Waktu terus berlalu tak terasa Arsyad sudah berusia tiga bulan. Ini sudah saatnya Andini harus merelakan Arsyad untuk Dinda dan Rico. Sungguh sangat menyakitkan, tapi Andini yakin kalau Rico dan Dinda adalah orang baik dan pasti akan menjadi orang tua yang baik pula untuk Arsyad.
Dinda sekarang terlihat semakin sehat dengan adanya Arsyad. Rico dan Dinda sangat bahagia dengan kehadiran Arsyad di tengah-tengah mereka.
"Besok adalah hari terakhir aku berada di rumah ini. Maafkan ibu, Nak. Ibu sudah tidak bisa menjagamu lagi, melihat perkembanganmu, menggendongmu, memandikanmu, dan lainya. Maafkan ibu. Ibu yakin kamu akan bahagia dengan papa dan mamamu. Mas rico, maafkan aku dalam diamku, aku mencintaimu, Mas Rico,” ucap Andini lirih.
Andini masuk ke dalam kamar Dinda. Dia ingin melihat putranya yang dari tadi pagi bersama Dinda selepas Rico ke kantor. Sudah dua minggu Arsyad tidur dengan Dinda dan Rico. Andini harus merelakan, supaya Arsyad terbiasa dengan mereka. Adini sekarang menyusui Arsyad dari pagi sampai Arsyad menjelang tidur. Jika Arsyad menangis di malam hari meminta susu, Andini sudah menyiapkan ASI untuk Arsyad.
Dinda menoleh ke arah pintu kamarnya karena merasa ada orang yang masuk ke dalam kamarnya. Dinda tersenyum pada Andini, dan menyuruh Andini untuk masuk ke dalam kamarnya.
“Eh ada ibu, Sayang ....” Dinda bicara dengan Arsyad yang dari tadi tertawa Riang bermain bersamanya.
“Anak ibu senang banget kelihatannya. Jangan rewel ya, Nak,” ucap Andini dengan mencium Arsyad yang sedang mengoceh seperti menyahuti ucapan Andini.
“Arsyad enggak rewel, Ibu .... Arsyad pintar kok, gak cengeng, gak rewel,” ucap Dinda.
"Mbak Dinda, bolehkan nanti malam aku tidur bersama Arsyad? Besok aku ‘kan sudah tidak di sini lagi mbak,” pinta Andini
"Andini, kamu serius akan meninggalkan kami? Tolong pikirkan kembali, Ndin, bagaimana aku bisa mengurus Arsyad sendiri tanpa kamu? Arsyad juga menbutuhkanmu, Andin ...." Dinda kembali memohon pada Andini supaya memikirkan lagi, soal kepergaiannya besok.
"Mbak Dinda, bukankah sudah tertulis di dalam perjanjian? Setelah aku melahirkan mau tidak mau aku harus pergi dari sini? Mbak, aku tidak mau membuat salah paham lagi antara Mas Rico dengan Mbak Dinda karena kehadiranku. Tugasku sudah selesai, aku sudah memberikan anak yang sah untuk Mas Rico," ucap Andini
"Aku mau kamu memikirkan kembali, perihal kepergianmu besok dari sini, Ndin," ucap Dinda.
"Keputusanku sudah bulat, Mbak. Aku ikuti sesuai perjanjian yang ada. Maafkan aku," ucap Andini
"Baiklah." Dinda menjawabnya dengan nada tidak rela jika Andini harus pergi dari rumahnya.
Andini menatap Dinda yang sepertinya kecewa dengan keputusannya yang ingin pergi dari rumahnya. Andini sebenarnya masih ingin sekali berada di dekat putranya. Namun, perjanjian tetap perjanjian. Andini memilih pergi, menuruti isi perjanjian yang sudah disepakati dan ditandatangani.
"Sesak sekali rasanya, Ya Allah. Bukan aku egois meniggalkan kalian, ini sudah perjanjian. Mbak Dinda maafkan aku, kalaupun aku bertahan di sini aku takut tak bisa mengontrol emosiku. Karena aku mulai mencintai Mas Rico. Aku tak mau menyakitimu, Mba Dinda. Maafkan aku. Lebih baik aku pergi dari sini, karena memang sudah perjanjiannya," gumam Andini.
^^^
Malam harinya, Dinda sudah tidak tahu harus berkata apa lagi pada Andini agar dia tetap tinggal di sini, menemani dirinya untuk mengurus Arsyad bersama. Sejak kehadiran Andini, Dinda seperti mendapatkan teman baru dalam hidupnya. Dia tidak kesepian, ada Andini yang menemani di rumah saat Rico ke kantor, dan kadang lembur sampai larut malam.
Dinda juga memikirkan ke depannya, jika suatu hari dirinya sudah tidak kuat menahan penyakit yang terus menggerogoti tubuhnya, lalu dia pergi untuk selamanya, bagaimana nasib Arsyad dan suaminya? Adinda berpikir, kalau ada Andini di rumahnya, dan Andini masih menjadi istri sah dari suaminya, dia akan pergi dengan tenang. Menitipkan suaminya dan Arsyad pada Andini.
"Bagaimana Mas Rico dan Arsyad jika suatu saat aku di kalahkan dengan penyakitku ini? Andini aku mohon bertahanlah di sini untuk dua orang yang sangat aku sayangi. Dan, aku yakin kamu juga menyayangi Mas Rico, bahkan aku yakin, kamu sudah mulai mencintai Mas Rico," gumam Dinda.
Dinda berpikir lagi, bagaimana caranya supaya Andini mau di sini. Kalau pun Andini kekeh dengan pendiriannya, Dinda akan meminta Rico untuk tidak menceraikan Andini. Supaya jika suatu hari dirinya kalah dengan penyakit yang bersemayam dalam tubuhnya, dia bisa meminta permintaan terakhir pada suaminya, agar suaminya mau kembali pada Andini.
Dinda masuk ke dalam ruang kerja Rico. Rico terlihat masih sangat sibuk dengan pekerjaannya. Dinda mendekatinya suaminya dan berdiri di belakang kursi kerja suaminya.
"Mas, masih sibuk?" Tanya Dinda sambil memeluk suaminya dari belakang.
"Lumayan, sebentar lagi selesai kok, ada apa, Sayang?" Tanya Rico sambil membelai rambut Dinda
"Mas besok Andini mau pergi dari sini, aku tidak mau dia meninggalkan kita di sini." Ucap Dinda dengan menampakkan raut wajah yang sedih.
"Lho kok gitu, Sayang? ‘Kan memang sudah perjanjiannya. Setelah dua atau tiga bulan melahirkan memang Andini minta untuk pergi dari rumah ini kan, Sayang?" ucap Rico
"Iya mas, aku gak mau dia pergi, dia harus tetap di sini. Tapi, dia tidak mau, dia menginginkan pergi dari sini sesuai perjanjian. Mas, aku mohon, mas bujuk dia biar tetap tinggal di sini." Dinda memohon pada suaminya dengan wajah yang memelas di depan suaminya.
"Sayang, mana bisa aku membujuknya? Andini pasti tidak mau, lagian ‘kan memang sudah perjanjiannya, Sayang?" ucap Rico.
"Mas apa kamu sedikit pun tidak ada rasa cinta atau sayang pada Andini, sehingga kamu rela dia pergi setelah memberikan semuanya buat kita?" Ucapan Dinda sedikit meninggi, dia kecewa dengan suaminya, yang belum apa-apa sudah menyerah, tidak mau membujuk Andini.
"Sayang, kenapa bicara seperti itu? Dari awal ini kemauanmu, bukan kemauan aku! Meskipun aku tidur dengan Andini dan menghamilinya itu karena permintaan kamu, Adinda? Bukan karena aku cinta dengan dia, bahkan untuk sayang ke Andini pun aku belum bisa, aku hanya kasihan dengannya. Aku takut jika dia tetap disini dia malah mencintaiku, aku tidak bisa. Biarkan dia pergi, karena sudah sesuai perjanjian," ucap Rico.
"Mas, kalau aku sudah tidak ada siapa yang akan menjagamu dan Arsyad?! Hanya dia yang bisa, hanya Andini yang bisa menjaga kalian," ucap Dinda dengan suara serak.
"Adinda, Sayang ... aku mohon jangan berkata seperti itu, kamu pasti sembuh, kamu tidak boleh menyerah. Tolong sayangku, jangan berkata seperti itu lagi, aku hanya mencintaimu sampai akhir hayatku, kalaupun itu terjadi, Allah memanggilmu lebih dulu aku yang akan membesarkan Arsyad sendiri," ucap Rico.
"Baik, Andini boleh pergi, tapi bolehkah aku minta satu syarat padamu sebelum Andini pergi?" pinta Dinda.
"Syarat apa lagi, Sayang?" tanya Rico
"Jangan ceraikan Andini walaupun dia pergi dari rumah ini. Itu syaratnya. Jika Andini benar-benar keluar dari rumah ini, tolong mas penuhi syaratku itu," pinta Dinda.
“Aku mohon, jangan ceraikan Andini, Mas,” ucap Dinda sekali lagi.
Rico menggelengkan kepalanya. Karena, dia sudah membicarakan pada pengacaranya kalau dia akan menyiapkan berkas perceraiaannya dengan Andini. Tapi, wanita yang sangat ia cintai, memohon agar dirinya tidak menceraikan Andini. Apa pun alasannya, Adinda tidak mau suaminya menceraikan Andini.
"Aku tidak bisa, Dinda. Aku sudah membicarakan dengan pengacara untuk mengurus berkas perceraianku dengan Andini," ucap Rico.
"Kalau mas tidak mau, ya sudah aku mau Andini tetap disini." Tukas Dinda dengan keluar dari ruang kerja Rico.
"Baiklah aku penuhi syaratmu." Jawaban Rico menghentikan langkah Dinda yang akan keluar dari ruang kerja Rico.
"Terima kasih, Sayang.” Dinda langsung berlari berhambur memeluk Rico.
“Apa pun yang kamu minta, aku akan turuti, Sayang. Selagi aku mampu,” ucap Rico dengan mengecup kening Andini.
“Oke, aku punya permintaan satu lagi, Mas,” ucap Dinda.
“Apa lagi, Sayang?” tanya Rico dengan sedikit kesal pada istrinya.
“Malam ini, mas tidur di kamar Andini, ya? Aku mohon mas penuhi permintaanku ini, " pinta Dinda.
"Iya sayang, aku akan tidur dengan Andini dan Arsyad malam ini, " Rico terpaksa mengiyakan permintaan Dinda lagi.
"Terima kasih, Mas.” Dinda mencium kilas bibir suaminya.
Dinda memeluk suaminya, karena dia bahagia suaminya mau memenuhi keinginannya. Dinda juga lega, karena suaminya sudah menelfon pengacara yang akan mengurus perceraiannya dengan Andini untuk membatalkan pengajuan gugatan cerai di pengadilan agama.
"Jika suatu saat aku tak ada, aku mudah menyatukan kamu dengan Andini, karena kalian masih mempunyai ikatan yang sah sesuai Agama dan Negara. Maafkan aku yang tak sempurna ini, Mas. Hanya Andini yang bisa menyempurnakan keluarga kita," gumam Dinda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Kasmawati S. Smaroni
kalo aku andini sebelum kelyar dari rumah krnperjanjian kontrak maka sy mimta di talak sm rico,
2022-03-29
0
Kya
dinda batu, tukang maksa, sotoy, biar aja andin n rico cerai, siapa tau andin bisa dapet suami yg bener2 sayang dan cinta ama andin. rico juga jd laki gak ada tegas2nya. andin jd objek penderita mulu... ada dendam apa sih outhor ama andin??? becanda thor... pissss🙏😁
2021-06-02
0
Ifa Rosida
jadi ikutan mewek thor shediiih😭😭😭😭
2021-04-19
1