Bab 13

Sudah lima hari Rico menemani Andini di rumah sakit. Dia juga sesekali bergantian dengan Bi Ana kalau siang, karena dia juga harus melihat kondisi Dinda dan juga harus mengantar Dinda Check-up, juga ke kantor untuk mengurus pekerjaannya.

Hari ini, Andini sudah diperbolehkan untuk pulang. Keadaan Andini sudah kembali stabil meski masih terasa sakit di bagian perutnya. Andini dibantu Bi Ana menata baju ke dalam koper. Rico juga membantu mengemasi barang-barang milik Andini.

“Ndin, kamu duduk saja, biar aku sama Bi Ana yang mengemasinya,” ucap Rico.

“Iya, Mas. Ini sudah selesai kok,” jawab Andini.

Sedangkan Dinda, dia yang tahu kalau Andini akan pulang, dia menyiapkan makanan untuk Andin, dan menata keranjang bayi milik Arsyad. Dia sangat bahagia, karena rumahnya sebentar lagi akan terdengar suara tangisan bayi yang ia rindukan selama sepuluh tahun.

Sakitnya sudah tidak terasa lagi setelah mendengar kabar dari suaminya kalau Andini sudah bisa pulang siang ini. Dinda benar-benar melupakan sakitnya karena itu. Setelah selesai membuatkan makanan kesuakaan Andini dan suaminya, juga menata keranjang bayi milik Arsyad, dia duduk di ruang tamu sambil menunggu kedatangan Andini dan Arsyad ke rumah.

^^^

Andini dan Rico sudah sampai di rumah. Kedatangan mereka langsung disambut oleh Dinda yang dari tadi sudah menuggu kedatangan mereka. Dinda langsung menyambut Andini dan memeluknya.

Andini lega sekali sudah pulang ke rumah, dari kemarin dia benar-benar mencemaskan keadaan Dinda yang di rumah sendirian. Meski dengan Bi Ana, tapi kamar Bi Ana sangat jauh dari kamar Dinda. Itu yang membuat Andini khawatir dengan Dinda, karena takut terjadi apa-apa dengan Dinda di rumah, apalagi kata Rico sakit Dinda tambah parah.

“Alhamdulillah, gantengnya mama sudah pulang. Mama kangen kamu, Nak. Sini gendong mama.” Dinda langsung meminta Arsyad dari gendongan Andini.

“Mama gak kangen sama papa?” tanya Rico.

“Kangen juga dong,” jawabnya dengan mencium tangan Rico lalu memeluknya.

“Kamu baik-baik saja, kan?” tanya Rico.

“Alhamdulillah, seperti yang mas lihat, aku baik-baik saja, kan?” jawab Dinda.

"Syukurlah, aku bawa barang-barang Andini ke kamar dulu ya, Sayang." Rico pamit ke kamar Andini untuk menaruh barang-barang milik Andini.

"Iya, papa," ucap Dinda dengan menirukan suara anak kecil

Andini sudah berada di dalam kamarnya untuk menata baju-baju miliki Arsyad ke dalam lemari khusus untuk Arysad. Dia juga menata kamarnya kembali untuk tidur dengan Arsyad, meski sudah ada keranjang bayi yang berada di kamar Dinda dan Rico, dia tetap menata posisi tidurnya kali saja Arsyad akan tidur dengannya.

Andini melihat Dinda yang sedang menggendong Arsyad. Dinda terlihat bahagia dengan adanya Arsyad di rumah ini. Andini mengamati Dinda dengan tatapan sendu, karena melihat lekuk tubuh Dinda yang semula seksi. Sekarang menjadi sangat kurus karena sedang melawan penyakita dalam tubuhnya. Meskipun sedang sakit, Dinda terlihat sangat bahagia dengan kehadiran Arsyad. Andini tahu bagaimana rasanya sakit yang dialami Dinda, sakit yang terus menggerogoti tubuhnya.

"Ndin, kenapa menatap Dinda seperti itu?" tanya Rico yang melihat Andini menatap Dinda dengan tatapan sendu.

"Aku melihat Mba Dinda bahagia sekali, Mas. Walaupun dia sedang sakit tapi masih bisa tersenyum manis seperti itu,” jawab Andini.

"Itulah Dinda, kamu tahu, Ndin? Lima bulan pertama dia divonis kanker rahim, dia tidak bilang padaku, dia menyembunyikannya dariku," ucap Rico dengan mata berkaca-kaca yang juga menatap Dinda dari kamar Andini.

"Kenapa seperti itu, Mas?" tanya Andini.

"Dia tidak mau aku kecewa karena dengan sakit seperti itu dia tidak bisa ngasih aku anak. Saat aku sudah tahu sakitnya, dia terus mendesakku agar aku menikah lagi, mana mungkin aku menikah lagi? Aku sangat menyayanginya dan sangat mencintainya. Tapi, dia terus memaksa dan membujukku, lalu akhirnya aku menikah denganmu," jelas Rico.

"Semoga dengan adanya Arsyad, Mba Dinda akan kuat melawan penyakitnya, Mas," ucap Andini yang masih menatap Dinda dari kejauhan.

"Iya, Ndin, maafkan aku yang sudah melibatkan kamu dalam masalah ini. Terima kasih, Ndin, karena kamu sudah memberikan kebahagiaan untuk kami." Rico berkata sambil memegang kedua bahu Andini.

“Iya, Mas,” jawabnya dengan tersenyum getir melawan gejolak di dalam dadanya.

"Aku ke depan dulu, aku ingin gendong Arsyad." Rico pamit keluar untuk menghampiri Dinda dan menggendong Arsyad.

Andini melihat kebahagiaan pada mereka. Rico begitu mesra sekali memperlakukan Dinda di depannya. Dia memeluk Dinda dan menciumi pipi Dinda lalu meminta Arsyad pada Dinda dan menggendongnya.

"Maafkan aku, Ya Allah. Aku merasa cemburu sekali melihat mereka, apa aku mencintai Mas Rico? Iya, aku mencintainya tapi tidak untuk Mas Rico, dia hanya merasa sangat berterima kasih saja padaku tidak lebih dari itu," ucap Andini dengan lirih.

Rico menggendong Arsyad dengan mengajak ngobrol dengan Dinda. Dinda lagi-lagi menciumi pipi Arsyad yang sedang digendong oleh suaminya.

“Sekarang tidak sepi lagi ya, Mas? Aku bisa mendengar tangis bayi di rumah ini. Ini yang aku rindukan dari dulu, Mas,” ucap Dinda.

“Sama, Sayang. Aku juga merindukan tangis bayi dan celoteh anak kecil di rumah ini. Andini sudah memberikan kebahagian untuk kita, Din,” ucap Rico.

“Iya, Mas. Dia perempuan yang sudah berbesar hati dan rela memberikan kebahagiaan untuk kita. Kita banyak utang budi dengannya. Meski aku sudah memberikan hak yang layak untuk dia, merenov total rumahnya, dan melunasi utang peninggalan orang tua angkatnya, tapi rasanya itu belum cukup untuk berbalas budi padanya,” ucap Dinda.

“Iya, dia memang perempuan yang baik. Memang pilihan kamu tidak pernah salah, Sayang. Tapi, itu juga sudah sesuai perjanjian, apalagi kamu merenov total semua rumahnya. Menurut aku sudah cukup,” ucap Rico.

“Kamu sudah makan, Sayang?” tanya Rico.

“Sudah, Mas. Sana kamu bantu Andini lagi, masih banyak barang-barang yang belum ditata tuh.” Dinda menunjukkan ke arah kamar Andini yang memang masih ada beberapa perlengkapan Arsyad yang belum tertata.

"Sebentar sayang, aku masih kangen kamu. Lima hari jarang bertemu kamu, rasanya rinduku bertumpuk, tadi juga aku sudah bantu Andini menata baju-baju Arsyad,” ucap Rico.

“Mulai gombalnya?” tukas Dinda.

“Aku gak gombal, memang ini yang aku rasakan. Kamu sudah minum obat sayang?”

“Aku sudah minum obat, sudah sana bantu Andin dulu.”

“Oke, aku bantu Andini lagi, ya?”

"Iya, Mas.”

Rico berjalan menuju ke kamar Andini. Dinda hanya tersenyum melihat suaminya masuk ke dalam kamar madunya. Dia memang harus membiasakan Rico supaya dekat dengan Andini, agar Rico juga bisa membukan hatinya untuk Andini.

"Mas, kamu harus terbiasa dengan Andini, karena jika suatu saat aku sudah tidak ada, Andinilah yang akan mengurus kamu dan Arsyad,” gumam Dinda,

^^^

Rico masuk ke kamar Andini. Dia melihat Andini yang sedang berdiri di depan cermin dengan membuka bajunya. Andini melihat perutnya dan mengusap pelan bekas jahitannya yang masih terbungkus oleh perban.

Rico menghampiri Andini dan memeluknya dari belakang, hingga Andini sedikit terjingkat karena kaget tiba-tiba Rico memeluknya.

“Mas Rico kok di sini? Sejak kapan?” tanya Andini.

“Sejak kamu bercermin,” jawabnya. “Masih sakit?” tanya Rico.

“Masih sedikit, Mas,” jawab Andini.

Rico mengusap perut Andini dengan lembut. Dia merasa sangat berdosa sekali, karena Andini sampai melahirkan secara Caesar. Itu semua karena dia habis bertengkar hebat dengan Dinda, dan Andini mengetahuinya.

“Ndin, istirahat, ya? Kamu jangan terlalu lelah dulu, biar cepat sembuh,” ucap Rico dengan terus mengusap perut Andini.

"Iya mas, aku istirahat dulu," jawab Andini.

"Baiklah." Rico masih memeluk erat Andini dan terus mengusap perut Andini dengan lembut.

"Mas Rico?" panggil Andini.

"Iya, ada apa?" jawab Rico.

"Bagaimana aku bisa istirahat, Mas? Mas meluk aku terus seperti ini?” ucap Andini.

"Oh, iya, maaf. Ya sudah istirahatlah." Rico melepaskan pelukannya dan mencium kening Andini.

Rico menuntun Andini ke tempat tidurnya, dan merebahkan tubuh Andini. Dia mengecup kening Andini. Ada sedikit rasa yang berbeda pada hati Rico. Tapi, Rico menepisnya, karena Rico rasa itu bukan cinta, melainkan rasa kasihan dan rasa bersalah pada Andini saja.

“Bukan, ini bukan cinta. Ini hanya rasa iba, kasihan, dan rasa bersalahku saja pada Andini. Iya, aku yakin ini bukan cinta. Aku sangat mencintai Adinda, tidak mungkin karena Andini yang bisa memberikan aku anak, aku jadi jatuh cinta padanya,” gumam Rico.

Rico meninggalkan kamar Andini. Lagi-lagi dadanya berdenyut merdu kala menatap Andini yang sedang terbaring di tempat tidurnya.

“Bukan, ini bukan cinta. Aku tidak mencintai Andini!” Rico menegaskan hatinya sekali lagi, karena hatinya masih terbolak-balik tidak menentu.

Terpopuler

Comments

Febriyantari Dwi

Febriyantari Dwi

Perasaan itu cinta namanya papah ...
😀👍💗👍💗👍💗

2021-05-17

1

Nur Lizza

Nur Lizza

semoga papah mau menerima ibu

2021-03-10

1

Lovesekebon

Lovesekebon

ikut merasakn ada bunga" yang bermekaran di hatiquh🤗🥰🥰🙈

2021-03-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 The Best Brother Bab 1
73 Pemberitahuan
74 Bab 74
75 Bab 75 (Bonus Chapter)
76 Bab 76 (Bonus Chapter 2)
77 Bab 77 (Bonus Chapter 3)
78 Bab 78 (Bonus Chapter 4)
79 Bab 79 ( Bonus Chapter 5 )
80 Bab 80 (Bonus Chapter 6)
81 Bab 81 ( Bonus Chapter 7 )
82 Bab 82 (Bonus Chapter 8)
83 Bab 84 (Bonus Chapter 9)
84 Bab 85 (Bonus Chapter 10)
85 Bab 86 (Bonus Chapter 11)
86 Bab 87 (Bonus Chapter 12)
87 Bab 88 (Bonus Chapter 13)
88 Bab 89 (Bonus Chapter 14)
89 Bab 90 (Bonus Chapter 15)
90 Bab 91 (Bonus Chapter 16)
91 Bab 92 (Bonus Chapter 17)
92 Bab 93 (Bonus Chapter 18)
93 Bab 94 (Bonus Chapter 19)
94 Bab 95 (Bonus Chapter 20)
95 Bab 96 (Bonus Chapter 21)
96 Bab 97 (Bonus Chapter 22)
97 Bab 98 (Bonus Chapter 23)
98 Bab 99 (Bonus Chapter 24)
99 Bab 100 (Bonus Chapter 25)
100 Bab 101 (Bonus Chapter 26)
101 Bab 102 (Bonus Chapter 27)
102 Bab 103 (Bonus Chapter 28)
103 Bab 104 (Bonus Cahpter 29)
104 Bab 105 (Bonus Chapter 30)
105 Bab 106 (Bonus Chapter 31)
106 Bab 107 (Bonus Chapter 32)
107 Bab 108 (Bonus Chapter 33)
108 Bab 109 ( Bonus Chapter 34)
109 Bab 110 (Bonus Chapter 35)
110 Bab 111 (Bonus Chapter 36)
111 Bab 112 (Pengumuman dan Visual)
112 Bab 113 (Bonus Chapter 37)
113 Bab 114 (Bonus Chapter 38)
114 Bab 115 (Bonus Chapter 39)
115 Bab 116 (Bonus Chapter 40)
116 Bab 117 (Bonus Chapter 41)
117 Bab 118 (Pengumuman)
118 Bab 119 (Bonus Chapter 42)
Episodes

Updated 118 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
The Best Brother Bab 1
73
Pemberitahuan
74
Bab 74
75
Bab 75 (Bonus Chapter)
76
Bab 76 (Bonus Chapter 2)
77
Bab 77 (Bonus Chapter 3)
78
Bab 78 (Bonus Chapter 4)
79
Bab 79 ( Bonus Chapter 5 )
80
Bab 80 (Bonus Chapter 6)
81
Bab 81 ( Bonus Chapter 7 )
82
Bab 82 (Bonus Chapter 8)
83
Bab 84 (Bonus Chapter 9)
84
Bab 85 (Bonus Chapter 10)
85
Bab 86 (Bonus Chapter 11)
86
Bab 87 (Bonus Chapter 12)
87
Bab 88 (Bonus Chapter 13)
88
Bab 89 (Bonus Chapter 14)
89
Bab 90 (Bonus Chapter 15)
90
Bab 91 (Bonus Chapter 16)
91
Bab 92 (Bonus Chapter 17)
92
Bab 93 (Bonus Chapter 18)
93
Bab 94 (Bonus Chapter 19)
94
Bab 95 (Bonus Chapter 20)
95
Bab 96 (Bonus Chapter 21)
96
Bab 97 (Bonus Chapter 22)
97
Bab 98 (Bonus Chapter 23)
98
Bab 99 (Bonus Chapter 24)
99
Bab 100 (Bonus Chapter 25)
100
Bab 101 (Bonus Chapter 26)
101
Bab 102 (Bonus Chapter 27)
102
Bab 103 (Bonus Chapter 28)
103
Bab 104 (Bonus Cahpter 29)
104
Bab 105 (Bonus Chapter 30)
105
Bab 106 (Bonus Chapter 31)
106
Bab 107 (Bonus Chapter 32)
107
Bab 108 (Bonus Chapter 33)
108
Bab 109 ( Bonus Chapter 34)
109
Bab 110 (Bonus Chapter 35)
110
Bab 111 (Bonus Chapter 36)
111
Bab 112 (Pengumuman dan Visual)
112
Bab 113 (Bonus Chapter 37)
113
Bab 114 (Bonus Chapter 38)
114
Bab 115 (Bonus Chapter 39)
115
Bab 116 (Bonus Chapter 40)
116
Bab 117 (Bonus Chapter 41)
117
Bab 118 (Pengumuman)
118
Bab 119 (Bonus Chapter 42)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!