Ren kesepian

Seperti biasa, Giselle bersekolah dengan riang dan suasana hati yang baik, pukul 09.00 ini waktu istirahat pertama, sebelum ke kantin ia memilih untuk ke loker lebih dulu, mengambil salah satu buku hariannya yang tersimpan disana.

Awalnya tenang, tak terjadi apa apa pada Giselle, namun saat Giselle menaruh bukunya kembali, sekelompok siswi datang menghampirinya, Giselle sangat paham dengan wajah wajah mereka, yaps mereka adalah para siswi yang membully Giselle kemarin di kantin.

Mereka menjambak rambut Giselle dari belakang, Giselle tak bisa berkutik, ia hanya diam mencari celah.

"Hai kere" sapa ketua geng siswi tersebut.

Giselle hanya diam tak menanggapinya, ia hanya memegang rambutnya yang terasa sakit akibat jambakan itu.

"Gue akan jamin lo ga bakal betah sekolah disini, lo itu kere sadar diri dong, bisa bisanya sekolah di sekolah elit ini, lo ga malu?" ejeknya.

"Ngapain gue malu? gue kan pinter makanya gue dapat beasiswa sekolah disini, ga kayak elo yang sekolah disini karena uang, cihh sekolah itu tempat untuk mencari ilmu bukan pamer harta dan visual" jawab Giselle lantang.

"Apa lo bilang!" siswi tersebut sebut saja namanya Radea, ia mencengkeram dagu Giselle cukup keras.

Rambut Giselle pun bertambah erat dijambak oleh teman Radea yang bernama Febi.

"Kerja itu yang dibutuhkan kecerdasan otak, kalo cuma pamer muka mah ga diterima kecuali kalo lo mau jual harga diri sih" balas ejek Giselle dengan smirk.

Plak!!

Radea dengan kasar menampar pipi kiri Giselle ditambah lagi Febi menjambak rambut Giselle sampai Giselle terjatuh kelantai.

Arghhhhh!!!

Pekik Giselle, memegang kepalanya sungguh sakit dijambak sampai terjatuh kebelakang. Giselle pun kembali berdiri membalasnya menendang kaki kanan Febi dengan keras sehingga membuat Febi terpental jatuh kebelakang, Radea dan satu temannya bernama Nadia segera membantu Febi berdiri, Giselle pun cepat cepat berlari bersembunyi.

Giselle berlari menuju ke rooftop sekolah seperti biasa ia menyendiri disana, karena dia pikir rooftop sekolah tempat yang aman untuk bersembunyi karena tak ada banyak orang yang berani kesana karena mereka menganggap disana adalah tempat yang seram.

"Hah... hah....hah" Giselle mengatur nafasnya.

Ia melihat ada sebuah kertas dengan gambaran wajah dirinya yang sedang berdiri menyendiri di atap tersebut, ia tersenyum dan bingung siapakah yang menggambarnya.

"Siapa yang gambar wajah gue?" gumam Giselle.

"Gue" jawab seseorang yang berada dibelakang Giselle, sontak Giselle pun menoleh kebelakang.

Mata keduanya saling tatap, Giselle terpaku sambil masih memegang kertas tersebut.

"Elo" ucap Giselle segera memalingkan pandangannya.

"Ke-" belum sempat mengucapkan sepatah kata tiba tiba ia mendengar ada suara langkah kaki masuk beserta suara obrolan siswi, sontak dirinya pun langsung menutupi Giselle dengan badan tingginya.

"Ren" ucap Radea terkejut melihat Ren yang berdiri menghadap pintu.

Ren membalas dengan menautkan satu alisnya.

"Apa kamu ngeliat Giselle disini?" tanya Radea.

Ren hanya menggeleng dan sekelompok siswi tersebut pun pergi meninggalkan Ren sendiri dan melanjutkan niatnya mencari Giselle. Giselle menghela nafas lega, dan Ren membalik badan menatap Giselle.

"Makasih banyak elo udah nolong gue, kalo ga ada elo mungkin gue udah habis dibully sama mereka lagi, oh ya maaf selama ini gue ngira lo buruk, tapi kenapa lo mau nolongin gue?" tanya Giselle.

Ren pun duduk dikursi diikuti oleh Giselle yang ikut duduk didepan Ren.

"Jujur gue ga suka pembullyan yang selalu dilakukan sama saudara saudara gue, tapi mau gimana lagi gue juga ga berani nentang mereka, gue lebih suka menyendiri disini gambar hal hal sepele, kayak gambar ini" ucap Ren sembari menunjuk kertas yang dipegang Giselle.

Giselle melihat kertas yang ia pegang lalu mengangguk, "elo kan saudara mereka kenapa lo ga coba bilang ke mama papa lo aja tentang kelakuan mereka"

"Gue ga berani, fisik gue paling lemah diantara mereka, gue ga bisa terlalu capek dan terlalu menahan beban pikiran, dan juga gue ga bisa mengalami mental down akan berdampak buruk bagi gue, pastinya elo udah tau tentang penyakit gue kan" terang Ren.

Lagi lagi Giselle hanya mengangguk menyimak ucapan Ren yang terlihat sangat membutuhkan teman cerita.

"Melukis dan menggambar adalah hobi gue, itu juga sebagai tempat gue melampiaskan segala rasa seperti kemarahan, rasa senang dan apapun itu"

"Iya gue tau, ehmmm dari kelemahan lo itu apa ga ada orang orang yang berniat jahat sama lo?" tanya Giselle.

"Banyak, tapi setiap ada orang jahat yang mau bikin gue celaka, ketiga saudara gue selalu ada ngelindungin gue, feeling mereka kuat mereka akan datang diwaktu yang tepat" jawab Ren.

"Dan dari itulah gue ga berani buat mereka marah, gue ga berani merusak kesenangan mereka, gue bahagia liat mereka bahagia tapi disisi lain gue juga kasihan dan ga mau ada pembullyan disekolah ini" tambahnya dengan raut wajah sendu.

"Kita berjuang sama sama ya supaya pembullyan ini berakhir, gue juga maunya gitu tapi apa yang bisa gue lakuin, gue ga punya harta apapun kekuatan yang bisa buat nentang kalian yang jauh segala galanya daripada gue" balas Giselle yang hanya dibalas senyuman tipis dan anggukan.

Suara bel masuk samar samar terdengar, keduanya pun segera bergegas kembali ke masing masing kelas, mereka berdua bukan satu angkatan Ren adalah kakak kelas Giselle sehingga membuat mereka berjalan beda arah.

Giselle ke lantai 2 dan Ren ke lantai 3 bahkan jurusan mereka juga berbeda, Giselle anak IPS dan Ren anak MIPA.

Entah dari percakapannya tadi dengan Ren tiba tiba ada rasa kagum dihati Giselle, selama pelajaran wajah Ren masih terbayang bayang dipikiran Giselle bahkan percakapannya tadi pun masih terngiang ngiang ditelinga Giselle.

~•~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!