Bab 18

Keringat dingin membasahi tubuh Andini. Andini berteriak, terjaga dari tidurnya. Napasnya tersengal-sengal setelah bangun dari tidurnya.

“Ya Allah, aku barusan mimpi Mbak Dinda. Mbak Dinda, kamu baik-baik saja, kan?” Andini melihat jam dinding di kamarnya yang masih menunjukkan pukul satu dini hari. Andini langsung mengambil ikat rambutnya, dan menuju ke kamar mandi untuk berwudu.

Andini salat malam, dan berdoa untuk Dinda. Sudah lama dia tidak tahu kabar Dinda, dan sekarang dia mimpi bertemu dengan  Dinda. Dalam mimpinya Dinda terlihat sangat cantik dengan menggunakan gaun berwarna putih.

Selesai salat dan mengaji, Andini keluar dari kamarnya. Dia menuju ke dapur, mengambil air putih. Andini duduk sendiri di kursi yang berada di dapur. Tidak seperti biasanya, Andini mencium bau harum di sekitar dapur, tapi wangi itu semakin memudar. Andini mengusap tengkuknya yang mulai merinding. Padahal di dapurnya tidak ada pewangi seperti yang ia letakkan di ruang tengah atau di ruang tamu juga di kamarnya. Andini masih setia duduk di kursi kayu. Dia meneguk lagi air putihnya. Sejenak Andini mengingat mimpinya tadi. Mimpi bertemu dengan Dinda.

*"Andini, kemarilah,"*panggil wanita cantik dengan memakai gaun putih.

"Si--siapa kamu!" Seru Andini.

"Andini, aku membutuhkanmu," ucap perempuan itu.

"Mba Dinda? Benarkah ini Mba Dinda? Mba ada apa menemuiku? Mba cantik sekali." Andini kaget dan terkagum melihat Dinda yang sangat cantik sekali memakai gaun berwarna putih.

"Andini, jangan pergi lagi, mereka membutuhkanmu. Aku sudah selesai, aku sudah bahagia," ucap Dinda.

"Maksud Mba?" Andini bertanya pada Dinda. Namun, Dinda pergi dengan tersenyum ke arah cahaya putih

"Mba, Mba Dinda! Mba, tunggu mba! jangan pergi! Mba Dinda, tunggu!!" Andini terbangun dari mimpinya dengan napas yang terengah-engah.

Andini mengingat mimpinya semalam. Dia tidak mengerti kenapa harus mimpi seperti itu. Tengah malam dia memimpikan Dinda seperti itu, dan Dinda bilang, Dinda sangat membutuhka dirinya.

"Astaghfirullah, Mba Dinda. Mbak Dinda baik-baik saja, kan? Besok aku harus menemui Mbak Dinda, besok aku akan ke rumahnya. Iya, aku harus menemui Mbak Dinda, memastikan keadaan Mbak Dinda," lirih Andini dengan penuh cemas.

^^^

Andini bersiap untuk ke rumah Dinda. Dia benar-benar tidak bisa tidur sampai pagi setelah mimpi bertemu dengan Dinda. Bayangan wajah Kakak Madunya selalu terlihat saat dia hendak memejamkan matanya lagi. Andin hanya bisa mengirim doa untuk Kakak Madunya karena dia tidak bisa apa-apa selain itu, setelah dia memutuskan mengganti nomor ponselnya, dan menuruti apa kata Rico agar tidak menemui Dinda dan Arsyad lagi mulai sekarang.

Ya, Rico mendatangi rumah Andini satu minggu yang lalu. Dia meminta Andini untuk tidak usah menemui Arsyad dan Dinda lagi. Tapi, Andini menolaknya, walau bagaimana pun, Arsyad adalah putranya. Tapi. Rico yang keras kepala tetap kekeuh dengan keinginannya. Melarang Andini menemui Dinda dan Arsyad.

“Aku tahu kamu tidak mencintaiku, bahkan mungkin kamu benci denganku, tapi aku mohon, jangan pernah jauhkan aku dengan orang yang kusayang, Mbak Dinda dan Arsyad. Mereka adalah orang-orang yang kusayangi!” gumam Andini dengan mengemudikan mobilnya menuju ke rumah Dinda.

Andini sampai di depan rumah Dinda. Dia langsung menuju ke teras rumahnya. Diketuknya pintu rumah Dinda. Kelihatannya sangat sepi sekali. Sepagi ini rumah Dinda terlihat sangat sepi. Biasanya Rico sudah di luar sedang olahraga, Pak Agus memanasi mobilnya. Tapi, suasana pagi ini terasa beda sekali di mata Andini. Kelam, sunyi, senyap, seperti sedang berduka.

“Mungkin hanya perasaanku saja, karena aku sudah lama tidak di sini, mungkin kebiasaan mereka sudah berubah,” gumam Andini.

"Assalamualaikum," Andini mengetuk kembali pintu rumah Dinda.

"Wa'alaikumsalam," sahut Bi Ana dan membukakan pintu.

"Bu Andini." Bi Ana langsung memeluk Andini dan menangis.

"Bi, ada apa? Mba Dinda di mana? Arsyad di mana?" Andini ikut panik karena Bi Ana semakin terisak di dalam pelukan Andini, saat dirnya bertanya di mana Dinda dan Arsyad.

"Bu, Arsyad di dalam, dia sedang tidur. Ta—tapi,  Bu Dinda ... emm ... Bu Dinda ...." Ucapan Bi Ana terbata-bata ketika menyebut nama Dinda, tangis Bi Ana semakin pecah, karena mengingat Dinda yang kini sedang menunggu keajaiban untuk sembuh dari sakitnya.

"Kenapa Mba Dinda, Bi? Jangan menangis, Bi, tolong jelaskan!" ucap Andini dengan panik dan cemas.

"Bu Dinda sudah tiga hari di rumah sakit. Penyakit Bu Dinda makin parah, kita semua hanya bisa berdoa untuk kesembuhan Bu Dinda, semoga ada keajaiban." Bi Ana menjelaskan semua pada Andini.

Tubuh Andini seketika lemah, dia duduk di kursi teras. Menenangkan dirinya. Degub jantungnya semakin berpacu, ketika mengingat mimpinya semalam. Air matanya meleleh, dia menangis menyebut nama Dinda berkali-kali. Andini tahu, kenapa Rico melarang dirinya menemui Dinda, semua karena ini.

“Kamu tega sekali melakukan ini, Mas. Aku tahu, kamu tidak butuh aku, tapi Mbak Dinda? Mbak Dinda ingin bertemu aku, aku yakin itu. Jahat sekali kamu, Mas!” Andini tidak sadar mengucapkan itu di sela-sela tangisannya.

"Mbak Dinda dirawat di Rumah Sakit mana, Bi?” tanya Andini.

"Di rumah sakit ...," jawab Bi Ana.

"Baik Bi, aku akan segera kesana. Titip Arsyad, Bi." Anidi pamit pergi ke Rumah Sakit yang diberitahukan Bi Ana.

Andini mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah sakit yang tadi di beri tahu Bi Ana. Sesampainya di rumah sakit, Andini langsung memarkirkan mobilnya dan berlari menuju lobi rumah sakit. Andini bertanya pada bagian front office di depan. Di mana ruang ICU, karena dia sudah tahu, kalau Dinda sekarang ada di ruang ICU. Bi Ana sudah memberithukan padanya. Andini langsung berlari, saat tahu di mana ruang ICU berada.

Sesampainya di sana, Andini melihat sosok pria yang sangat ia kenal. Iya, Rico. Siapa lagi kalau bukan Rico? Rico sedang duduk di bangku yang berada di depan ruang ICU. Tangannya masih setia memegang tasbihnya, dan mulutnya terus merapalkan doa untuk kesembuhan istri tercintanya.

"Mas Rico," panggil Andini.

"Andini? kenapa kamu di sini? siapa yang memberitahukan kamu kalau Dinda di sini?" tanya Rico dengan nada sedikit sarkas.

"Bi Ana yang memberitahuku. Maafkan aku, aku sudah berani hadir di sini," ucap Andini dengan menundukkan kepala.

"Iya, tidak apa-apa, duduklah." Rico menyuruh Andini duduk di sebelahnya.

“Jadi ini, mas menyuruh aku untuk tidak menemui Mbak Dinda?”

“Bukan itu, Ndin. Aku sudah bilang sama kamu, kalau Dinda mau kita sama-sama lagi. Itu tidak akan mungkin bisa. Aku tidak bisa, karena aku mencintainya, sangat mencintainya. Dan, selamanya kamu hanyalah rahim pengganti saja. Bukan istri pengganti!” ucap Rico.

“Iya aku tahu, sudah jangan bahas ini. Sekarang bagaimana keadaan Mbak Dinda? Apa aku boleh masuk melihatnya?” tanya Andini.

“Iya, boleh. Ayo masuk saja, lihat sendiri keadaan Dinda saat ini,” ajak Rico.

Andini masuk ke dalam. Dia melihat Dinda yang terbaring lemah di ranjang rawatnya. Tubuhnya semakin kurus, hingga tulang rahangnya semakin terlihat. Andini tidak tega melihat Kakak Madunya yang terbaring lemah seperti saat ini.

“Dokter bilang apa, dengan keadaan Mbak Dinda yang sekarang seperti ini, Mas?” tanya Andini.

“Dokter bilang, sudah tidak ada harapan lagi, kecuali memang ada keajaiban untuk sembuh. Dokter memvonis hanya beberapa hari saja Dinda bertahan. Ini hari ketiga dia dirawat di sini,” jawab Rico.

“Mas tega, ya? Kenapa Mas gak bilang sama aku, kalau keadaan Mbak Dinda seperti ini? Apa mas takut kalau aku akan kembali pada mas? Memenuhi permintaan Mbak Dinda? Jangan takut, Mas! Karena itu tidak akan pernah! Aku selalu ingat apa yang kamu katakan kemarin, Mas!” Andini sedikit terbawa emosi karena Rico sangat keterlaluan dengan dirinya, yang sama sekali tidak memberitahukan pada dirinya kalau Dinda keadaannya seperti ini.

"Aku tidak mau berdebat disini, Andini! Aku mohon sama kamu, apa pun nanti keinginan Dinda, aku akan menurutinya, aku akan mengabulkannya, aku janji itu. Walaupun aku terpaksa menurutinya, dan mungkin tidak pernah bisa," ucap Rico.

Andini hanya diam mendengar ucapan Rico. Iya, dirinya pun akan menuruti apa yang Dinda mau. Apalagi dia masih sangat ingat tentang mimpinya semalam, saat Dinda menemuinya lewat mimpi.

"Mas Rico, aku tahu kamu saat ini sangat lemah dan rapuh sekali. Maafkan aku, Mas, karena aku sudah lancang mencintaimu," gumam Andini.

Andini mendengar Dinda memanggil namanya dengan lirih. Memang setiap hari Dinda selalu memanggil nama Andini. Hanya Andini dan Rico yang ia panggil setiap hari. Tapi, Dinda tidak pernag membuka matanya selama tiga hari itu. Hanya mengigau, memanggil nama Andini dan Rico.

"Andini, kamu di mana, Andini?" Dinda mengigau memanggil nama Andini.

"Mba Dinda, ini aku Andini," ucap Andini lirih di samping telinga Dinda.

"Andini, jangan pergi lagi, kembalilah ke rumah, jaga Arsyad dan Mas Rico," ucapnya dengan terbata-bata karena menahan sakitnya, dan mengerjapkan matanya. Baru kali ini Dinda membuka matanya kembali saat mengetahui Andini ada di dekatnya.

"Mba, aku tidak bisa," ucap Andini dengan berlinang air mata dan menahan sesak di dadanya melihat kondisi Dinda saat ini.

"Andin, aku mohon berjanjilah untuk kembali ke rumah, jadilah istri Mas Rico lagi, jaga Arsyad dan Mas Rico," pinta Dinda.

"Mba, aku tidak bisa.”

"Berjanjilah, Andini," pinta Dinda lagi.

Andini melihat ke arah Rico yang dari tadi menangis melihat Dinda memohon pada Andini untuk tetap tinggal di rumahnya. Rico mengisyaratkan pada Andini untuk memenuhi permintaan Dinda, istri tercintanya.

"Mas Rico," panggil Dinda.

"Iya, Sayang," sahut Rico dengan suara serak da mengusap air matanya.

"Mas, bawa Andini kerumah lagi, ya? Mas harus berjanji, untuk jadi suami Andini lagi. Aku mohon, Mas," pinta Dinda

"Sayang, aku janji apa yang kamu mau akan aku turuti," ucap Rico dengan suara serak, dan lagi-lagi dia mengusap air matanya yang semakin deras mengalir.

"Andini, berjanjilah jangan pergi dari rumah lagi," pinta Dinda.

"Iya mba, aku janji," ucap Andini.

Dinda menarik tangan Andini dan Rico. Dia menyatukan tangan mereka. Rico menatap Andini, dengan tatapan yang menyiratkan keterpakasaan.

"Mas Rico, aku mohon sayangi Andini dan Arsyad," ucap Dinda.

"Iya, sayang, kamu jangan banyak bicara lagi, kamu pasti sembuh, kamu istirahat ya, Sayang," ucap Rico sambil menangis.

"Mas, jangan menangis. Mas, tuntun aku, tuntun aku untuk pergi dengan tenang," pinta Dinda.

Suara isak tangis Rico semakin terdengar saat Dinda memintanya menuntunnya untuk kembali pulang. Rico mengusap air matanya, dia duduk di samping Dinda dan menuntun  Dinda mengucapkan Dua Kalimat Syahadat. Andini juga tidak bisa membendung air matanya. Dia mencium kening Dinda, dia pun ikut mengucapkan dua kalimat syahadat. Menuntun Kakak Madunya untuk kembali pulang.

Andini terus menuntun Dinda bersama Rico. Dia melihat detik-detik Dinda mengembuskan napas terakhirnya. Andini memejamkan matanya. Dadanya sakit harus melihat orang yang ia sayangi sedang sakaratul maut.

"Innalillahi Wainnailaihi Rojiun. Tenanglah di surga, Sayang. Kamu sudah tak sakit lagi, aku janji untuk memenuhi semua permintaanmu walau hati ini sangat sakit, walau aku sangat terpakasa melakukan ini, ini semua demi kamu, Sayang," ucap Rico dengan lirih dan mengecup kening Dinda.

Andini melihat kakak madunya yang sudah memejamkan matanya. Dia mendengar semua yang Rico katakan. Akan menuruti apa semua permintaan terakhir Dinda, meski itu terpaksa.

"Innalillahi wainnailaihi Rojiun. Maafkan aku, Mbak Dinda. Maafakan aku, aku janji, akan memenuhi semua permintaan terakhir mbak," ucap Andini dengan lirih.

Terpopuler

Comments

kalea rizuky

kalea rizuky

riko sok bgt siapa yg mau ma loe

2024-11-09

0

Masitah Masitah

Masitah Masitah

itu namay laki laki kurang ajar

2023-02-18

0

Sustiani

Sustiani

😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

2022-07-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 The Best Brother Bab 1
73 Pemberitahuan
74 Bab 74
75 Bab 75 (Bonus Chapter)
76 Bab 76 (Bonus Chapter 2)
77 Bab 77 (Bonus Chapter 3)
78 Bab 78 (Bonus Chapter 4)
79 Bab 79 ( Bonus Chapter 5 )
80 Bab 80 (Bonus Chapter 6)
81 Bab 81 ( Bonus Chapter 7 )
82 Bab 82 (Bonus Chapter 8)
83 Bab 84 (Bonus Chapter 9)
84 Bab 85 (Bonus Chapter 10)
85 Bab 86 (Bonus Chapter 11)
86 Bab 87 (Bonus Chapter 12)
87 Bab 88 (Bonus Chapter 13)
88 Bab 89 (Bonus Chapter 14)
89 Bab 90 (Bonus Chapter 15)
90 Bab 91 (Bonus Chapter 16)
91 Bab 92 (Bonus Chapter 17)
92 Bab 93 (Bonus Chapter 18)
93 Bab 94 (Bonus Chapter 19)
94 Bab 95 (Bonus Chapter 20)
95 Bab 96 (Bonus Chapter 21)
96 Bab 97 (Bonus Chapter 22)
97 Bab 98 (Bonus Chapter 23)
98 Bab 99 (Bonus Chapter 24)
99 Bab 100 (Bonus Chapter 25)
100 Bab 101 (Bonus Chapter 26)
101 Bab 102 (Bonus Chapter 27)
102 Bab 103 (Bonus Chapter 28)
103 Bab 104 (Bonus Cahpter 29)
104 Bab 105 (Bonus Chapter 30)
105 Bab 106 (Bonus Chapter 31)
106 Bab 107 (Bonus Chapter 32)
107 Bab 108 (Bonus Chapter 33)
108 Bab 109 ( Bonus Chapter 34)
109 Bab 110 (Bonus Chapter 35)
110 Bab 111 (Bonus Chapter 36)
111 Bab 112 (Pengumuman dan Visual)
112 Bab 113 (Bonus Chapter 37)
113 Bab 114 (Bonus Chapter 38)
114 Bab 115 (Bonus Chapter 39)
115 Bab 116 (Bonus Chapter 40)
116 Bab 117 (Bonus Chapter 41)
117 Bab 118 (Pengumuman)
118 Bab 119 (Bonus Chapter 42)
Episodes

Updated 118 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
The Best Brother Bab 1
73
Pemberitahuan
74
Bab 74
75
Bab 75 (Bonus Chapter)
76
Bab 76 (Bonus Chapter 2)
77
Bab 77 (Bonus Chapter 3)
78
Bab 78 (Bonus Chapter 4)
79
Bab 79 ( Bonus Chapter 5 )
80
Bab 80 (Bonus Chapter 6)
81
Bab 81 ( Bonus Chapter 7 )
82
Bab 82 (Bonus Chapter 8)
83
Bab 84 (Bonus Chapter 9)
84
Bab 85 (Bonus Chapter 10)
85
Bab 86 (Bonus Chapter 11)
86
Bab 87 (Bonus Chapter 12)
87
Bab 88 (Bonus Chapter 13)
88
Bab 89 (Bonus Chapter 14)
89
Bab 90 (Bonus Chapter 15)
90
Bab 91 (Bonus Chapter 16)
91
Bab 92 (Bonus Chapter 17)
92
Bab 93 (Bonus Chapter 18)
93
Bab 94 (Bonus Chapter 19)
94
Bab 95 (Bonus Chapter 20)
95
Bab 96 (Bonus Chapter 21)
96
Bab 97 (Bonus Chapter 22)
97
Bab 98 (Bonus Chapter 23)
98
Bab 99 (Bonus Chapter 24)
99
Bab 100 (Bonus Chapter 25)
100
Bab 101 (Bonus Chapter 26)
101
Bab 102 (Bonus Chapter 27)
102
Bab 103 (Bonus Chapter 28)
103
Bab 104 (Bonus Cahpter 29)
104
Bab 105 (Bonus Chapter 30)
105
Bab 106 (Bonus Chapter 31)
106
Bab 107 (Bonus Chapter 32)
107
Bab 108 (Bonus Chapter 33)
108
Bab 109 ( Bonus Chapter 34)
109
Bab 110 (Bonus Chapter 35)
110
Bab 111 (Bonus Chapter 36)
111
Bab 112 (Pengumuman dan Visual)
112
Bab 113 (Bonus Chapter 37)
113
Bab 114 (Bonus Chapter 38)
114
Bab 115 (Bonus Chapter 39)
115
Bab 116 (Bonus Chapter 40)
116
Bab 117 (Bonus Chapter 41)
117
Bab 118 (Pengumuman)
118
Bab 119 (Bonus Chapter 42)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!