Bab 16

Dinda merasa kesepian sejak Andini meninggalkan rumahnya. Satu bulan telah berlalu, namun Dinda merasakan satu bulan seperti satu tahun tidak ada Andini di rumahnya. Beruntung Arsyad tidak rewel saat ditinggal Andini. Dia mau minum susu formula setelah stok ASI Andini habis. Dinda duduk di sofa yang berada di ruang tengah setelah menidurkan Arsyad. Dia menunggu Bi Ana membuatkan teh untuknya sambil berbalas pesan dengan suaminya.

“Sepi sekali tidak ada kamu, Ndin? Biasanya kalau jam segini, Arsyad sedang tidur, dan Mas Rico masih di kantor, kita ngobrol di sini, atau menyiapkan menu untuk makan siang dan makan malam bersama. Aku kangen kamu, Ndin. Ingin aku ke rumah kamu, tapi keadaanku tidak bisa keluar jauh-jauh dari rumah. Dan, belum tentu juga Mas Rico mau mengantarkan. Kamu di sana baik-baik kan, Ndin?” gumam Dinda.

Bi Ana menaruh teh yang ia buatkan untuk Dinda dengan membawakan cemilan untuk Dinda. Meski selera makannya semakin hari semakin buruk, Dinda tetap saja berusaha makan agar ada tenaga di tubuhnya.

"Bu, ini tehnya." Bi Ana menaruh teh untuk Dinda di meja

"Terima kasih, Bi. Sepi sekali ya, Bi? Baru juga satu bulan Andini pergi, rasanya aku kesepian sekali. Dari pertama sih aku merasa kesepian. Lama-kelamaan bukannya tambah bisa lupa dan tidak merasa sepi, ternyata aku semakin kesepian tidak ada Andini. Katanya kalau sudah terbiasa nantinya bisa lupa, tapi kenapa aku tidak bisa ya, Bi?” ucap Dinda.

“Sama, Bu.  Bibi juga ngerasa kesepian tidak ada Mbak Andini. Biasanya jam segini kita bertiga sedang bercanda di dapur, metikin sayuran, bikin kue. Tapi, sekarang tidak bisa lagi. Bibi juga kangen sekali sama Mbak Andin,” jawab Bi Ana dengan membayangkan kenangan bersama Andini.

“Mau bagaimana lagi, Bi? Andini mintanya seperti ini. Keputusan dia sudah bulat untuk pergi dari sini, meski aku memohon dan meminta Andini untuk tetap di sini. Tapi, aku yakin, suatu hari nanti Andini pasti kembali ke sini, Bi. Kita bisa sama-sama lagi, bercerita sambil bercanda bersama,” ucap Dinda.

“Iya, Bu, bibi juga berharap Mbak Andini mau kembali ke sini. Ya sudah, Bu, saya pamit ke belakang lagi, masih banyak pekerjaan,” pamit Bi Ana.

"Iya bi."

Sekarang kembali lagi seperti dulu, Dinda hanya dengan  Bi Ana saat Rico sedang bekerja. Meski ada Arsyad, tapi Dinda masih sangat kesepian tanpa Andini di rumahnya.

“Aku kira, setelah aku memiliki Arsyad, aku tidak kesepian seperti ini, Ndin. Aku kesepian sekali tidak ada kamu, Ndin. Biasanya kita bercanda bersama dengan Arsyad, sekarang semua ini hanya bayangan saja. Terima kasih untuk waktu yang sesingkat ini, Ndin. Terima kasih untuk semuanya,” gumam Dinda.

^^^

Rico baru saja pulang dari kantor. Sudah satu bulan Rico hanya di sambut Dinda saja sepulang kerja, selama satu tahun dia di sambut oleh kedua istrinya yang cantik. Sejak Andini pergi, Rico pun sebenarnya merasa kesepian, tapi dia hanya diam memendam sepinya sendiri.

“Sudah satu bulan kamu pergi dari rumah ini, Ndin. Dan, sebulan lamanya aku tidak pernah tahu kabar kamu, karena memang aku tidak ingin tahu soal kamu lagi. Aku akui, aku merasa sepi, merasa berbeda tidak ada kamu selama satu bulan ini. Aku harap kamu bisa menemukan bahagia di luar sana, di kehidupanmu yang baru,” gumam Rico.

Rico keluar dari kamarnya, dia menemui Dinda yang sedang berada di teras rumah dengan memangku Arsyad.

“Anak papa ... enggak rewel kan hari ini?”

“Enggak dong, Pa ... kan Arsyad anak pintar.”

“Kamu jangan kecapaian, Sayang? Kalau ada apa-apa biar Bi Ana yang mengerjakan.”

“Iya, Mas, aku gak kecapaian kok. Paling kan kek gini tiap hari,” jawab Dinda.

“Itu kopinya diminum dulu, Mas. Tadi Bi Ana yang buatkan,” ucap Dinda menyuruh Rico meminum kopinya.

“Oke, aku minum dulu.” Rico mengambil cangkir yang berisi kopi hitam. Mencium aroma wangi kopinya, dan menyesapnya.

Selama satu bulan Rico kembali meminum kopi buatan Bi Ana. Selama ada Andini, Andini lah yang selalu membuatkan kopi untuknya, bahkan Rico merasa, tidak ada kopi seenak buatan Andini.

“Kenapa aku selalu ingat Andini saat aku minum kopi? Memang sih, tidak ada kopi yang seenak buatan Andini. Takaran kopi dan gulanya sangat pas, dan cocok sekali di lidahku. Ah, aku jadi merindukan Andini. Rindu bukan berarti cinta, kan?” gumam Rico dengan mengulas senyuman dengan pandangan kosong ke depan.

Dinda tahu, Rico selalu memikirkan Andini saat dia sedang menikmati kopi. Dinda pun tahu, Rico memang lebih suka kopi buatan Andini. Dinda sama sekali tidak cemburu, karena bagaimana pun Andini juga masih istri dari suaminya.

"Mas kok melamun?"

"Siapa yang melamun?"

"Mas aku tahu, kamu kangen sama Andini, kan? Sama aku juga iya. Satu bulan lamanya, bukannya aku semakin lupa dengan Andini, malah aku semakin kengen sama Andini. Rasanya aku ingin main ke rumahnya, cerita-cerita dengan Andini lagi seperti kemarin saat dia masih di sini, Mas.”

“Ya, memang keberadaan Andini di sini ‘kan sangat berarti untuk kita, Sayang. Jadi ya kita susah untuk lupa. Kamu cemburu kalau aku ingat Andini?”

“Enggak? Kenapa cemburu, dia masih istri kamu, Mas. Malah aku ingin main ke rumah Andini. Kapan-kapan kita ke sana ya, Mas?” pinta Dinda.

“Kalau kamu sehat, kita ke sana. Kamu kan akhir-akhir ini sedang tidak vit, Sayang. Sabar, ya? Nanti ketemu Andini kok.”

“Ya sudah, kapan-kapan saja kita ke sana, Mas.”

“Aku tahu, kamu tidak ingin bertemu Andini lagi, Mas. Aku tahu kamu takut aku membawa Andini ke sini lagi. Mungkin karena kamu tidak bisa adil dengan adanya dua istri dalam rumah ini. Aku paham itu,” gumam Dinda.

“Bukan aku tidak mau mengajak kamu ke sana, Din, aku hanya tidak ingin Andini semakin memiliki perasaan lebih terhadapku, yang nantinya akan menyakiti Andini sendiri. Karena, aku selamanya tidak bisa menicntainya. Aku hanya mencintaimu, Dinda,” gumam Rico.

^^^^

Sudah hampir empat bulan Andini meninggalkan rumah Rico. Empat bulan bukan waktu yang sangat singkat bagi Andini untuk menjalani hidupnya setelah melahirkan Arsyad dan meninggalkan Arsyad bersama Dinda dan Rico. Empat bulan lamanya Andini harus menyimpan rindunya pada putranya. Ingin rasanya dia datang menemui Arsyad, tapi dia tidak ingin mengusik ketenangan rumah tangga Rico dan Dinda lagi. Terlebih Andini tahu, kalau Dinda pasti akan terus meminta dirinya untuk kembali hidup bersama di rumahnya.

“Maafkan ibu ya, Syad? Ibu tidak pernah menjenguk kamu di rumah mama dan papamu. Ibu sangat merindukan kamu, Nak. Ibu janji, nanti ibu akan ke sana, menemui kamu, kalau ibu sudah menemukan waktu yang tepat,” gumam Andini.

Andini sekarang memiliki Cafe. Uang sisa tabungannya ia sisihkan untuk membeli sebuah ruko kecil untuk membuka Cafe. Dia melakukan itu karena dia tidak ingin berdiam diri di dalam rumah dengan merindukan Arsyad. Sudah dua bulan Andini membuka Cafe, dan Cafenya semakin hari semakin bertambah pengunjungnya.

Malam ini Cafe milik Andini sangat ramai pengujung, jadi dia pulang agak malam. Lelah, itu yang Andini rasakan, tapi lelahnya seketika sirna saat melihat potret putranya di ponselnya.

“Lelahnya ibu hilang, Syad, kalau ibu sudah lihat foto kamu. Kamu sehat-sehat di sana dengan mama dan papa. Insya Allah minggu depan ibu akan menemui kamu, Nak. Ibu sayang sama kamu,” gumam Andini.

Terpopuler

Comments

Febriyantari Dwi

Febriyantari Dwi

Wanita2 berhati mulia ...Dinda dan Andini
hati seluas samodra...👍💗👍💗👍💗

2021-05-17

2

Nur Lizza

Nur Lizza

selalu merindukan

2021-03-10

1

Lovesekebon

Lovesekebon

aqu sampe engap..😔

2021-03-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 The Best Brother Bab 1
73 Pemberitahuan
74 Bab 74
75 Bab 75 (Bonus Chapter)
76 Bab 76 (Bonus Chapter 2)
77 Bab 77 (Bonus Chapter 3)
78 Bab 78 (Bonus Chapter 4)
79 Bab 79 ( Bonus Chapter 5 )
80 Bab 80 (Bonus Chapter 6)
81 Bab 81 ( Bonus Chapter 7 )
82 Bab 82 (Bonus Chapter 8)
83 Bab 84 (Bonus Chapter 9)
84 Bab 85 (Bonus Chapter 10)
85 Bab 86 (Bonus Chapter 11)
86 Bab 87 (Bonus Chapter 12)
87 Bab 88 (Bonus Chapter 13)
88 Bab 89 (Bonus Chapter 14)
89 Bab 90 (Bonus Chapter 15)
90 Bab 91 (Bonus Chapter 16)
91 Bab 92 (Bonus Chapter 17)
92 Bab 93 (Bonus Chapter 18)
93 Bab 94 (Bonus Chapter 19)
94 Bab 95 (Bonus Chapter 20)
95 Bab 96 (Bonus Chapter 21)
96 Bab 97 (Bonus Chapter 22)
97 Bab 98 (Bonus Chapter 23)
98 Bab 99 (Bonus Chapter 24)
99 Bab 100 (Bonus Chapter 25)
100 Bab 101 (Bonus Chapter 26)
101 Bab 102 (Bonus Chapter 27)
102 Bab 103 (Bonus Chapter 28)
103 Bab 104 (Bonus Cahpter 29)
104 Bab 105 (Bonus Chapter 30)
105 Bab 106 (Bonus Chapter 31)
106 Bab 107 (Bonus Chapter 32)
107 Bab 108 (Bonus Chapter 33)
108 Bab 109 ( Bonus Chapter 34)
109 Bab 110 (Bonus Chapter 35)
110 Bab 111 (Bonus Chapter 36)
111 Bab 112 (Pengumuman dan Visual)
112 Bab 113 (Bonus Chapter 37)
113 Bab 114 (Bonus Chapter 38)
114 Bab 115 (Bonus Chapter 39)
115 Bab 116 (Bonus Chapter 40)
116 Bab 117 (Bonus Chapter 41)
117 Bab 118 (Pengumuman)
118 Bab 119 (Bonus Chapter 42)
Episodes

Updated 118 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
The Best Brother Bab 1
73
Pemberitahuan
74
Bab 74
75
Bab 75 (Bonus Chapter)
76
Bab 76 (Bonus Chapter 2)
77
Bab 77 (Bonus Chapter 3)
78
Bab 78 (Bonus Chapter 4)
79
Bab 79 ( Bonus Chapter 5 )
80
Bab 80 (Bonus Chapter 6)
81
Bab 81 ( Bonus Chapter 7 )
82
Bab 82 (Bonus Chapter 8)
83
Bab 84 (Bonus Chapter 9)
84
Bab 85 (Bonus Chapter 10)
85
Bab 86 (Bonus Chapter 11)
86
Bab 87 (Bonus Chapter 12)
87
Bab 88 (Bonus Chapter 13)
88
Bab 89 (Bonus Chapter 14)
89
Bab 90 (Bonus Chapter 15)
90
Bab 91 (Bonus Chapter 16)
91
Bab 92 (Bonus Chapter 17)
92
Bab 93 (Bonus Chapter 18)
93
Bab 94 (Bonus Chapter 19)
94
Bab 95 (Bonus Chapter 20)
95
Bab 96 (Bonus Chapter 21)
96
Bab 97 (Bonus Chapter 22)
97
Bab 98 (Bonus Chapter 23)
98
Bab 99 (Bonus Chapter 24)
99
Bab 100 (Bonus Chapter 25)
100
Bab 101 (Bonus Chapter 26)
101
Bab 102 (Bonus Chapter 27)
102
Bab 103 (Bonus Chapter 28)
103
Bab 104 (Bonus Cahpter 29)
104
Bab 105 (Bonus Chapter 30)
105
Bab 106 (Bonus Chapter 31)
106
Bab 107 (Bonus Chapter 32)
107
Bab 108 (Bonus Chapter 33)
108
Bab 109 ( Bonus Chapter 34)
109
Bab 110 (Bonus Chapter 35)
110
Bab 111 (Bonus Chapter 36)
111
Bab 112 (Pengumuman dan Visual)
112
Bab 113 (Bonus Chapter 37)
113
Bab 114 (Bonus Chapter 38)
114
Bab 115 (Bonus Chapter 39)
115
Bab 116 (Bonus Chapter 40)
116
Bab 117 (Bonus Chapter 41)
117
Bab 118 (Pengumuman)
118
Bab 119 (Bonus Chapter 42)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!