Rahim Pengganti
Malam hari, jalanan di sekitar kedai kopi mulai agak sepi. Perempuan berparas cantik, pemilik kedai kopi tersebut melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
“Sudah jam sebelas malam, lebih baik aku tutup saja kedai kopinya. Lagian, sekitar juga sudah sangat sepi.” Gumamnya sambil membereskan gelas kotor di atas tikar dan menggulung kembali tikar-nya.
Pemilik kedai kopi itu bernama Andini. Nasib buruk menimpa dirinya sejak kepergian kedua orang tua angkatnya yang banyak sekali meninggalkan utang. Andini hanya memiliki sebuah kedai kopi kecil di emperan trotoar jalan peninggalan orang tua angkatnya. Dan, kedai kopi itu satu-satunya sumber penghasilannya setiap hari untuk melunasi utang peninggalan kedua orang tua angkatnya.
"Alhamdulillah, hasil malam ini bisa untuk menutup utang ibu di Bu Siti. Malam ini lumayan ramai pengunjung, karena aku mencoba resep kopi baru, dan Alhamdulillah, semakin laris dagangan ku. Ini uang untuk besok belanja, dan ini uang untuk melunasi utang ibu pada Bu Siti. Seperti inilah, di tinggal kedua orang tua angkatku, malah meninggalkan utang yang cukup banyak. Tapi, aku bersyukur, pernah merasakan kasih sayang bapak dan ibu, meski mereka orang tua angkatku, mereka sangat menyayangiku, dan utang yang mereka miliki juga semata-mata untuk menghidupiku." Andini berkata lirih dengan membayangkan jika kedua orang tua angkatnya masih hidup.
Andini bersiap-siap untuk pulang ke rumah, rumahnya tak jauh dari kedai kopi miliknya. Hanya masuk ke gang depan kedai kopi, kira-kira dua ratus meter. Andini memasukan uang hasil hari ini ke dalam tasnya. Dan, setelah itu dia langsung menutup kedai kopinya, lalu berjalan pulang ke rumah.
Malam semakin larut. Andini berjalan sendiri di tengah kegelapan malam, menyusuri gang kecil yang menuju ke rumahnya. Saat dia sudah hampir sampai rumahnya, tiba-tiba ada tiga orang pria menghadangnya. Mereka langsung mengambil tas milik Andini.
Andini mencoba mengejarnya. Namun, sia-sia belaka karena dia tidak memerhatikan jalan, dan akhirnya dia terserempet mobil yang sedang melaju kencang.
Andini jatuh dan tersungkur di aspal. Andini melihat sikunya yang terasa sangat sakit, dan ternyata lukanya sedikit parah. Darah segar keluar dari luka di siku tangannya kanannya yang tergores aspal.
"Awww ... sakit sekali!" Andini memekik kesakitan, dia memegangi siku tangannya yang terluka dan berdarah. Andini juga mencoba berdiri, dan akan kembali ke rumah, karena dia sudah merasa sia-sia untuk mengejar penjambret tadi.
Terlihat seorang laki-laki dan perempuan turun dari dalam mobil yang menyerempetnya tadi. Andini hanya diam menatap mereka, dan sesekali menundukkan kepalanya saat mereka berjalan mendekati Andini.
"Mbak gak apa-apa?" tanya mereka dengan cemas.
"Ehm ... ti—tidak apa-apa, Mbak, Mas. Hanya luka ringan saja kok," jawabnya dengan menutup luka di sikunya.
“Lukanya berdarah seperti ini mbak bilang gak apa-apa?” Ucap perempuan tersebut dengan memegangi tangan Andini.
“Iya, Mbak, biar saya obati di rumah saja. Nanti juga sembuh, paling luka sedikit kok,” jawab Andini.
"Ayo saya antar ke dokter, Mbak. Ini lukanya harus segera diobati, supaya tidak infeksi.” Mereka membawa Andini ke rumah sakit terdekat, padahal Andini menolak untuk di bawa ke rumah sakit. Beruntung ada rumah sakit terdekat dari lokasi kejadian tadi.
Luka Andini diobati oleh perawat yang berjaga di IGD. Luka di sikunya cukup parah, tapi tidak perlu dijahit, dan perawat itu juga mengobati luka di telapak tangan Andini. Setelah selesai diobati, Andini juga diberi obat untuk meredakan rasa nyeri pada lukanya.
"Mas, Mbak, terima kasih atas bantuannya," ucap Andini sambil menundukkan kepalanya.
"Iya mbak, sama-sama. Oh iya nama mbak siapa? Aku Adinda panggil saja Dinda, dan ini suamiku –Rico." Meraka memperkenalkan diri pada Andini.
"Saya Andini, Mbak.” Andini memperkenalkan dirinya dengan menundukkan kepalanya.
"Mbak tinggal di mana?" tanya Dinda
"Di gang yang tadi saat aku terserempet mobil milik mbak," jawabnya
"Kenapa tadi lari-lari begitu?" tanya Rico dengan menatap tajam Andini.
"Saat pulang dari kedai kopi, saya di jambret di tengah-tengah gang kecil menuju ke rumah saya, Pak. Dan, waktu saya berlari, terus keluar dari gang, malah terserempet mobil bapak, karena saya tidak memerhatikan jalan," jelas Andini pada Rico.
Rico hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja saat Andini menjelaskan semua kronologi kejadiannya.
"Mas, ayo antarkan Andini pulang," pinta Dinda. Dan, Rico pun menuruti apa permintaan istrinya untuk mengantarkan Andini pulang ke rumahnya.
Mereka mengantarkan Andini pulang. Sesampainya di rumah Andini, mereka langsung pamit pulang, karena sudah larut malam.
^^^
Dinda dan Rico adalah sepasang suami istri yang sudah menikah lama tapi belum di kasih keturunan. Rico baru saja mengantar Dinda ke Dokter untuk Check Up. Dinda di vonis Dokter tidak bisa memiliki keturunan karena masalah dalam rahim nya. Dinda hanya bisa menerima kenyataan pahit itu dengan ikhlas.
Dia memang selalu menyuruh suaminya untuk menikah lagi. Dinda siap dimadu dengan wanita lain, itu semua karena Dinda ingin suaminya memiliki keturunan. Namun, Rico selalu menolaknya, setiap kali membahas itu yang mereka dapatkan hanyalah sebuah pertengkaran. Dinda tak gentar mendesak Rico untuk menikah lagi karena penyakitnya semakin parah.
"Wanita itu sepertinya baik. Apa aku meminta dia yang menikah dengan Mas Rico saja? Ah, masa dia mau sih? Dan, kenapa aku tiba-tiba menginginkan dia menjadi maduku? Tapi, apa salahnya aku mencoba? Iya, kan? Aku ingin Mas Rico memiliki keturunan, meski bukan dari rahim aku. Mas Rico tidak memiliki siapa-siapa, dia anak tunggal, aku pun sama. Kedua orang tua kami sudah lama meninggal, dan keluargaku juga di luar negeri semua. Mas Rico malah tidak ada keluarga dekat di sini. Kasihan, jika nanti aku tidak ada, siapa yang akan mengurusnya? Aku harus bisa membujuk Andini, semoga dia mau,” gumam Dinda.
Dinda tidak tahu, kenapa tiba-tiba dia memikirkan lagi untuk mencarikan wanita yang tepat untuk Mas Rico suaminya setelah melihat Andini. Mungkin, karena dia ingin sekali suaminya memiliki keturuna, meski bukan dari rahimnya. Dinda berpikir kalau Andini adalah wanita yang cocok untuk Rico.
"Sayang memikirkan apa, sih? Dari tadi malah diam, dan kadang senyum-senyum sendiri,” ucap Rico.
“Mas, boleh aku meminta sesuatu?” tanya Dinda.
“Minta apa? Aku akan menurutinya, asal jangan meminta aku untuk menikah lagi, karena aku tidak akan setuju ide konyol mu itu, Sayang," ucap Rico sambil membelai pipi Dinda dengan lembut.
"Huh ... sudah kuduga!" tukas Dinda.
"Entahlah, tapi aku tetap menginginkannya, dan kamu harus mau. Aku sudah menemukan orangnya yang tepat mas,” ucap Dinda.
"Aku tidak mau!" tukas Rico dengan kesal.
"Mas, kamu harus punya keturunan walaupun bukan dari rahimku, kita tidak punya siapa siapa mas, siapa nanti yang kelak meneruskan perusahaan kita," ucap Dinda.
“Sayang. pasti aku akan cari orang kepercayaan, untuk meneruskan perusahaan kita," ucapnya dengan lembut dan mengusap kepala Dinda.
"Tidak, Mas, kamu harus menikah lagi, aku ingin kamu memiliki keturunan, walau bukan dari rahimku!" tegas Dinda.
Rico tetap bersih keras menolak permintaan Dinda. Padahal Dinda melakukan ini hanya untuk Rico, supaya kelak akan ada penerus untuk membesarkan perusahaannya yang sudah susah payah ia bangun dengan Rico dari nol.
Dinda bertengkar lagi dengan Rico gara-gara permintaan Dinda yang ingin Rico menikah lagi. Dinda terus memaksa Rico untuk menikah lagi dengan wanita lain. Tapi, Rico terus menolak dan marah pada Dinda yang terus membahasnya.
"Aku tidak mau, Dinda! Tolong hentikan membahas ini!" bentak Rico.
Dinda hanya terdiam tak menghiraukan suaminya yang sudah semakin marah karena dia tetap ingin suamiya menikah lagi demi keturunan.
"Aku ingin kamu menikah dengan Andini, Mas. Dia sepertinya wanita yang, pasti dia akan memberi keturunan yang baik pula untuk kamu. Rahimku bermasalah, Mas, dan harus diangkat,” gumam Dinda.
Rico melihat mata Dinda yang sudah berkaca-kaca karena tadi dia membentaknya. Rico menepikan mobilnya, dan mencoba menenangkan Dinda yang air matanya berangsur turun membasahi pipnya.
"Sayang, maafkan aku, bukan maksudku membentakmu. Sudah jangan memikirkan ucapan dokter tadi. Kamu tidak boleh terlalu banyak pikiran. Jangan seperti ini, Sayang. Apa pun keadaan kamu, aku tidak akan pernah menikah lagi." Rico memeluk Dinda yang menangis, dia mencoba menenangkan hati Dinda.
"Mas, aku mohon, kabulkan permintaanku, kalau mas benar-benar mencintaiku,” ucap Dinda.
"Itu akan menyakitimu sayang, kalau aku harus menikah lagi. Please jangan paksa aku." Rico memohon pada Dinda, agar dia tidak melakukan ide konyolnya yang menyuruh Rico untuk menikah lagi.
"Tidak mas, aku siap, dan aku ikhlas." Dinda menegaskan kembali agar Rico mau menikah dengan wanita pilihannya.
Rico mengembuskan napasnya dengan kasar. Dia tidak mengerti, kenapa Dinda masih terus membahas soal itu. Rico tidak bisa menerima permintaan Dinda untuk menikah lagi, karena itu akan menyakiti hati Dinda sendiri.
“Dinda hati kamu terbuat dari apa? Bagaimana mungkin aku menikahi wanita lagi selain kamu, aku tidak mau, aku sangat mencintaimu. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah mau, Dinda. Itu akan menyakitimu,” gumam Rico.
“Sayang sudah, ya? Jangan bahas ini lahi, sekarang kamu fokus dengan kesehatan kamu, kamu pasti sembuh,” ucap Rico.
“Mas, aku mohon, menikahlah dengan wanita pilihanku,” ucap Dinda.
“Siapa wanita yang mau menjadi istri kedua, Dinda? Semua wanita di dunia ini tidak ingin dimadu atau menjadi madu, yang ada hanya seorang wanita yang tamak, ingin dengan hartanya saja, aku tidak mau memiliki anak dari wanita seperti itu!” tegas Rico.
“Aku yakin, dia tidak seperti itu, Mas,” ucap Dinda.
Rico semakin tidak mengerti apa yang ada di pikiran istrinya. Berulang kali ia menolaknya, berulang kali pula Dinda terus mendesaknya untuk menikah lagi.
^^^
Keesokan harinya, Dinda diam-diam menemui Andini di rumahnya dan membicarakan permintaannya pada Andini untuk menikah dengan suaminya. Dinda akan menjamin kehidupan Andini sebagai gantinya karena dia sudah mau menjadi rahim penggantinya. Apalagi dia sudah tahu kalau Andini sedang terlilit utang banyak, karena tadi dia melihat beberapa rentenir datang menagih utang pada Andini. Namun, Andini tetap pada pendiriannya, dia tidak mau menjadi istri kedua Rico, yang hanya disewa rahimnya saja.
"Aku memang membutuhkan uang, tapi tidak harus menikah dengan suami orang, apalagi hanya sebatas Rahim Pengganti saja," ucap Andini dalam hati.
"Mbak, maaf. Aku tidak bisa dan tidak sanggup untuk menikah dengan suami mbak. Bagaimana kaluarga Mbak Dinda dan keluarga Pak Rico kalau aku menikah dengan Pak Rico?" ucap Andini.
"Andini, aku mohon, apa yang kamu inginkan akan aku berikan, Andin. Asal kamu mau menikah dengan suamiku dan memberikan kami keturunan," pinta Dinda dengan memelas.
"Mbak, Pak Rico sangat mencintai Mbak Dinda, tidak mungkin Pak Rico mau menikah denganku," ucap Andini.
"Akan aku bujuk dia Andini, pasti Mas Rico mau." Dinda terus membujuk Andini, supaya mau menikah dengan suaminya.
"Mbak aku tidak mau, lebih baik Mbak Dinda mencari wanita lain saja, jangan aku. Aku memang membutuhkan uang untuk melunasi utang orang tua angkatku, tapi tidak begini caranya, Mbak? Aku juga masih bisa bekerja!" Andini terus menolaknya dengan tegas.
"Tidak Andin, aku hanya ingin kamu yang menikah dengan Mas Rico, kamu wanita yang pas, yang aku pilih sesuai hatiku. Please Andini ... aku butuh kamu." Dinda terus memohan pada Andini hingga berlutit di depan Andini.
“Mbak Dinda, jangan seperti ini. Aku tidak bisa, Mbak. Aku tidak mau menyakiti hati mbak,” ucap Andini.
"Tolong pikirkan lagi, Andini. Aku kasih waktu hingga besok pagi, besok aku kesini dengan suamiku. Aku pamit pulang Andin." Dinda memeluk Andini dan pamit pulang ke rumahnya.
Andini tidak tahu harus bagaimana, menolak permintaan Dinda, atau mengabulkan permintaan Dinda, dia tidak ingin merusak rumah tangga orang dengan menjadi madu. Dia memang membutuhkan uang, tapi dia tidak mau dengan cara seperti itu.
“Ya Allah, aku harus bagaimana? Kenapa harus ada kejadian semalam, yang membuat aku dipertemukan Mbak Dinda dan Pak Rico? Kenapa hidupku menjadi seperti ini?” gumam Andini dengan mengusap kasar wajahnya, dan duduk di kursi kayu yang ada di ruang tamu.
^^^
Dinda terlihat sedang menyiapkan makan malam. Rico masih berada di dalam kamarnya, karena dia baru saja pulang dari kantor. Malam ini, Dinda akan mencoba membahas lagi soal keinginan hatinya, agar suaminya menikah lagi dengan Andini.
Rico terlihat keluar dari kamarnya. Dia langsung menuju ke meja makan untuk makan malam bersama istrinya.
"Malam, sayang," ucap Rico sambil memeluk Dinda dari belakang.
"Malam, Mas. Ayo makan dulu, Mas. ini sudah aku sudah aku ambilkan nasinya.”
^^
Setelah selesai makan malam. Dinda mengupaskan Apel untuk Rico. Wajah Dinda malam ini memang terlihat sangat ceria sekali seusai menemui Andini tadi siang. Rico yang melihatnya akhirnya dia bertanya pada Dinda, karena malam ini dia terlihat sangat ceria dan bahagia.
"Sayang tumben kamu kelihatan bahagia malam ini?" tanya Rico sambil menatap wajah Dinda.
"Masa sih? Oh iya sayang bagaimana kamu mau kan soal yang aku bicarakan kemarin?" tanya Dinda.
"Maksudmu?" jawab Rico bingung.
"Menikah lagi." Dinda berkata dengan santainya yang membuat Rico membulatkan matanya di depan Dinda.
“Tidak! Aku tidak mau, Dinda!” tegas Rico.
"Mas, aku mohon, mas mau, ya? Aku yakin, wanita itu wanita yang baik. Setelah nanti dia melahirkan anak mas, dia janji akan langsung pergi. Aku hanya menyewa rahimnya saja, Mas," jelas Dinda sambil memberikan sepotong Apel untuk Rico.
"Sekali tidak, ya tidak, Dinda!" tolak Rico dengan tegas.
"Aku ikhlas mas," ucap Dinda.
"Siapa wanita itu?" tanya Rico.
"Andini, Mas. Wanita yang kita tolong kemarin malam. Aku sudah menyelidiki kehidupannya, dia masih gadis, umurnya masih muda, 7 tahun lebih muda dari aku dan kamu, Mas. Dia hidup sebatangkara dan dia cuma punya kedai kopi di pinggir jalan, tepatnya di emperan trotoar dekat dengan gang yang akan masuk ke rumahnya. Dia punya utang banyak sekali, Aku sudah bicara dengannya kalau dia mau menikah dengan mas aku akan berikan dia kehidupan yang layak dan melunasi semua utangnya. Lalu setelah melahirkan anak kamu, dia akan pergi. Dan, besok kita kesana mas," jelas Dinda.
"Terserah!" tukas Rico kesal.
"Please ... mau ya, Mas? kita masih tetap sama-sama, Mas, aku hanya ingin kamu punya keturunan." Dinda memohon pada Rico.
"Aku mau tapi menikah sirri saya ya, Sayang," pinta Rico.
"Harus sah sesuai agama dan negara, Mas. Aku mengizinkannya, mas. Kalau sirri bagaimana nasib anakmu kalau nanti lahir perempuan?"ucap Dinda.
"Terserah kamu!" Rico meninggalkan Dinda dan masuk ke kamarnya dengan kesal.
Rico duduk di tepi ranjangnya. Dia tidak mengerti, kenapa Dinda bisa yakin kalau Andini wanita baik-baik. Rico juga tidak tahu, dia harus mengabulkan permintaan Dinda, atau menolaknya.
"Aku harus bagaimana? Istriku meminta aku menikah lagi. Aku tau, itu akan sangat menyakitinya dan aku tidak mau menyakiti Dinda," gumam Rico.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Diana Susanti
nyimak
2023-03-04
0
𝚁⃟• ꂵ꒤ꇙꋊ꒐꒐ ✨ꃅꀤꍏ꓄ꀎꌗ✖️
bolak balik cari bacaan akhirnya balik lg ke karya ini udh jd candu ternyata 🤭😂
2022-12-15
1
sisila
baca pelan" dulu ya thor
2022-01-08
1