Andini sedang bersiap-siap untuk ke rumah Dinda dan Rico. Hari ini Andini dijemput Rico dan Dinda untuk tinggal di rumahnya, karena besok adalah hari pernikahan Andini dan Rico.
Setelah mengemasi barang-barangnya yang akan ia bawa ke rumah Dinda, Andini keluar dari kamarnya karena Rico dan Dinda sudah mengunggu nya di ruang tamu. Andini sebenarnya berat meninggalkan rumahnya, karena rumah yang ia tempati penuh dengan kenangan bersama orang tuanya, meski mereka adalah orang tua angkat Andini.
“Sudah siap, Ndin?” tanya Dinda.
“Sudah, Mbak,” jawab Andini.
Andini melihat Rico yang hanya diam dan menatapnya dengan tatapan dingin. Andini langsung menundukkan pandangannya. Andini tahu, kalau Rico tidak terima dengan keputusan yang dibuat oleh Dinda, karena Rico sangat mencintai Dinda, dan tidak ingin menyakitinya.
"Jika ini yang terbaik, kuatkan aku untuk menjalani semua ini, Ya Allah,” guman Andini.
Dinda langsung mengajak Andini untuk ke rumahnya. Entah kenapa, Dinda sangat bahagia bisa bertemu Andini, dan mejadikan dia istri kedua untuk suaminya. Bahkan dia berharap Andini tidak akan pergi dari rumahnya setelah melahirkan. Dia akan tetap menyuruh Andini untuk tinggal di rumahnya, dan Rico tidak boleh menceraikannya.
“Aku akan memikirkan semua itu nanti setelah Andini melahirkan. Kalau aku pergi, siapa yang akan menjaga Mas Rico nantinya?” gumam Dinda dengan melihat Andini yang duduk di belakang.
Tak lama kemudian mereka sampai di depan rumah yang yang sangat besar dan mewah. Tidak salah Dinda berani mengeluarkan uang banyak untuk melunasi semua utang Andini, karena Dinda dan Rico benar-benar orang kaya.
Dinda mengajak Andini masuk ke dalam rumahnya. Rumahnya begitu luas. Dinda juga menunjukkan kamar yang akan di pakai Andini.
"Andin, ini kamar kamu, dan sebelahnya kamarku dengan Mas Rico. Kamar ini tadinya persiapan untuk anak kami. Tapi, Allah belum menitipkannya pada kami," ucap Dinda.
"Terima kasih, Mbak. Maaf sudah merepotkan mbak," ucapnya.
"Iya Andin, kamu nantinya juga akan jadi istri Mas Rico, anggap aku ini kakakmu. Ya sudah, kamu tata semua pakaianmu, dan istirahatlah," ucap Dinda.
Andini masuk ke dalam kamarnya. Dia menaruh tas pakaiannya, dan dia menahan Dinda yang akan keluar dari kamarnya.
"Mbak, sekali lagi terima kasih untuk semuanya, dan Insya Allah akan aku tunaikan tugasku sesuai perjanjian," ucap Andini sambil menggenggam tangan Mba Dinda.
"Iya, Andin. Kita pasti bisa melewati ini sama-sama, Ndin. Andin aku ikhlas, aku sangat mencintai suamiku. Aku memang masih bisa menjalankan tugasku sebagai seorang Istri. Tapi, aku tidak bisa memberikannya buah hati yang harus ada di tengah-tengah keluarga kami," ucap Dinda sambil meneteskan air matanya.
"Doakan aku mbak agar bisa melewati semua ini," Andini memeluk Dinda dan menghapus air mata Dinda yang sudah membasahi pipinya.
Andini merasakan seperti mendapat seorang kakak perempuan. Begitu juga Dinda, dia pun merasa seperti mendapatkan adik perempuan yang sangat menyayanginya.
"Kamu istirahat, ya? Besok kamu akan menikah. Maaf, mbak tidak bisa memberikan kamu gaun baru, pakai gaun Mbak yang dulu menikah dengan Mas Rico gak apa-apa, kan?" ucap Dinda.
“Tidak apa-apa, Mbak, sekali lagi terima kasih, Mbak,” ucap Andini.
“Iya, aku ke kamar ya, Ndin?” pamit Dinda.
^^^
Rico tidak menyangka kalau istrinya sangat baik dengan Andini. Dan, lebih tidak menyangka, kalau istrinya akan menyuruh dia menikah lagi hanya karena ingin dirinya memiliki keturunan dari darah dagingnya sendiri.
"Ya Allah, aku serahkan ini kepada-Mu. Jika ini yang terbaik semoga aku bisa ikhlas menjalaninya, dan bisa adil dengan kedua istriku,” gumam Rico.
"Mas belum tidur?" tanya Dinda yang baru saja masuk ke dalam kamar.
"Iya sayang, kamu mengagetkanku saja, kemarilah aku ingin sekali memelukmu." Dinda langsung mendekati Rico, Rico memeluk erat tubuh Dinda.
Rico menangis dalam hatinya, dia sebenarnya tidak ingin seperti ini, tapi apalah daya, Rico terpaksa, karena Dinda mengancamnya tidak akan mau berobat kalau dirinya tidak menikahi Andini. Rico masih memeluk erat tubuh Dinda, seakan-akan dia tidak mau kehilangan wanita yang sangat ia cinta, yang sedang berada di pelukannya.
"Mas lepasin ... aku gak bisa napas,” ucap Dinda dengan manja.
"Aku takut, aku takut sekali kamu meninggalkan aku,” ucap Rico.
“Jangan pernah takut, aku akan tetap berada di sini, di sampingmu, hingga Tuhan yang menjemputku. Dan, jika aku harus pergi ke hadapan Tuhan, aku pun masih selalu ada di dalam palung hatimu yang paling dalam. Aku akan selalu bersamamu, Mas. Percaya itu,” ucap Dinda.
“Love you,” ucap Rico dengan mengecup kilas bibir Dinda.
“Love you too.” Dinda mengeratkan pelukannya pada Rico.
“Aku tidak tahu, harus bahagia atau sedih? Rasa itu bercampur jadi satu, aku bahagia karena Mas Rico mau menikah lagi untuk mendapatkan keturunan, aku sedih karena aku terlalu memaksa Mas Rico menikah lagi. Semoga ini yang terbaik, aku tidak punya cara lain agar Mas Rico bisa punya keturunan. Aku tidak bisa hanya menyewa rahim wanita saja dengan cara bayi tabung. Aku ingin anak yang sah dari suamiku, melalui ikatan suci pernikahan yang Aku Ridhoi dan Allah Ridhoi,” gumam Dinda.
Hari ini adalah hari pernikahan Andini dengan Rico. Dinda yang merias wajah Andini dan mendandaninya dengan memakaikan baju milik Dinda yang dulu Dinda pakai saat melaksanakan ijab qobul dengan Rico.
"Maafkan aku memaksa kamu menikah dengan suami ku. Andini jadilah Istri yang baik untuk suami ku, kasih dia keturunan yang baik." Dinda memeluk Andini dan tak terasa dia meneteskan air matanya.
"Iya, Mbak, Insya Allah. Doakan aku, Mbak.” Ucap Andini dengan menyeka air matanya yang jatuh.
“Sudah, jangan menangis, make-up kamu nanti luntur. Aku tinggal sebentar, ya?" Dinda keluar dari kamar Andini. Andini tahu bagaimana perasaan Dinda saat ini.
“Ya Allah, jika ini memang sudah ketetapan-Mu, ikhlaskan hatiku, dan sabarkanlah hatiku untuk menjalani semua ini,” gumam Andini.
Dinda masuk ke dalam kamar Rico. Dia melihat suaminya memakai jas yang dulu dipakai Rico saat mengucapkan janji suci dengannya. Dinda mendekatinya dan memeluk Rico dari belakang.
"Mas sudah siap?" Dinda tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan memeluk Rico dari belakang.
"Sayang, kamu mengagetkanku saja,” ucapnya dengan menyeka air matanya. Rico memang sedang mengingat semua kenangan bersama Dinda, dia tidak menyangka hari ini dia akan menikahi wanita lain selain Dinda.
“Mas, kok nangis?” Dinda menyeka air mata Rico yang membasahi pipi.
“Aku tidak bisa, Sayang. Aku tidak bisa berbagi dengan wanita lain, aku tidak bisa.” Rico memeluk erat Dinda dan menangis di pelukan Dinda.
"Sayang, jangan seperti ini, semua ini aku lakuakn untuk kebaikan kita, kalau aku tidak menyayangimu aku akan membiarkan mu tidak punya keturunan, aku ingin kamu punya keturunan yang sah, yang aku Ridhoi dan Allah Ridhoi." Dinda menyeka air mata Rico dan menenangkan Rico. Rico tahu, sebenarnya Dinda juga sangat sakit melewati semua ini.
"Apapun akan aku lakukan asal kamu selalu ada di sisiku. Sekali lagi maafkan aku." Rico memeluk kembali tubuh Dinda, dan isakkan tangisnya semakin terdengar jelas di telinga Dinda.
"Itu pasti, Mas. Aku akan selalu di sampingmu. Jalankan tugasmu sebagai suami yang baik untuk Andini, seperti kamu menjadi suami terbaiku,” ucap Dinda.
"Insya Allah, Sayang,” jawab Rico.
"Ayo sayang keluar, di depam sudah ada penghulu." Dinda mengajak Rico keluar dari kamar menuju ke ruang tengah untuk melakukan ijab qobul dengan Andini.
Dinda menggandeng tangan Rico keluar dari kamar. Rico menggenggam erat tangan Dinda, mereka saling mentapa, mata Dinda mengisyaratkan pada Rico untuk ikhlas melakukan semua ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Yusria Mumba
kasiang. dindah,
2023-08-29
0
Nur Lizza
😭😭😭😭😭😭
2021-03-10
0
Lovesekebon
semangatt author🥰🥰👍👍💪
2021-03-07
0