dalam kamar untuk nelpon mas Angga.
*******
"Hallo, Assalamu'alaikum sayang" sahut mas Angga saat panggilan telepon telah terhubung.
"Walaikumsalam Mas. Lagi apa?, sibuk ngak?"
"Lagi istirahat aja sayang, baru aku mau nelpon kamu, eh rupanya sudah keduluan sama kamu."
"Iya Mas, Aku mau membicarakan masalah yang kemaren."
"Yang kemaren??, yang mana sayang."
"Itu masalah uang yang lima juta kemaren loh sayang."
"Ouh, iya. Jadi apa kata mama sama papa sayang?"
"Aku nanya nya cuma sama mama, kata mama sih itu sudah lebih dari cukup, jadi bagaimana?"
"Serius kamu sayang, ngak lagi bercanda kan?"
"Serius sayang, jadi bagaimana?"
"Baik lah, Aku akan datang menemui mama sama papa kamu."
"Kapan??"
"Belum tau kapan nya sayang, soal nya sekarang aku lagi sibuk."
"Tapi jangan lupa nanti kabari kalau mau kesini."
"Iyaa sayang ku, udah ngak sabar deh."
"Ngak sabar ngapain??"
"Ngak sabar untuk ngehalalin kamu lah sayang."
"Iii, Mas apaan sih, ya udah besok di lanjut lagi yah Mas, aku mau tidur duluan ngak apa-apa kan."
"Ya udah ngak apa-apa, tidur yang nyenyak sayang Ku, jangan lupa mimpiin calon suami mu ini."
"Iya, Assalamu'alaikum."
"Walaikumsalam." jawab mas Angga di seberang sana, dan sambungan telepon pun terputus.
******
Seperti biasa aku dan keluarga menghabiskan kan malam dengan menonton televisi.
Ngak ada angin dan hujan, tiba-tiba ada suara deru mobil di halaman rumah ku, yang membuat aku dan keluarga ku penasaran siapa gerangan tamu yang datang malam-malam.
Saat buka pintu, aku di buat terkejut setelah tau siapa tamu yang datang. Yah, yang datang adalah mas Angga, bagaimana aku tidak terkejut atas kedatangan nya yang tiba-tiba tanpa ngasih kabar sama sekali. Kemaren pun saat di telpon katanya belum tau kapan pasti akan datang karna lagi sibuk, dan sekarang ini apa..??!
Astaga..!! saat fokus ke pakaian nya aku pun di buat terperangah. Terperangah karna celana yang di pakai mas Angga sobek-sobek dari lutut sampai paha. Memang celana seperti itu lagi trend di kalangan anak muda di saat itu, rambut sedikit panjang di pakein bendo.
Ya Allah aku langsung melirik kedua orang tua ku yang masih asik dengan tontonan nya. Aku berpikiran bagaimana tanggapan orang tua ku nanti saat melihat penampilan mas Angga saat ini, Entah lah.
Langsung ku persilahkan mas Angga masuk.
"Kok ngak ngasih kabar dulu mau datang."
"Sengaja, mau ngasih kejutan buat calon istri."
"Astaga Mas, apa tadi ngak ngaca dulu mau kesini??" sindir ku.
"Ngaca??, kenapa emang nya??"
"Ya Allah Mas, kamu itu bagaimana sih, udah jelas mau ketemu orang tua ku, kenapa penampilan kamu kayak preman pasar begini??"
"Memang nya kenapa, biasa aja kali sayang."
"Terserah kamu lah Mas, silahkan masuk mama sama papa lagi nonton di dalam." ucap ku mempersilahkan mas Angga masuk sedikit jutek.
Mas Angga pun masuk.
"Assalamu'alaikum."
"Walaikumsalam." jawab mama dan papa ku serentak sambil menoleh ke asal suara.
"Eh Nak Angga, silahkan masuk." ujar mama ku, mas Angga pun masuk dan menyalami mama dan papa ku bergantian.
"Apa kabar Mah, Pah." tanya mas Angga basa basi.
"Alhamdulillah, seperti yang kamu lihat sekarang, nak Angga." jawab papa ku.
Setelah lama berbasa basi, menanyakan pekerjaan dan masih banyak lagi hal yang mas Angga dan papa ku bicarakan. Yah mas Angga orang nya sangat enak untuk di ajak berbicara mungkin dari segi umur kali ya, jadi dia bisa membawa kan diri.
"Emm, jadi kedatangan aku kesini selain berkunjung juga ada niatan lain, Pah." ucap mas Angga, bertepatan aku dan mama ku datang membawa minuman dan juga camilan.
"Niatan apa, nak Angga??"
"Jadi begini pah, mah. Aku dan Ara sudah ada niatan mau menikah, dan masalah dana pun sudah di bicarakan dengan Ara. Jadi bagaimana menurut papa??" Kata mas Angga yang membuat aku sangat terkejut, karna ku pikir mas Angga kesini hanya sekedar silaturahmi, tapi ini apa lagi..!! Melamar ku dengan penampilan seperti ini, oh astaga ini sangat sulit untuk ku percaya, tanpa orang tua lagi.
"Kalau Papa terserah kalian saja, karna dari segi umur pun kalian sudah wajar untuk menikah, dan kalau memang sudah sama-sama yakin dengan keputusan kalian Papa restui." jawab papa ku yang membuat perasaan ini sangat senang, bahagia, terharu pokok nya bercampur aduk.
"Terimakasih pah, Mah. Sudah merestui hubungan kami, nanti untuk kedepan nya akan aku bicarakan dulu dengan orang tua ku." kata mas Angga sambil menyesap teh panas yang aku hidang kan tadi.
"Baik lah, kami akan menunggu kabar baik nya." ucap papa ku.
Setelah di rasa cukup pembahasan tentang pernikahan, mas Angga pun pamit pulang ke kota XX.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments