Sewaktu istirahat, Giselle berdiam didalam kelas malas sekali rasanya keluar dari kelas dan bertemu siswa siswi yang pastinya akan merundungnya.
Saat asik dengan handphone nya chattingan bersama Kinan, tiba tiba samar terdengar suara pengumuman yang memanggil nama dirinya.
'GISELLE LAURA ADINDA DIHARAP KE RUANG BK SEKARANG JUGA' isi pengumuman tersebut yang diarahkan untuk Giselle.
Mau tak mau Giselle pun harus keluar dari kelas, ia memasukkan handphonenya kedalam saku lalu berjalan menuju ruang bk.
Tok!
Tok!
Tok!
Sebelum masuk kedalam ruangan, Giselle mengetuk pintu lebih dulu karena lebih sopannya begitu.
"Permisi" ucapnya saat memasuki ruangan.
Ia terkejut saat melihat para siswi yang merundungnya kemarin berjajar dikursi ditemani oleh beberapa orangtua mereka, disana juga ada guru BK, kepala sekolah, dan juga para wali kelas masing masing.
Dan yang lebih mengejutkannya lagi, ada Ren disana duduk bagai seorang bos didepan kepala sekolah juga ada satu kursi kosong disebelahnya.
"Ada perlu apa saya dipanggil kesini pak?" tanya Giselle.
"Apakah benar mereka yang merundung kamu kemarin?" tanya guru BK.
"Iya benar pak" Giselle mengangguk, dirinya masih berada didepan pintu dan tidak dipersilahkan duduk.
"Ga mungkin!! anak saya bukan seorang perundung!!" bantah seorang ibu salah satu orangtua dari beberapa siswi tersebut.
Wajah Giselle masih besam apalagi dibagian dahi dan tengkuknya sangat jelas kalau itu adalah bekas sebuah pukulan benda keras.
"Sttt!!" Ren menatap tajam orang tersebut. "Jangan mengelak, sudah ada buktinya, mari kita tonton bersama rekaman videonya" ujar Ren.
Lalu kepala sekolah pun segera memencet tombol remot untuk menyalakan layar LED, melihat rekaman video kejadian kemarin.
"Giselle, sini duduk disebelah gue" titah Ren, Giselle mengangguk dan berjalan mendekat kearah Ren, ia pun duduk disebelah Ren.
Ren memang memasang beberapa kamera pengawas tersembunyi dibeberapa kelas untuk melihat aktivitas aktivitas yang dilakukan para murid, dan juga yang terutama ia mengawasi Giselle, ia takut akan terjadi sesuatu lagi pada Giselle.
Video telah terputar, betapa jelasnya saat para siswi mengolok olok dan menindas Giselle secara kejam. Mereka memukul Giselle menggunakan sapu, kemoceng, dan benda benda lain. Mereka juga menampar, memukul, menjambak dan menendang Giselle saat Giselle tergeletak dilantai.
Giselle berulang kali membela diri namun dia tetap kalah, bayangkan saja 1 banding 10 pastilah kalah.
Video dimatikan saat kejadian Giselle pingsan dikelas.
"Jadi bagaimana, apa kalian masih tidak mempercayai rekaman video tersebut?" tanya Ren melihat satu persatu para orangtua tersebut.
Seseorang yang membantah tadi segera berlutut dikaki Ren, memohon ampunan agar anaknya tak dikeluarkan dari sekolah, jika berurusan dengan keluarga Bachtera Michelle, akan sangat sulit.
"Untungnya kakakku tidak ada disini, kalau kakakku tau mungkin dia ga segan segan buat keluarin mereka dari sekolah ini, dan dijamin tidak akan bisa masuk kesekolah manapun, karena riwayat pembullyan yang dilakukannya" ujar Ren membuat ketat ketir para orangtua 10 siswi tersebut.
"Tapi.... berhubung kakakku ga ada disini, dia ada diperjalanan dari Singapura ke Indonesia, jadi kasus ini saya pasrahkan ke korban, yaitu Giselle. Ingat, dia bukan sembarang korban, dia itu sahabat saya! jadi kasus ini serius" tambahnya, mendengar kalau Giselle sahabat Ren, mata mereka membelalak tak menyangka.
"Kalau menurut saya, saya akan keluarkan 10 siswi ini dari sekolah, tapi saya tidak akan mengeluarkan mereka, saya pasrahkan saja pada Giselle, berlututlah pada Giselle" lanjutnya.
Giselle menoleh kearah Ren, ia tak tau apa yang harus dia lakukan, keputusan apa yang harus ia perbuat.
Para orangtua pun berlutut dikaki Giselle, guru guru dan kepala sekolah terkejut melihatnya tetapi mereka juga tak berani berkomentar.
"Maafkan anak saya nak"
"Tolong jangan keluarkan anak saya nak"
"Ibu tua ini hanya berharap pada kamu, tolong jangan keluarkan anak saya dari sekolah ini, sekolah ini adalah impiannya dari dulu"
Ucap para wali murid sembari menangis, tak hanya mereka bahkan siswi siswi tersebut yang melihat orangtuanya berlutut dikaki Giselle merasa tak tega, mereka ikut menangis membantu orangtua masing masing untuk berdiri.
"Sudah sudah ibu bapak, kalian jangan berlutut pada saya, kalian lebih tua dari saya, sa-saya sudah memaafkan anak anak kalian" ujar Giselle turun dari tempat duduknya, ia pun duduk dibawah sembari menunduk, berhadapan dengan para wali murid sangatlah melelahkan baginya.
"Ja-jadi bagaimana keputusan kamu? apa anak kami semua dikeluarkan dari sekolah ini?" tanya salah satunya.
Giselle terdiam, sebenarnya hatinya masih belum sepenuhnya ikhlas memaafkan tetapi melihat para orangtua yang memohon berlutut padanya, tak tega rasanya ia membayangkan kalau orangtuanya sendiri yang berada diposisi itu, ia takkan sanggup melihat.
Giselle menghela nafas berat, menelan ludah lalu berucap memberi jawaban, kalau keputusannya yang terbaik.
"Sa-saya ga akan keluarin mereka dari sekolah ini, te-tetapi untuk 3 bulan saya mohon mereka bersekolah dirumah, karena saya masih belum bisa melihat wajah mereka, saya trauma.." jawab Giselle dengan air mata yang menetes.
Ren memejamkan matanya sejenak mendengar keputusan Giselle, lalu ia pun membantu Giselle berdiri dari duduknya.
Para guru dan wali kelas menghembuskan nafas lega begitu juga dengan para wali murid, mereka berterimakasih pada Giselle, dan dengan 10 siswi tersebut, mereka meminta maaf pada Giselle dan juga berterimakasih karena masih berbaik hati pada mereka.
"Dan untuk hukuman khusus yang diberikan dari sekolah, mereka bersepuluh saya beri hukuman membersihkan halaman sekolah dan toilet sekolah satu hari ini, harus sampai selesai dan bersih, kalau belum bersih dan selesai tidak dibolehkan pulang. Para satpam yang akan menjaga kalian" ucap guru BK, memberikan hukuman berat pada mereka.
"Baik pak!" jawab mereka serempak, walaupun dalam hati rasanya kesal.
Para wali murid tertawa kecil melihat wajah kesal anak anak mereka.
"Terimakasih untuk semuanya, dan terimakasih untuk pak Dino sebagai guru BK karena telah memberikan hukuman yang sepadan, kami tidak marah pada anda karena memberikan hukuman berat pada anak anak kami, biar mereka sadar akan kesalahannya" ucap salah satu wali murid.
"Iya pak sama sama" jawab guru BK, yaitu pak Dino sembari tersenyum.
Setelah masalah selesai, semua keluar dari ruang BK, kecuali Giselle dan kepala sekolah.
"Kamu memang anak yang baik, ibu bangga sama kamu. terimakasih banyak dan ibu juga minta maaf karena kurang tegas dalam bertindak, andai jika tak ada kamera pengawas yang Ren pasang, mungkin mereka tetap berkeliaran tanpa hukuman" ucap ibu kepala sekolah sembari memeluk Giselle.
Giselle tersenyum tipis, "iya bu sama sama"
"Apa kamu masih butuh perawatan medis? biar sekolah yang tanggung" tanya kepala sekolah.
"Tidak usah bu, semua biaya medisnya sudah ditanggung Ren kemarin, saya dirawat dirumah sakit Healthy Michelle milik keluarga 4T" jawab Giselle.
"Kenapa kamu bisa sedekat itu dengan 4T, ada hubungan apa kamu sama mereka?" tanya kepala sekolah curiga
"Sa-saya hanya teman dekat dari Ren bu, kalo ketiga saudara Ren saya tidak terlalu dekat sama mereka, saya bukan teman mereka" jawab Giselle.
"Oh begitu, baiklah kamu dibolehkan kembali ke kelas"
Giselle mengangguk lalu berlalu pergi keluar ruangan, menuju ke kelas. Ia melewati taman sekolah, disana terlihat 2 dari 10 siswi pelaku yang merundungnya kemarin, membersihkan halaman taman, menyapu dan memotongi rumput rumput yang panjang.
****
Bel pulang telah berbunyi, Giselle mengemasi peralatan alat tulisnya kedalam tas, lalu keluar kelas. Ditasnya ada sebuah gaun, gaun indah yang dipinjami Vira waktu pesta, Giselle membawa gaun itu ke sekolah dan sepulang sekolah akan ia kembalikan kerumah Vira.
Ia berjalan sendiri dengan riangnya, bernyanyi nyanyi kecil menuju ke rumah Vira, hingga akhirnya sesampai disana, dibalik gerbang ia melihat Ren dan Vira sedang bertengkar hebat, ada apa dengan mereka.
Giselle berusaha menyimak pembicaraan mereka.
"Elo tega ninggalin gue!" ucap Ren.
"Mau bagaimana lagi, ini cita cita gue" jawab Vira.
"Kenapa elo harus pergi sih, cukup disini dinegara ini elo jadi model aja udah terkenal"
"Gue ga mau terkenal, gue mau capai cita cita gue selama ini"
"Jujur aja vir, apa ada yang mengusik elo? bilang ke gue, kenapa elo mendadak banget, elo ga mau rundingan dulu sama kita berempat? elo udah ga nganggep kita sahabat lagi?" Ren terlihat sangat kecewa dengan Vira.
"Bu-bukan gitu Ren" Vira menghembuskan nafasnya kasar.
"Gue ga mau elo pergi, gue ga mau elo ninggalin gue, gue sayang sama elo" Ren memeluk erat tubuh Vira, kini air mata mereka mengalir deras.
Deg!
Seketika jantung Giselle seperti berhenti berdetak sejenak, hatinya sakit saat mendengar kalau Ren menyayangi Vira, entah menyayangi tentang seorang sahabat atau tentang perasaan cinta.
Benih benih cairan bening mulai menggenangi sudut mata Giselle dan sebentar lagi akan turun, namun Giselle cepat cepat menghapusnya.
"Maaf, tapi gue ga bisa. Gue harus pergi, besok gue berangkat jam 9 pagi, kalo lo mau antar gue, gue bakal seneng banget, tapi kalo elo ga mau anter gue, gue bakal kecewa" ujar Vira mengusap air matanya.
"Mana bisa gue mengantar pergi orang yang gue sayangi Vira, gue ga mau elo pergi, tetap tinggal disini gue akan slalu bahagian elo"
"Elo selalu bahagiain orang lain, tapi elo ga pernah ngebahagiain diri sendiri"
"Karena bahagia gue sama elo, gue bahagia kalo elo disisi gue" Ren menunduk, air matanya semakin deras.
Baru kali ini Giselle melihat Ren menangis sejadi jadinya. melihat Ren menangis, dirinya ikut menangis, entah mengapa ia merasakan rasa sakit yang sama yang dirasakan oleh Ren.
Giselle rasa ini bukan waktu yang tepat untuk mengembalikan gaun, akhirnya dirinya meninggalkan rumah Vira, ia membalik badannya, lalu melangkah beberapa langkah.
Namun saat belum jauh dari rumah Vira, Ren memanggilnya, membuat sang pemilik nama menoleh kearah belakang.
"Elo mau apa kerumah Vira?" tanya Ren.
"Ahh enggak, gue cuma pingin lewat jalan ini aja" sangkal Giselle.
"Beneran?" tanya Ren.
"I-iya"
"Kebetulan, mumpung elo masih ada disini, tadi Vira minta tolong buat jemput elo bawa kerumah dia, dia mau ngomong sesuatu ke elo"
"mau ngomong sesuatu?"
Ren mengangguk, "udah ayo, kita masuk" Ren memegang tangan Giselle dan menyeretnya masuk kedalam rumah Vira.
Mereka berdua langsung menuju kedepan kamar Vira, memencet bel kamarnya lalu tak lama Vira keluar.
"Ini pesenan lo" ucap Ren.
Giselle menaikkan satu alisnya, sedangkan Vira tertawa kecil, mereka berdua terlihat seperti tidak ada apa apa yang terjadi sebelumnya setelah bertengkar hebat.
"Ayo masuk kedalam kamar gue, Ren elo tunggu ya" ucap Vira yang hanya diangguki oleh Ren, lalu Giselle dan Vira masuk kedalam kamar.
~•~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments