Bab 7

Ini adalah kabar bahagia untuk Dinda. Dinda tidak menyangka, di usia pernikahan Andini dan Rico yang memasuki bulan ketiga, Allah memberikan hadiah terindah untuk Andini dan Rico. Andini sekarang sedang mengandung. Kandungan Andini sudah berusia delapan minggu. Itu artinya Andini sudah hamil dua bulan.

Andini tidak menyangka, dia akan hamil secepat ini. Ada rasa bahagia dalam diri Andini saat melihat Dinda yang begitu bahagianya mendengar kehamilannya. Dinda juga selalu menjaga Andini dengan ketat, mengatur pola makan Andini, mengatur jadwal istirahat Andini, dan tidak memperbolehkan Andini mengurus dapur seperti biasanya yang sering ia lakukan, yaitu membantu Bi Ana di dapur.

Namun, ada perasaan sedih saat melihat Rico yang sepertinya belum bisa menerima keadaan kalau Andini sedang hamil darah dagingnya. Rico selalu bersikap acuh dengan Andini, cuek, dan tidak pernah menanyakan bagaimana kandungannya, sehat atau tidak, mual atau tidak, atau seperti para suami yang lain, ketika istrinya hamil. Bahkan mengantar Andini ke Dokter pun Rico kadang harus dengan paksaan Dinda.

Dinda kadang yang tidak enak hati dengan Andini. Harusnya saat Andini hamil muda seperti ini, Rico seharusnya tambah perhatian dengan Andini, tapi dia malah cuek.

“Andin, aku buatkan kamu salad buah, coba cicipi, ini enak sekali.” Dinda menghampiri Andini yang sedang berada di ruang tengah dan sedang menonton TV. Dinda terlihat membawakan satu cup berisi salad buah untuk Andini.

Dinda duduk di sebelah Andini, dia membukakan cupnya, lalu menyendokkan salad buahnya dan menyuapi Andini.

“Bagaimana? Enak?” tanya Dinda.

“Ini enak sekali, Mbak. Tapi, Mbak Dinda jangan capek-capek buat salad lagi. Mbak Dinda harus banyak istirahat. Biar cepat sehat,” ucap Andini.

“Mbak sehat, kok. Apalagi saat mendengar kamu hamil, Ndin, mbak senang sekali, akhirnya Mas Rico akan memiliki keturunan, jadi kalau aku enggak ada, setidaknya ada kamu dan anaknya kelak,” ucap Dinda.

“Mbak Dinda ini bicara apa? Jangan bicara seperti itu, Mbak. Pamali. Mbak Dinda harus sehat, sampai anak kita besar, dan menjadi orang sukses,” ucap Andini.

“Dan, kita bisa urus anak kita bertiga,” imbuh Dinda.

“Mbak, bukannya di surat perjanjian setelah tiga bulan anakku lahir, aku harus memberikan pada Mbak Dinda. Maaf, aku jalankan sesuai perjanjian saja,” ucap Andini.

“Sebenarnya, mbak ingin kamu tidak usah pergi, tetap di sini, dan menjadi istri Mas Rico.”

“Maaf, Mbak. Aku tidak bisa. Sekali lagi, maaf, karena aku akan menjalankan tugasku sesuai apa yang ada di isi surat perjanjian.”

“Ya, itu terserah kamu, tapi aku harap kamu pikirkan lagi soal permintaanku ini, Ndin.”

Andini tidak bisa berkata apa-apa lagi. Permintaan Dinda seakan harus ia turuti. Apalagi saat melihat mimik wajah Dinda yang sangat berharap Andini memnuhi permintaannya.

“Jujur, tidak ada seorang ibu yang ingin jauh dari anaknya. Tidak ada seorang ibu, yang merelakan anaknya diasuh oleh ibu lain. Dan, tidak ada seorang ibu yang membiarkan anaknya memanggil ibu kepada wanita lain selain ibunya. Aku memang tidak rela, tidak bisa merelakan. Tapi, yang namanya perjanjian adalah perjanjian. Janji sama dengan utang, dan aku harus menutup utangku dengan memberikan anakku pada Mbak Dinda dan Mas Rico sesuai isi perjanjian. Tidak mungkin juga, Mas Rico mau menerima dan mengabulkan permintaan Mbak Dinda tadi. Itu tidak akan mungkin. Aku hamil pun Mas Rico sama sekali tidak peduli, dia acuh dan cuek denganku,” gumam Andin.

Dinda menyuapi Andin salad buah sampai habis. Rico yang baru saja pulang dari kantor, melihat dari kejauhan dua istrinya sedang duduk dengan bercanda, dan sesekali Dinda dan Andini bergantian menyuapi salad buah. Rico tidak menyangka kedua istrinya akan rukun dan saling menyayangi seperti itu.

“Dinda, aku tahu, kamu sangat sakit menjalani semua ini. Apalagi saat kamu tahu Andini mengandung anakku. Meski itu permintaan kamu, tapi aku yakin kamu sakit menjalani semua ini. Kamu memang wanita yang hebat, Dinda. Dan, untuk kamu Andini, aku tahu, kamu pun sama sakitnya. Kamu hanya menjadi rahim sewaan istriku, tapi kamu selalu bersabar dengan sikap acuhku, dan kadang aku pun sering berbicara dengan kata yang menyakitkan. Maaf, itu semua karena aku tidak mau menyakiti Dinda, dan aku tidak mau dengan adanya kamu, Dinda merasa terkucilkan,” gumam Rico.

Rico mendekati kedua istrinya yang sedang duduk di sofa yang berada di ruang tengah. Mereka sedang sibuk mengobrol, dan sesekali diselipi dengan tawa kecil mereka.

“Sayang ....” Rico langsung duduk di sebelah Dinda, lalu memeluk dan menciumi wajahnya.

“Sudah pulang? Baru jam dua kok sudah pulang?” tanya Dinda.

“Aku kangen kamu, makanya aku ingin cepat-cepat pulang,” jawabnya dengan kembali mencium pipi Dinda.

Andini hanya melihat dengan dada yang sedikit sesak. Andini merasa kehadirannya hanya menjadi duri dalam rumah tangga mereka. Padahal Andini juga istrinya dan sedang mengandung anaknya Rico, tapi sedikit pun Rico tidak menyapa Andini, malah Rico bergelayut manja pada Dinda.

“Mbak, ini sudah habis, kan? Aku bawa ke belakang, ya? Sekalian aku mau ambil air putih,” ucap Andini. Dia hanya ingin menghindari Rico dan Dinda yang sedang bermesraan, karena dirinya risih sekaligus agak sesak dadanya melihat Rico yang selalu mengabaikan dirinya, padahal dia masih mengandung anaknya.

“Oh, iya, Ndin,” jawab Dinda setengah tidak enak hati pada Andini.

“Kamu ada Andini juga, malah nyapannya cuma aku! Jangan gitu, Mas, dia juga istrimu, apalagi dia masih mengandung anakmu,” tutur Dinda.

“Biarlah, aku memang kangen kamu kok. Lagian semalam aku kan tidur di kamarnya, nanti malam juga,” jawab Rico.

“Terserah lah, Mas! Jangan jadi suami yang pilih kasih, kamu punya istri dua, Mas,” ucap Dinda.

“Kamu yang minta, kan?” ujar Rico.

Dinda hanya membuang napasnya dengan kasar. Dia tidak mau terlalu lama berdebat dengan suaminya itu. Percuma saja, Rico memang keras kepala, jadi dia tidak mau melanjutkan perdebatannya, karena pasti akan menjadikan selisih kata di antara mereka.

^^^

Begitu bahagiannya Andini, bisa melewati hari-hari membahagiakan selama kehamilannya. Hari ini, usia kandungannya sudah memasuki bulan ketujuh. Andini tidak menyangka, dia bisa melewati semua cobaan dalam hidupnya seperti saat ini dengan lapang dada. Rico memang masih sangat cuek dengan Andini, hingga sekarang pun Rico masih acuh dengannya, jarang mengajak bicara Andini, meski sedang berada dalam satu kamar. Jangankan mengajak bicara, menyapa pun enggan.

Kebahagiaan juga dirasakan oleh Dinda. Apalagi melihtat perut Andini semakin hari semakin membuncit. Dia juga seriang mengajak mengobrol calon anaknya yang masih berada di dalam perut Andini.

Malam hari seusai makan malam, seperti biasa mereka berkumpul di ruang tengah sambil mengobrol sebelum jam tidur datang. Dari tadi Dinda mengusap perut Andini yang sudah terlihat membuncit.

“Mas, coba pegang, anak kita nendang-nendang, Mas,” ucap Dinda dengan menarik tangan suaminya dan menaruhnya di atas perut Andini.

“Iya, kan, gerak-gerak?” ucap Dinda dengan bahagia.

“Hmmm ... anak yang pintar, sehat ya di perut ibumu,” ucap Rico dengan ucapan yang dingin.

Air mata Andini mencoba menerobos sudut matanya, saat  Rico berkata seperti itu. Andini hanya ingin Rico sedikit perhatian dengan dirinya, dan berkata sedikit lembut, meski tidak berkata manis. Toh itu semua buat anaknya, bukan untuk dirinya.

"Mas, besok ‘kan jadwal Andini check-up. Besok sore kamu antar Andini ke Dokter, ya? Sekali-kali lah, masa sampai Andini hamil tujuh bulan tetap diantar sopir dan aku saja?” pinta Dinda.

“Kenapa harus aku? Aku capek pulang kerja, Sayang. Sama sopir juga bisa, kan? Paling Check-up saja, kan? Di sana juga pasti banyak ibu hamil yang check-up tanpa suaminya,” jawab Rico.

"Sayang, Andini istrimu, bayi di dalam perutnya itu anakmu!” Adinida meninggikan nada bicaranya di depan Rico.

"Aku tahu itu anakku, tapi kamu yang ingin bukan aku Dinda!" sarkas Rico.

"Mas kok seperti itu? Sekali-kalilah, mas antar Andini." Dinda terus meminta suaminya supaya mengantar Andini untk check-up kandungannya.

"Sekali tidak, ya tidak, Dinda! Jangan memaksa !" tegas Rico dengan keras.

Rico benar-benar sangat marah saat Dinda memaksa dirinya untuk mengantar Andini check-up ke Dokter kandungan.

"Mba Dinda, tidak apa-apa, aku sama sopir saja, seperti tidak biasanya saja aku pergi check-up sama Pak Agus. Mbak Dinda tidak usah khawatir, aku abak baik-baik saja,” ucap Andini dengan senyuman getir.

"Kamu harus diantar Mas Rico, Ndin!" tegas Dinda.

"Sayang, kamu dengar sendiri, kan? Dia bisa pergi sendiri dengan pak Agus! Tolong jangan paksa aku, Dinda!" tegas Rico.

"Terserah!" Dinda meninggalkan Rico ke dalam kamarnya, karena dia sangat marah dengan suaminya yang terus menolak untuk mengantar Andini check-up ke Dokter kandungan.

Rico berlari menyusul Dinda ke kamarnya. Namun, sayangnya Dinda mengunci pintu kamarnya. Rico terus menggedor pintu kamar Dinda, tapi Dinda tidak mau membukakannya.

“Dinda, kamu jangan gini dong, Sayang! Kamu juga harusnya paham bagaimana keadaanku, aku tidak bisa mengantar Andini. Buka pintunya, Dinda!” Rico berteriak di depan kamar Dinda.

Andini hanya melihat saja. Dia langsung berjalan melewati Rico yang masih memanggil-manggil Dinda untuk membukakan pintu kamarnya. Rico menatap Andin dengan tatapan yang sulit diartikan, tatapannya tajam dan napasnya memburu saat melihat Andin yang lewat di depan kamarnya.

Rico menyerah, Dinda sama sekali tidak mau membukakan pintu kamarnya. Rico kembali duduk di sofa yang berada di ruang tengah. Dia terus berpikir, apa sikapnya sekarang ini sangat selah? Menolak mengantarkan istrinya check-up ke dokte.

“Bagaimana bisa aku mengantar Andini Check-up? Mana mungkin? Nanti pasti semua orang tahunya dia benar-benar istriku. Memang dia istriku yang sah, tapi aku tidak mencintainya, aku hanya ingin menunggu kelahiran anakku saja, anak yang sekarang sedang dikandung oleh Andini,” gumam Rico.

Rico beranjak dari sofa. Dia kembali ke kamar Dinda, tapi kamarnya masih terkunci. Rico memanggil Dinda untuk membukakan pintunya, tapi tetap saja Dinda tidak membukakannya. Akhirnya Rico masuk ke dalam kamar Andini. Kamarnya tidak terkunci, dia langsung masuk ke dalam dan melihat Andini  yang sedang berdiri di depan jendela kamarnya, dengan menatap luar yang sudah terlihat gelap.

"Nak, kalau kamu lahir nanti, sayangi Ibu Dinda dan Ayahmu. Ibu tahu, ayahmu tidak menginginkan kamu. Ibu sayang kamu, kamu harus kuat, kamu harus jadi orang hebat, meski nanti ibu tidak berada di samping kamu, menemani kamu hingga kamu dewasa,” ucap Andini dengan lirih dan terdengar juga isak tangisnya.

Rico mendekati Andini yang sedang mengusap perutnya. Dia juga sesekali terlihat  mengusap air matanya. Rico tiba-tiba ingin memeluk Andini. Dia memeluk Andini dari belakang dan mengusap perut Andini yang sudah membuncit.

“Mas Rico?” ucap Andini dengan lirih.

“Kamu belum tidur, Ndin. Tutup jendelanya, udara di luar sangat dingin,” ucap Rico.

Rico mencium pipi Andini, dia merasa bersalah sekali karena selama Andini mengandung dia tidak pernah memberikan pelukan hangat untuk Andini, dan perhatian pada Andini. Bahkan saat check-up pun, Rico tidak mau mengantarnya. Rico menutup jendela kamar, dan mengajak Andini untuk tidur.

“Ayo tidur,” ajak Rico. Andini hanya menganggukkan kepalanya saja.

Andini merebahkan tubuhnya di tempat tidur dengan membelakangi Rico. Rico pun sama, dia membaringkan tubuhnya di samping Andini. Andini tidak sengaja membalikkan badannya, ternyata Rico sudah berada sangat dekat di belakangnya, sehingga Andini tidak sengaja mencium bibir Rico yang ada di depannya.

“Ehm ... maaf,” ucap Andini dengan gugup.

“Tidak apa-apa. Tidurlah, jangan punggungi aku, peluk aku,” ucap Rico.

Andini memeluk erat Rico. Dia merasakan nyaman berada di dekapan suaminya. Andini sangat rindu dengan pelukan Rico yang jarang sekali ia dapatkan. Mungkin selama hamil, hanya sesekali Andini dipeluk Rico.

Entah mengapa, ada dorongan pada diri Rico untuk menyentuh Andini malam ini. Andini hanya bisa mengiyakan apa yang diminta suaminya, karena itu sudah menjadi kewajibannya, untuk melayani suaminya, dan memberikan hak Rico. Ini yang Andin rindukan, bercengkrama tubuh dengan suaminya di tengah kesunyian malam.

“Terima kasih, Ndin,” ucap Rico, setelah selesai melakukan pergumulannya.

“Iya, Mas,” jawabnya.

“Besok aku antar kamu ke Dokter, sekarang kita bersihkan badan kita, lalu tidurlah,” ucap Rico.

“Iya, ajak Mbak Dinda juga, ya?” pinta Andini.

“Itu pasti,” jawab Rico.

Terpopuler

Comments

Selita Awini

Selita Awini

udah bersikap begitu masa ngak ad rasa cinta ngehalu bangeet

2021-07-02

0

Febriyantari Dwi

Febriyantari Dwi

Baper akunya....
👍💗👍💗👍💗

2021-05-17

1

Poppy Stellany

Poppy Stellany

IH SI RICO BLG DIPAKSA TP KOK MAU BT DEDEK BAYI...

2021-05-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 The Best Brother Bab 1
73 Pemberitahuan
74 Bab 74
75 Bab 75 (Bonus Chapter)
76 Bab 76 (Bonus Chapter 2)
77 Bab 77 (Bonus Chapter 3)
78 Bab 78 (Bonus Chapter 4)
79 Bab 79 ( Bonus Chapter 5 )
80 Bab 80 (Bonus Chapter 6)
81 Bab 81 ( Bonus Chapter 7 )
82 Bab 82 (Bonus Chapter 8)
83 Bab 84 (Bonus Chapter 9)
84 Bab 85 (Bonus Chapter 10)
85 Bab 86 (Bonus Chapter 11)
86 Bab 87 (Bonus Chapter 12)
87 Bab 88 (Bonus Chapter 13)
88 Bab 89 (Bonus Chapter 14)
89 Bab 90 (Bonus Chapter 15)
90 Bab 91 (Bonus Chapter 16)
91 Bab 92 (Bonus Chapter 17)
92 Bab 93 (Bonus Chapter 18)
93 Bab 94 (Bonus Chapter 19)
94 Bab 95 (Bonus Chapter 20)
95 Bab 96 (Bonus Chapter 21)
96 Bab 97 (Bonus Chapter 22)
97 Bab 98 (Bonus Chapter 23)
98 Bab 99 (Bonus Chapter 24)
99 Bab 100 (Bonus Chapter 25)
100 Bab 101 (Bonus Chapter 26)
101 Bab 102 (Bonus Chapter 27)
102 Bab 103 (Bonus Chapter 28)
103 Bab 104 (Bonus Cahpter 29)
104 Bab 105 (Bonus Chapter 30)
105 Bab 106 (Bonus Chapter 31)
106 Bab 107 (Bonus Chapter 32)
107 Bab 108 (Bonus Chapter 33)
108 Bab 109 ( Bonus Chapter 34)
109 Bab 110 (Bonus Chapter 35)
110 Bab 111 (Bonus Chapter 36)
111 Bab 112 (Pengumuman dan Visual)
112 Bab 113 (Bonus Chapter 37)
113 Bab 114 (Bonus Chapter 38)
114 Bab 115 (Bonus Chapter 39)
115 Bab 116 (Bonus Chapter 40)
116 Bab 117 (Bonus Chapter 41)
117 Bab 118 (Pengumuman)
118 Bab 119 (Bonus Chapter 42)
Episodes

Updated 118 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
The Best Brother Bab 1
73
Pemberitahuan
74
Bab 74
75
Bab 75 (Bonus Chapter)
76
Bab 76 (Bonus Chapter 2)
77
Bab 77 (Bonus Chapter 3)
78
Bab 78 (Bonus Chapter 4)
79
Bab 79 ( Bonus Chapter 5 )
80
Bab 80 (Bonus Chapter 6)
81
Bab 81 ( Bonus Chapter 7 )
82
Bab 82 (Bonus Chapter 8)
83
Bab 84 (Bonus Chapter 9)
84
Bab 85 (Bonus Chapter 10)
85
Bab 86 (Bonus Chapter 11)
86
Bab 87 (Bonus Chapter 12)
87
Bab 88 (Bonus Chapter 13)
88
Bab 89 (Bonus Chapter 14)
89
Bab 90 (Bonus Chapter 15)
90
Bab 91 (Bonus Chapter 16)
91
Bab 92 (Bonus Chapter 17)
92
Bab 93 (Bonus Chapter 18)
93
Bab 94 (Bonus Chapter 19)
94
Bab 95 (Bonus Chapter 20)
95
Bab 96 (Bonus Chapter 21)
96
Bab 97 (Bonus Chapter 22)
97
Bab 98 (Bonus Chapter 23)
98
Bab 99 (Bonus Chapter 24)
99
Bab 100 (Bonus Chapter 25)
100
Bab 101 (Bonus Chapter 26)
101
Bab 102 (Bonus Chapter 27)
102
Bab 103 (Bonus Chapter 28)
103
Bab 104 (Bonus Cahpter 29)
104
Bab 105 (Bonus Chapter 30)
105
Bab 106 (Bonus Chapter 31)
106
Bab 107 (Bonus Chapter 32)
107
Bab 108 (Bonus Chapter 33)
108
Bab 109 ( Bonus Chapter 34)
109
Bab 110 (Bonus Chapter 35)
110
Bab 111 (Bonus Chapter 36)
111
Bab 112 (Pengumuman dan Visual)
112
Bab 113 (Bonus Chapter 37)
113
Bab 114 (Bonus Chapter 38)
114
Bab 115 (Bonus Chapter 39)
115
Bab 116 (Bonus Chapter 40)
116
Bab 117 (Bonus Chapter 41)
117
Bab 118 (Pengumuman)
118
Bab 119 (Bonus Chapter 42)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!