Andini keluar memanggil Dokter yang menangani Dinda. Dokter dan perawat bergegas masuk ke ruang ICU setelah Andini memanggil mereka. Dokter Andi langsung memeriksa keadaan Dinda. Dokter Andi menggeleng, mengisyaratkan pada perawat untuk menutup tubuh Andini dengan kain putih.
Rico masih duduk, kepalanya menunduk, menangis karena istri yang sangat ia cintai sudah pergi untuk selama-lamanya.
“Maaf Pak Rico, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun semua Allah yang menghendaki,” ucap Dokter Andi.
“Iya, Dok, terima kasih sudah memberikan yang terbaik untuk istriku selama pengobatannya,” ucap Rico lirih.
Dokter Andi keluar dari ruang ICU, para perawat langsung mengurus jenazah Dinda. Andini hanya terduduk lemas di lantai dengan bersandar dinding, melihat para perawa melepas alat penunjang hidup yang masih terpasang di tubuh Dinda.
“Aku tidak menyangka akan secepat ini, Mbak. Baru kemain kita sama-sama. Kita saling berbagi cerita, bercanda, main dengan Arsyad, dan kadang ada rasa cemburu juga di antara kita. Sekarang, Mbak sudah pergi untuk selamanya, mbak sudah tidak sakit. Insya Allah aku akan tepati janjiku, aku memang masih menjadi istri Mas Rico, tapi aku tahu, Mas Rico tidak menginginkan itu. Aku akan kembali ke rumah mbak untuk Arsyad, hanya untuk Arsyad,” gumam Andini.
Andini tidak bisa lagi membendung air matanya. Dia benar-benar sangat kehilangan Dinda, wanita yang sangat baik, wanita yang kuat dan sabar, yang rela membagi suaminya demi supaya suami bisa memiliki keturunan. Rico juga terlihat sangat kehilangan istri tercintanya. Rico masih berada di sebelah Dinda yang sedang di lepaskan alat di tubuhnya.
“Adinda sayang ... kamu sudah tenang, kamu sudah tidak sakit lagi. Aku ikhlas melepaskan kamu, Sayang. Bidadari surgaku, terima kasih sudah menemaniku sampai detik ini. Terima kasih untuk semua pengorbanan kamu selama ini. Aku janji, aku akan menepati keinginan terakhir kamu. Iya, soal Andini. Aku akan bawa Andini kembali ke rumah, tapi hanya untuk Arsyad, bukan untukku. Meski aku masih berstatus suami sah Andini, aku tidak akan kembali lagi, Sayang. Aku hanya bisa mencintai kamu,” gumam Rico.
Andini bangun dari duduknya, dia mendekati jenazah Dinda yang sudah selesai dilepas alat di tubuhnya. Andini membuka kain putih yang menutupi jenazah Dinda. Dia melihat wajah Dinda yang cantik saat tertidur selamanya. Dibelainya wajah Dinda, dan Andini mencium keningnya.
“Maafkan Andin, Mbak. Sekarang mbak sudah tidak sakit lagi. Surga milik mbak, mbak orang baik yang selama ini aku kenal. Mbak, aku janji, aku janji akan memenuhi permintaan terakhir mbak. Tapi, aku tidak bisa menjadi istri Mas Rico lagi. Aku kembali untuk Arsyad, Mbak. Hanya itu alasanku mau kembali ke rumah mbak. Selamat jalan, Mbak Dinda. Tenang di sana, aku sayang mbak,” ucap Andini dengan lirih.
Rico mungkin mendengar ucapan Andini tadi. Tapi, dia seolah tidak mendengarnya. Rico malah menatap sinis pada Andini. Tatapan yang menurut Andini adalah tatapan penuh kebencian pada Andini. Andini tidak memedulikan itu. Dia lebih memilih keluar dari ruang ICU dan menelfon rumah untk mempersiapkan keperluan pemakaman Adinda.
^^^
Sudah banyak yang datang ke rumah untuk mengucapkan sungkawa atas meninggalnya Adinda. Semua staff kantor Rico, karyawan, dan kerabat dekat Rico berdatangan untuk mengucapkan bela sungkawa pada Rico. Andini dari tadi hanya duduk di ruang tengah karena dia bersama Bi Ana, dan asisten Rico lainnya. Dia tidak menampakkan diri keluar, meski semua staff, karyawan, dan kerabat Rico tahu, kalau Rico memiliki dua istri.
“Enggak nyangka Mbak Dinda akan pergi secepat ini ya, Bi?”
“Bu, yang sabar, ya? Semua sudah takdir dari Allah. Ibu yang ikhlas, sekarang ibu fokus sama Arsyad saja. Dia butuh ibu.”
“Iya, Bi. Terima kasiih ya, Bi.”
“Bi, Arsyad di mana?” tanya Andini.
"Di kamar, Bu. Sedang tidur, dari semalam rewel soalnya.”
“Aku ke kamar sebentar ya, Bi?”
Andini masuk ke kamar menemui putranya yang sedang tertidur pulas. Andini mengusap pipi Arsyad dan menciumnya.
“Ibu janji, ibu akan merawat kamu, Nak. Ibu akan terus ada di samping kamu, apa pun yang terjadi nanti. Ibu janji itu. Ibu sayang sama Arsyad.” Andini kembali mencium Arsyad, lalu meninggalkannya keluar, karena sebentar lagi jenazah Dinda akan segera dimakamkan.
^^^^
Di pemakaman Dinda, Andini melihat Rico sangat lemah dipapah Pak Agus dan teman kantor Rico. Rico menyaksikan pemakaman Dinda dengan dekat, sedang Andini, dia bersama Bi Ana agak jauh dari makam Dinda. Ingin sekali Andini mendekati Rico, dan menguatkan Rico saat ini. Tapi, dia takut, karena Rico masih saja menatap Andini dengan penuh kebencian jika sedang berhadapan. Seperti saat tadi akan ke kamar mandi mengambil wudu sebelum salat jenazah, Andini berpapasan dengan Rico, dan Rico menatapnya dengan penuh kebencian, hingga Andini menyapa pun tidak ditanggapi oleh Rico.
“Aku tahu kamu benci denganku, Mas. Aku pun terpaksa untuk kembali ke rumah kamu. Itu semua karena permintaan terakhir Mbak Dinda, dan karena Arsyad. Arsyad putraku, aku harus merawatnya. Aku kembali bukan untuk kamu, meski aku mencintaimu,” gumam Andini.
Setelah selesai pemakaman Dinda, Andini dan Bi Ana pulang terlebih dahulu. Rico masih saja bersimpuh di depan makam istri tercintanya, tanpa peduli semua pelayat sudah pulang. Andini pamit terlebih dahulu dengan Pak Agus, sopir yang mengantarkan Rico.
Rico masih menangis di depan makam Dinda. Dari tadi Pak Agus masih setia menemani Rico yang sedang berkabung. Pak Agus tahu, bagaimana sakitnya dan rapuhnya Tuannya saat ini. Isakan Rico terdengar jelas di telinga Pak Agus. Pak Agus tidak bisa apa-apa selain melihat Tuannya yang sedang rapuh saat ini karena ditinggal istri tercintanya.
“Secepat ini kamu pergi, Sayang. Tenang di surga. Aku mencintaimu, Adinda,” ucap Rico lirih dengan mencium nisan Dinda.
Rico menengok sekitar pemakaman, dia baru menyadarinya kalau sudah sepi, hanya ada sopir pribadinya yang setia menunggunya. Rico juga sudah tidak melihat Andini dan Bi Ana di area pemakaman. Dari tadi memang Rico mendiami Andini. Rico sangat benci dengan keadaan yang sekarang, dia terpaksa harus memenuhi permintaan Dinda, agar Andini berada di rumahnya untuk mengurus Arsyad.
“Aku tidak bisa seperti ini. Aku tahu Andini baik, tapi aku tidak mencintainya. Dia memang masih istriku, tapi aku tidak mau. Aku mengizinkan dia kembali ke rumah, karena Dinda dan Arsyad. Permintaan terakhir Dinda adalah Andini, dan Arsyad butuh ibunya. Butuh kasih sayang dan didikan seorang ibu. Maafkan aku, Ndin. Jika nanti sikapku acuh, karena aku benci dengen semua ini, benci dengan keadaanku sekarang,” gumam Rico.
Rico mengajak Pak Agus untuk pulang ke rumah. Hampa, itu yang Rico rasakan saat ini. Separuh jiwanya pergi, dunianya runtuh, dan tidak ada lagi semangat dalam hidupnya.
Sesampainya dirumah Rico melihat pemandangan yang membuat hatinya sakit. Melihat Andini sedang menggendong Arsyad di teras rumahnya. Biasanya Dinda yang menggendong Arsyad sambil menunggu dirinya pulang dari kantor, sekarang dia melihat Andini yang menggendong putranya. Rasanya tidak terima, tapi mau bagaimana lagi, Andini juga ibu kandung Arsyad.
Rico langsung berjalan melewati Andini dan Arsyad tanpa menyapanya sedikit pun. Dia langsung masuk ke dalam kamarnya. Rico mengambil foto Dinda yang ada di meja, memandangnya, mencium foto Dinda dan menangis.
Andini melumrahi sikap Rico yang seperti itu pada dirinya. Meski seharusnya tidak seperti itu, karena tadi Arsyad terlihat kegirangan saat papanya datang. Rico yang cuek, membuat Anidni sedikit sakit hati. Sakit hati karena Rico cuek dengan anaknnya.
“Setidaknya sapa anakmu, Mas, meski kamu benci dengan yang sedang menggendong anakmu,” gumam Andini.
Andini membawa masuk Arsya ke kamar yang dulu Andini pakai saat di rumahnya. Dia bermain dengan Arsyad. Andini tidak mau menyia-nyiakan waktunya sekarang. Dia akan curahkan semuanya untuk Arsyad. Andini tidak peduli dengan sikap dingin Rico padanya, yang terpenting adalah Arsyad. Dengan melihat tawa Arsyad, sakit hatinya pada perbuatan Rico hilang seketika.
^^^
Malam harinya, Andini tidak tahu kenapa dia bisa ketiduran di kamar Arsyad saat menidurkan Arsyad tadi. Dia memang kecapaian, apalagi sehari ini dia lagi-lagi menangis mengingat Dinda. Andini segera menelefon karyawan kepercayaannya di Caffe, karena dia tidak bisa kembali ke caffenya.
Andini segera mengambil tasnya untuk pulang, setelah memastikan Arsyad sudah tidur pulas. Andini lkeliar dari kamar Arsyad, bersamaan dengan Rico yang keluar dari kamarnya.
“Kebetulan kamu belum pulang, Ndin, bisa kita bicara sebentar?” tanya Rico.
“Iya, Mas,” jawab Andini.
Rico mengangguk dan memberi isyarat supaya Andini mengikutinya ke ruang tamu. Mereka berbincang di ruang tamu.
“Kamu boleh tinggal di sini, Ndin. Tapi, hanya untuk mengurus Arsyad, bukan mengurus aku. Aku tahu kamu masih menjadi istriku, tapi aku tidak mencintaimu. Maaf aku katakan semua ini. Aku mengizinkan kamu tetap di sini, karena kamu masih ibu dari anakku, hanya karena itu, tidak lebih,” jelas Rico.
“Iya, aku mengerti. Baiklah, aku pulang, Arsyad sudah tidur, nanti kalau bangun, dot Arsyad ada di sebelahnya,” pamit Andini.
“Kamu tidak usah pulang, Ndin. Kamu bisa tidur dengan Arsyad di kamar yang kamu pakai dulu,” tukas Rico
“Aku harus pulang, Mas. Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan, karena tadi aku sudah bolos kerja. Lagi pula aku punya rumah sendiri, aku akan ke sini setiap pagi sampai malam, jadi aku tidak akan tinggal di sini.”
“Mungkin hari ini kamu bisa pulang ke rumah, tapi besok, aku minta kamu tetap tinggal di sini untuk Arsyad, dan untuk menepati janjimu pada Dinda. Kemasi barang-barang kamu di rumah, besok pagi sebelum aku ke kantor kamu harus sudah ada di sini!” tegas Rico.
“Baik, aku pamit pulang dulu.”
Andini langsung meninggalkan Rico. Ada rasa sesak di dada Andini mendengar ucapan Rico tadi. Andini rela melakukan apa pun demi untuk tetap bersama anaknya, meski Rico nantinya akan terus bersikap seperti tadi setiap hari selama dia di rumahnya.
“Ini semua demi kamu, Arsyad. Ibu rela seperti ini demi kamu, Nak,” gumam Andini sambil menyeka air matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Kasmawati S. Smaroni
dasar andini jg terlalu cinta sm rico,
2022-03-29
0
Selita Awini
walaupun ngak cinta ngak usah di bilang jg kali, udah nidurin berkali kali jg , munafik banget jd laki
2021-07-02
0
Firdaus Azzahir
kalo aku jadi andini males tinggal sama Rico, aku bawa aja sekalian anakku,
2021-06-04
1