Dikunci dalam kelas

Hari sudah berganti. Dipagi ini Key, Ken dan Ren telah siap hendak pergi ke sekolah, selesai sarapan mereka masih menunggu Rey diruang tamu.

Setelah pulang dari pesta, Rey tidak ada kabar, dia mengurung diri didalam kamar tak mau makan dan bahkan ponselnya pun tidak aktif, apa yang terjadi dengan Rey. ketiga saudaranya sangat khawatir dengan keadaannya, berulang kali menggedor pintu kamarnya namun tak ada jawaban dari Rey.

"Rey kenapa sih?" tanya Ken sedikit kesal dengan saudara kembar satunya itu.

"Ga tau mungkin dia masih malu kejadian tadi malem, gue takut dia bunuh diri" saut Key.

"Ga mungkin, masa dia bunuh diri cuma gara gara ciuman pertamanya diambil" balas Ken lagi.

Ren hanya menyimak pembicaraan mereka, karena Ren sifatnya yang malas bicara, atau bisa disebut cuek tetapi dia takkan cuek pada orang orang tertentu.

"Terus Rey gimana, jadi sekolah apa nggak?" tanya Key.

"Bentar" Ken berjalan kearah kamar Rey, dan kembali menggedor pintu kamarnya.

Dok!

Dok!

Dok!

Dok!

Dok!

"Rey!!! lo sekolah apa enggak?!!! kalo enggak kita tinggal ya!!, baik baik dirumah jangan bundir!!!" teriak Ken dari luar kamar Rey.

"....." tak ada balasan dari Rey. Sehingga membuat Ken, Key dan Ren memutuskan untuk meninggalkan Rey, mereka pergi ke sekolah hanya bertiga.

Sebelum keluar rumah, mereka menghampiri asisten pribadi Rey, namanya bi Nini yang sudah berusia 50 tahunan.

"Bi titip Rey ya, kalo ada apa apa cepet hubungi kami, dan juga kalo Rey udah keluar dari kamarnya hubungi kami" titah Ken.

"Baik den" jawab bi Nini dengan anggukan.

"Yaudah kita berangkat sekolah ya bi" pamit ketiganya, lalu berlalu pergi keluar rumah, memasuki mobil dan menuju sekolah, membelah jalanan kota dipagi hari yang ramai, orang berlalu lalang.

Diperjalanan ~

"Mobil lo masih belum dibalikin?" tanya Key.

"Belum, bantu bujuk kak oliv dong biar mobil gue dibalikin" rayu Ken pada Key.

"Ogah, ntar lo tetep aja kelakuannya, main sama cewek cewek seksi" jawab Key.

"Yahhh" "Ren bantu gue dong, bujuk kak oliv buat balikin mobil gue, elo kan kesayangannya kak oliv pastilah dituruti" rayu Ken berpindah ke Ren.

Ren menoleh kebelakang, menatap mata saudaranya itu, posisi duduk Ren ada didepan tepatnya disebelah supir, sedangkan kedua saudaranya berada dibelakang sehingga Ren harus menoleh jika akan mengobrol.

"Kak oliv ga akan turuti meskipun gue yang minta, karena itu mobil elo bukan mobil gue, dia tau kelakuan elo dan dia lebih pintar dari elo, dia tau kalau elo yang nyuruh gue buat bujuk dia, supaya mobil lo dibalikin" jawab Ren panjang lebar.

Ken menghela nafas berat, "iya juga sih, jalan satu satunya gue harus beli mobil baru, tapi uang gue masih belum cukup, gimana sih caranya nabung Ren?"

"Pikir sendiri, liat google tuh manfaatin hp lo" jawab Ren jutek.

Ken memutar bola matanya malas, "oke" .

****

Disekolah berita panas tentang Rey, Ren dan Giselle tersebar. Mereka memberitakan kepada semua murid bahkan guru guru sudah banyak yang tau, membuat Giselle sangat pusing karena setiap ada dirinya mereka selalu membicarakannya.

Mereka berfikir kalau Rey dan Ren menyukai gadis yang sama yaitu Giselle, tetapi banyak yang tidak setuju, banyak juga yang tidak percaya tentang gosip itu.

Mereka juga membicarakan kalau Ren lebih menyukai Vira daripada Giselle. kalau tentang Rey dan Giselle, mereka kembali merundung Giselle menganggap dia sebagai j*l*ng yang sengaja menggoda 4T, mencari perhatian menentang permainan bullying disekolah.

"Liat 2 hari kemudian pembalasan gue akan tercapai sell" gumam seseorang yang menguntit Giselle dari kemarin terlihat penuh dendam.

Dijam pulang ini, Giselle masih ada didalam kelas berhadapan dengan banyak siswi yang merundung Giselle lagi karena kedekatannya dengan Ren dan Rey.

Mereka mencaci maki, memukulnya dengan benda, juga mengacak acak isi tasnya, sangat kejam.

"Kenapa lo diam aja hah! jadi bener ya elo cuma cari muka didepan 4T gitu? pura pura bersikap pemberani didepan mereka biar mereka suka sama elo gitu! dasar murahan!" bentak Radea diikuti sorakan oleh lainnya.

"Stop!!! apa mau kalian! gue ga punya salah sama kalian, pergi! gue mau pulang" balas bentak Giselle yang sudah muak.

"Elo ga boleh pulang! sebagai hukumannya elo harus tidur disini semalaman, bener ga temen temen!!" ucap Nadia.

Semuanya setuju, mereka pun berlari keluar membiarkan Giselle yang memberontak ingin keluar kelas juga, mereka pun mengunci pintu kelas yang telah mereka pinjam kuncinya dipenjaga sekolah.

"Mampus lo giselle!" ucap Febi.

Beberapa siswi telah pulang, tinggallah 3 siswi pembully tersebut yaitu Radea, Nadia dan Febi saja didepan kelas, mendengarkan suara Giselle yang berteriak meminta dibukakan pintu.

"Hahahaha!!" tawa mereka bertiga menggema kencang.

Dari kejauhan, Ren yang mendengar tawa mereka bertiga langsung berlari menghampirinya, ia mendengarkan juga suara teriakan Giselle. Radea, Nadia dan Febi masih belum menyadarinya kalau ada Ren dibelakang mereka.

"Kalian ngapain disini, ga pulang?" tanya Ren yang berpura pura tidak tau apa apa.

"Ehh, i-ini bentar lagi pulang kok Ren, ki-kita habis ngecek dalam kelas takut ada yang ketinggalan" jawab Radea terbata bata.

"Oh ya? kalian denger sesuatu ga dari dalam kelas? kayaknya ada yang ketinggalan" tanya Ren sembari menaikkan satu alisnya.

"Ehh, enggak kok Ren ga ada yang ketinggalan, ta-tadi kita udah ngecek kok" jawab Febi.

"Iya, lagian kita ga denger apa apa, mungkin elo salah denger kali" saut Nadia.

"Heem, yaudah yuk Ren sekarang kita kedepannya bareng" ajak Radea mengalihkan pembicaraan agar tidak ketahuan.

"Enggak deh, kayaknya pendengaran gue masih berfungsi dengan baik, ayo kalian bertiga temenin gue masuk kedalam liat dalam kelas ada yang ketinggalan kayaknya" ajak Ren sembari memegang tangan ketiga siswi itu dengan erat.

Mereka bertiga sangat ketakutan saat Ren akan membuka pintu kelas.

Ceklek!

Ren telah berhasil membuka pintu kelas, ia pun berjalan keliling didalam kelas, namun tepat saat dipojok kelas bagian kiri nampak Giselle yang telah pingsan dengan darah yang menggelicir didahi dan hidungnya, bahkan wajahnya juga terlihat besam semua.

Ketiga siswi tadi masih berada disebelah Ren, gemetar ketakutan itulah yang mereka rasakan sekarang. Ren pun menoleh kearah mereka dengan melotot.

"Bu-bukan kami yang lakuin Ren, percaya deh. Ki-kita cuma ngunci pintunya aja, ki-kita ga nyiksa Giselle" ujar Febi membuat pengakuan palsu, padahal mereka bertiga juga ikut memukuli Giselle sampai berdarah didahinya, dan juga ada beberapa pelaku lainnya yang sudah pulang lebih dulu.

"Iya bener Ren" saut keduanya, Radea dan Nadia.

"Dasar pembohong!!!" bentak Ren.

"Kalian kira gue bodoh! gue bisa tau setiap gerak gerik kalian, kelas ini ada beberapa kamera pengawas yang kalian ga ketahui, dan gue bisa ngecek kapan pun itu, gue udah tau yang sebenarnya" bentak Ren.

Mereka bertiga tertunduk dengan air mata yang mulai menetes, sedangkan Ren tak peduli dengan mereka, ia langsung menggendong Giselle buru buru membawanya ke rumahsakit.

"Gue akan laporin kalian ke kepala sekolah, gue akan sebarin video ini, dan panggil orangtua kalian kesini, berurusan sama kakak gue!" ancam Ren yang entah hanya ancaman atau akan ia tindak sungguhan.

Seketika mereka bertiga pun berlutut dikaki Ren, memohon agar tidak memanggil orangtuanya kesekolah, namun Ren begitu marah tak menghiraukannya, ia menghempas mereka bertiga yang memegangi kaki Ren lalu berlalu pergi.

****

"Giselle please sadar" gumam Ren yang setia menunggu Giselle dirumah sakit, memegangi lembut tangan Giselle sembari berdoa pada tuhan yang dipercayainya.

"Banyak yang harus gue ceritain ke elo, gue butuh elo"

5 detik setelah Ren berbicara, tiba tiba Giselle tersadar dari pingsannya. Matanya sayu, wajahnya pucat, dan badannya terlihat lemas.

"Kok gue ada dirumah sakit?" tanya Giselle kebingungan.

"Syukurlah elo udah sadar, terimakasih banyak tuhan telah mendengar doaku" Ren mencium tangan kanan Giselle.

Giselle melirik Ren yang terlihat senang saat dirinya tersadar, "elo yang selamatin gue?" tanyanya lagi, yang hanya diangguki oleh Ren.

Giselle tersenyum tipis, "lagi lagi elo selamatin hidup gue, terimakasih banyak. gue ga tau apa yang harus gue lakuin buat balas kebaikan elo, elo selalu ada disaat gue dalam masalah, gue bersyukur Tuhan kasih malaikat sebaik ini dihidup gue" ujar Giselle dengan suara lemah.

Ren memejamkan matanya sejenak lalu tersenyum hangat menatap Giselle, "gue bukan malaikat, gue hanya temen lo yang akan selalu ada disisi lo, gue akan bantu setiap kesusahan lo" jawab Ren sembari mengelus rambut Giselle, sangat romantis.

"Gue bisa sendiri, gue ga mau ngerepotin elo terus" jawab Giselle yang berusaha berdiri dari tidurnya.

Ren memgangi kedua lengan Giselle. "Gue tau elo kuat, tapi untuk saat ini tubuh lo masih lemah, istirahat dulu ntar malam gue antar pulang, gua akan jagain elo disini"

Giselle kembali menghela nafas melihat keluar jendela, hari sudah mulai sore, bahkan senja sudah terlihat, matahari akan kembali pulang kesinggahsananya sebentar lagi akan berganti bulan, langit yang mulai gelap.

Ia kembali berbaring menuruti ucapan Ren, "ya ampun gue lupa belum izin ke om Gani kalo gue sementara libur kerja dulu hari ini karena sakit" Giselle menepuk dahinya.

Ren tertawa kecil melihat Giselle yang terlihat lucu baginya, "udah gue izinin"

"Kok bisa? emang elo tau?" tanya Giselle.

"Tadi ada telfon dari Kinan, Kinan itu sahabat elo kan yang sama sama kerja di cafe, terus akhirnya gue bilang ke dia kalo Giselle izin ga kerja dulu, karena kencan sama gue, dia juga tau kalo yang angkat telfonnya itu Ren 4T" jawab Ren dengan entengnya.

"Hah!! woi lah! harusnya elo jujur kalo gue sakit, kenapa bilang kalo kencan! bisa gawat ntar mereka ledekin gue, arghhh" teriak Giselle.

"kalo gue bilang sejujurnya, ntar mereka malah khawatir, elo ga mau kan kalo orang orang yang lo sayang khawatirin elo termasuk gue" balas Ren.

"iya sih" Giselle mengangguk.

Ren tertawa terbahak bahak melihat Giselle saat kesal tadi. "btw udah sehat nih?" tanya Ren tiba tiba, karena Giselle sudah bisa berteriak sekuat tenaga tadi.

"Gue sehat karena terpaksa, yaudah yuk pulang" ajak Giselle.

Ren tertawa kecil, ia pun berbalik badan dan mendekat kearah Giselle yang terduduk di ranjang rumahsakit.

"Ngapain?" tanyanya kebingungan.

Ren menoleh, "gue ga punya mobil, masih belum dibolehin beli sama ortu, jadi gue antar lo jalan kaki sambil gue gendong" jelas Ren.

Sebenarnya Giselle kasihan dan juga merasa tidak enak jika harus merepotkan Ren terus menerus.

"Hmmm gimana kalau gue telfon adek gue aja, gue ga mau ngerepotin elo lagi"

Ren berbalik badan, lalu ia memegang kedua pipi Giselle. "Giselle, elo itu ga ngerepotin gue, gue malah suka bantu elo sell, udah jangan telfon adek lo takutnya mereka tambah khawatir kalo denger lo ada dirumahsakit" sargah Ren.

Giselle berfikir sejenak, mau tak mau ia pun menuruti ucapan Ren. Ia mengangguk menyetujuinya, dan Ren pun menggendong Giselle mengantarnya pulang kerumahnya, meskipun jaraknya sangat jauh tetapi Ren tak mengeluh sedikitpun, Ren memang lelaki sejati yang baik hati, dia tulus.

~•~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!