Andini baru saja dari dapur, dan mendengar pertengkaran hebat di kamar Dinda dan Rico. Pertengkaran itu disebabkan karena Dinda cemburu dengan Rico yang perhatian dengannya.
Tidak terasa Andini meneteskan air matanya. Kehadirannya dia di sini malah membuat Dinda salah paham dengan suaminya. Padahal Andini selalu menerima apa adanya, mau Rico cuek atau perhatian dengannya, Andini hanya biasa saja, karena dia tahu posisinya. Andini sadar akan posisinya yang hanya menjadi perempuan yang disewa Dinda untuk menggantikan rahimnya.
Andini meredakan tangisnya dan sesak di dadanya. Dia ingin segera masuk ke dalam kamarnya lagi, tapi langkahnya terhenti karena perutnya terasa kencang dan sakit sekali.
“Ahhkkk ... sakit sekali, Ya Allah,” rintih Andini dengan memegangi perutnya.
Andini ingin mengetuk pintu kamar Dinda, tapi dia mengurungkannya. Dia tidak mungkin memanggil suaminya yang baru saja bertengkar dengan Dinda, apalagi pertengkarannya disebabkan oleh dirinya.
Akhirnya Andini berjalan dengan terseok-seok menuju ke kamar Bi Ana yang beada di belakang, dan sedikit jauh dari dapur. Andini langsung menggedor pintu kamar Bi Ana. Berutung Bi Ana belum tidur, karena masih melipat baju yang baru beliau cuci.
"Bi ... Bibi ... ini aku Andini, Bi. Bibi, tolong Andini! Akhh ... sa—sakit sekali Bi ....” Andini mengetuk pintu kamar Bi Ana dengan merintih kesakitan.
"Ya Allah, Bu Andini? Kenapa bu? Ibu mau melahirkan, air ketubannya sudah pecah, bi—bibi panggil Pak Rico ya, Bu?" Bi Ana panik sekali melihat Andini yang kesakitan dengan memegang perutnya, apalagi air ketubannya sudah pecah. Andini mencegah Bi Ana yang akan memanggil suaminya.
"Jangan, Bi, Pak Rico dan Bu Dinda baru saja reda amarahnya, mereka baru saja ribut, panggil Pak Agus saja, Bi. Biar Pak Agus yang mengantark aku ke rumah sakit, Andin mohon, temani Andin, Andin takut, Bi,” ucap Andini dengan meringis kesakitan
"Tapi, Bu?" Bi Ana semakin panik, karena lantainya sudah semakin basah karena air ketuban Andini.
"Sudah, Bi ... cepat panggil Pak Agus, ini sakit sekali! Panggil Pak Agus sekarang!" titah Andini.
"Baik, Bu."
Bi Ana memanggil Pak Agus, Pak Agus memapahku untuk masuk ke dalam mobil, dan langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi dan menyalakan lampu hazard karena keadaan darurat.
Sesampainya di rumah sakit, Andini dibawa perawat menuju kamar pesalinan. Pak Agus langsung pulang, karena disuruh oleh Bi Ana. Rico dari tadi tidak bisa dihubungi Pak Agus dan Bi Ana. Padahal keadaan Andini sudah harus segera dicaecar karena air ketubannya sudah kering, dan tekanan darah Andini juga tidak stabil.
Bi Ana terus menemani Andini yang sedang kelimpungan menahan sakit. Andini terus berdoa, meminta kesalamatan untuk bayinya. Dia tidak tahu kalau kejadian akan seperti ini, tepat saat setelah Rico bertengkar dengan Dinda.
“Mas Rico, sakit sekali, Mas. Aku butuh kamu, Mas. Kamu yang kuat ya, Nak? Bertahan, Nak. Kamu harus kuat,” gumam Andin dengan menyeka air matanya,
^^^
Dinda terbangun dari tidurnya. Dia melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Dinda terbangun karena dia mendengar telefon yang berdering di sebelah kamarnya.
“Siapa yang telfon tengah malam seperti ini?” gumam Dinda dengan beranjak dari tempat tidurnya.
Dinda keluar dari kamarnya, tapi saat dia akan mengangkat telfonnya, telfonnya sudah terputus. Dinda kembali masuk ke dalam kamarnya, dan kembali melanjutkan tidurnya. Rico terbangun karena merasa Dinda baru saja keluar kamar.
"Sayang, kamu dari mana?" tanya Rico
"Tadi aku dengar ada telfon di luar, saat mau aku angkat sudah terputus, Sayang," jawabnya.
"Ayo tidur lagi, lagian siapa yang telfon malam-malam, kurang kerjaan saja!" Ucap Rico dengan kesal, dan kembali memeluk Dinda.
Baru saja mereka akan memejamkan mata, Rico mendengar suara ketukan keras di pintu kamarnya, dan terdengar juga suara Pak Agus yang terdengar sangat panik. Rico langsung menyingkap selimutnya dan beranjak dari tempat tidur untuk membuka pintu kamarnya.
"Pak Agus, ada apa malam-malam begini Pak Agus menggedor-gedor pintu kamarku dengan panik?” tanya Rico.
"Anu, Pak, emm ... itu Pak, Bu—Bu Andini, Pak, Bu Andini itu ... emm ....”
“Andini kenapa, Pak?! Jangan Am em saja! Dari tadi ngomong enggak sampai-sampai!” tukas Rico.
“Bu—Bu Andini di rumah sakit, Pak. Mau melahirkan, tadi air ketubannya sudah pecah, dan harus segera di lakukan tindakan caecar, tekanan darahnya juga tidak stabil. Pak Rico di tunggu Dokter di rumah sakit,” jelas Pak Agus dengan gemetaran. "Bapak harus segera kesana. karena dokter butuh tanda tangan bapak, untuk persetujuan tidakan operasi caecar,” pungkasnya.
"Kenapa Pak Agus tidak memberitahukan saya, sih! Asal bawa ke rumah sakit saja!" Rico mengusap kasara wajahnya dan terlihat sangat panik, begitu juga Dinda.
"Biar Bi Ana saja yang menjelaskan kenapa Bu Andini tidak mau memanggil Pak Rico, yang penting sekarang Pak Rico harus segera ke sana!” tegas Pak Agus.
"Iya, Mas, ayo kita ke sana saja,” ajak Dinda.
Akhirnya mereka berangkat ke rumah sakit. Rico tidak jadi duduk di sebelah Dinda, karena tempat duduknya basah bekas air ketuban Andini. Rico duduk di sebelah Pak Agus, dan bibirnya dari tadi tidak lepas merapal Doa untuk Andini dan anaknya.
“Kamu kenapa tidak memanggil aku, Ndin?” gumam Rico.
Dinda melihat jok sebelahnya yang basah karena air ketuban Andini. Dia juga tidak berhenti berdoa untuk Andini dan anaknya. Dinda tidak mengerti, kenapa Andini malah pergi ke rumah sakit dengan Bi Ana dan Pak Agus, dan tidak memanggil dirinya atau Rico di kamar. Padalah kamar Andini lebih dekat dengan kamar Dinda, daripada ke kamar Bi Ana yang cukup jauh dari kamar Andini.
“Kamu kenapa, Ndin? Kenapa kamu tidak memberitahukan kami kalau kamu mau melahirkan?” gumam Dinda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Selita Awini
sudah perhatian hampir tiap malam tidur satu kasur masa ngak cinta
2021-07-02
0
Cecilia Gracemargaretha
kata ku si Dinda egois deh sama si Rico,demi pengin punya anak harus si Andini yg jadi korban,GK dicintai, anak nanti dibawa pergi sama si Riko dan si Dinda,juga si Andini hanya nikah kontrak pula,kata ku disini yg egois tuuh so Riko dan dinda deh,jadi lebih kasihan ke si Andini ketibang ke si dinda
2021-07-02
0
Aditya Rizky
😭😭😭😭sedih aku
2021-03-12
0