Kepergian Nova dan bujukan Ridwan

Keesokkan harinya terlihat Nova duduk di kamarnya dengan merapikan baju bajunya yang ia perlukan. Beberapa saat kemudian, terlihat Revan datang, setelah datang ke kamar Nova. Dia terlihat sangat terkejut dengan apa yang lakukan oleh Nova, ia menghampiri Nova dengan sangat marah dan kesal.

"Apa apaan ini, hah?" tanya Revan dengan marah kepada Nova dengan mengeluarkan beberapa pakaian yang sudah di tata oleh Nova di dalam kopernya.

"Kenapa sih Kak? Kenapa Kakak marah dan membuat baju yang sudah aku rapikan berantakan?" jawab Nova dengan baik dan sopan.

"Harusnya aku yang tanya kamu apa apaan, kenapa kamu melakukan semua ini?" ucap Revan dengan nada semakin marah. "Kenapa kamu bisa berubah drastis seperti ini? Kenapa? Beri tahu Kakak!."

"Aku melakukan ini karena balas dendam Kak, jadi Kakak jangan khawatir. Aku tidak melakukan ini karena tujuan lain, tidak!."

Jawab Nova lalu ia kembali melanjutkan kegiatannya memasukkan pakaiannya ke dalam koper.

"Tapi, jangan sampai seperti ini. Kamu itu seperti bukan Nova, kamu seperti orang lain."

Revan pun kemudian menghampiri Nova yang saat itu tengah duduk di atas kasur. Setelah itu, Revan duduk di lantai dengan memegangi kedua tangan Nova. Nova yang melihat hal itu pun hanya diam. Matanya terus memandang ke arah kakaknya yang penuh dengan kasih sayang.

"Kakak mohon sama kamu, kalau Kakak ada salah sama kamu, Kakak minta maaf. Tapi sekali lagi Kakak mohon, jangan pergi dari rumah ini. Kalau kamu pergi, siapa yang akan menemani Kakak tinggal di rumah ini."

"Kak, aku melakukan ini demi dendam kita. Aku melakukannya bukan karena aku sudah berubah atau apapun itu. Nova melakukan ini demi dendam kita, tidak lebih. Kakak jangan khawatir," jawab Nova lalu ia membangunkan kakaknya yang duduk di hadapannya dengan raut muka sedih.

Ketika Revan sudah bangun dari duduknya, Nova pun ikut bangun. Mereka berdua saling berhadap hadapan.

"Kakak adalah Kakak ku, mana mungkin aku bisa meninggalkan Kakak dan melupakan Kakak. Kakak adalah orang yang selama ini sudah membesarkan aku, Kakak adalah titisan dari orang tua ku."

"Kakak adalah penolong ku," ucap Nova dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. Beberapa saat kemudian, ia memeluk kakaknya dengan erat dan menangis di pelukan kakaknya.

Revan pun terlihat juga terbawa suasana, perlahan matanya mulai memerah dan berkaca kaca. Dia membalas pelukan Nova dengan belaian lembut dan penuh dengan kasih sayang.

Beberapa saat kemudian, Revan melepaskan pelukan itu dan memegangi kedua lengannya dengan erat namun saat itu tidak sampai menyakiti Nova.

"Kakak percaya dengan kamu," jawab Kakak Nova dengan lembut lalu ia melanjutkan memeluk Nova lagi dengan sangat erat kepada Nova.

Nova yang mendengar ucapan itu pun membalas pelukan kakaknya dengan erat dan mata yang penuh dengan air mata dan ia terlihat menangis hingga sesegukan.

Di kantor Ridwan terlihat Siska tengah duduk di kursinya dengan santai dan tidak merasa bersalah pun atas kejadian kemarin. Melihat hal itu, Ridwan pun langsung bergegas menghampiri Siska.

"Wah, Siska. Sepertinya.... Hari ini kamu sangat santai."

Melihat dan mendengar Ridwan mengatakan hal itu Siska pun langsung bangun dari duduknya dan menghampiri Ridwan.

"Apa maksud kamu bicara seperti itu?" tanya Siska dengan baik kepada Ridwan saat ia sudah berdiri di hadapan Ridwan.

"Kamu itu salah, seharusnya kamu minta maaf dan membujuk Nova untuk kembali lagi kerja di sini."

"Ridwan, ya sudahlah. Kalau memang Nova tidak ingin kerja di sini, lagian.... Kita bisa kan cari pekerja lain untuk bekerja di sini!" jawab Siska dengan santai tanpa merasa bersalah sedikitpun kepada Ridwan.

Setelah itu, Siska menghampiri Ridwan dengan seksi sambil sesekali menggoda Ridwan. Ketika ia sudah berada di dekat Ridwan, ia menatap tajam Ridwan.

"Kenapa sih? Kenapa kamu sangat khawatir dengan Nova? Siapa dia di hidup kamu? Hingga kamu sebegitu marahnya dengan aku, hanya karena aku menghina wanita itu!."

"Aku hanya tidak suka, kalau pekerja ku menghina pekerja lain," jawab Ridwan dengan nada serius dan tegas.

"Ayolah Ridwan, apa kamu lupa? Orang tua kita sudah menjodohkan kita. Lalu untuk apa? Untuk apa kamu masih terus menganggukkan aku ini sebagai seorang pekerja? Aku itu calon istri kamu," jawab Siska sambil sesekali menyentuh pipi Ridwan dengan sedikit menggoda Ridwan.

"Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah mau menikah dengan kamu. Karena aku... Aku tidak pernah mencintai kamu," jawab Ridwan dengan tegas lalu ia menjauhkan tangan Siska dari wajahnya dan meninggalkan Siska di dalam ruangnya dengan sangat marah.

Melihat hal itu, Siska yang saat itu bersikap manis di hadapan Ridwan tiba tiba ia kesal karena tindakan yang di lakukan oleh Ridwan. Siska melampiaskan kemarahannya dengan memukul meja dengan tangan kanannya.

Di tempat lain, terlihat Nova dengan membawa tas besar berisi baju baju yang ia pakai, berjalan dengan perlahan sambil melihat ke sana kemari seperti tengah mencari sesuatu.

"Dimana ya aku cari kontrakan di dekat dekat sini?" ucap Nova lalu ia melanjutkan melihat lihat perumahan yang saat itu di lewati oleh Nova.

Di saat bersamaan, mobil Ridwan melewati Nova. Pada awalnya ia tidak menyadari kalau ada Nova di tempat itu, ia mulai sadar saat dirinya membetulkan kaca yang berada di dalam mobil. Menyadari kalau wanita yang di lihatnya adalah Nova, Ridwan pun langsung bergegas menghampiri Nova.

"Nova!" panggil Ridwan hingga membuat langkah Nova terhenti. Menyadari kalau suara yang memanggilnya adalah suara Ridwan, Nova pun langsung bergegas pergi dan berusaha menghindari Ridwan. Melihat hal itu, Ridwan pun akhirnya memilih untuk mengejar Nova.

Ketika Ridwan sudah berhasil menghentikan Nova, Nova terlihat tidak berani melihat wajah Ridwan. Dia hanya menundukkan wajahnya di hadapan Ridwan.

"Apa yang Bapak inginkan dari saya?" tanya Nova dengan tidak melihat ke arah Ridwan dan tetap membiarkan tangan Ridwan memegangi tangannya.

"Nova, saya mohon sama kamu. Tolong kamu kembali kerja ke kantor saya, " jawab Ridwan dengan sedih. Mendengar ucapan itu Nova meninggikan kepalanya dan menarik tangannya dengan perlahan hingga tangan Ridwan lepas. Setelah itu, Nova berbalik dan melihat ke arah Ridwan dengan tatapan mata yang sedih dan di penuhi air mata.

"Saya sudah katakan ke Bapak. Saya tidak akan kembali bekerja ke kantor Bapak, saya mohon Bapak mengerti."

"Tapi kenapa? Kenapa kamu tidak ingin bekerja di tempat saya lagi? Apa ini karena Siska, iya?" jawab Ridwan dengan terlihat sedih. Ia kemudian memegangi kedua tangan Nova dengan lembut.

Dia menghapus air mata Nova dengan lembut, ketika air mata Nova sudah tidak menangis lagi Nova, Ridwan menatap mata Nova. Nova yang melihat hal itu, membalas tatapan mata Ridwan.

"Saya mohon dengan kamu, tolong kamu kembali kerja di tempat saya."

Melihat tatapan mata Ridwan, tatapannya seakan seperti racun yang dapat membunuh dan menghilangkan dendam di hati Nova. Nova yang melihat tatapan mata Ridwan jatuh hati dan terperangkap dalam lingkaran cinta Ridwan. Merasa dendam di hatinya mulai luluh, Nova pun menundukkan wajahnya untuk menghindari tatapan mata Ridwan.

"Tidak, aku tidak boleh jatuh cinta dengan Ridwan. Aku harus balas dendam dengan Ridwan, sampai kapan pun dendam ini harus tetap membara di dalam hati ku!" ucap Nova dalam hatinya dengan raut muka sedih dan wajah yang berpaling dari Ridwan.

"Aku mohon sama kamu," pinta Rumah Ridwan semakin menunjukkan ekspresi sedihnya.

Melihat hal itu, Nova yang saat itu sudah luluh terlihat tetap memilih untuk tidak bekerja dan bersikukuh dengan keputusannya untuk tidak Kembali bekerja dengan Ridwan.

Dia melepaskan tangan Ridwan yang memegangi tangannya dengan perlahan. Setelah tangan Ridwan lepas, Nova menatap mata Ridwan dengan air mata yang sudah kembali memenuhi mata Nova.

"Saya sudah katakan ke Bapak, saya tidak bisa lagi bekerja dengan Bapak. Saya mohon, tolong jangan paksa saya untuk bekerja di kantor Bapak lagi. Saya tidak bisa Pak, saya mohon."

Setelah mengatakan hal itu, Nova berbalik dan meninggalkan Ridwan. Di saat bersamaan, awan yang saat itu cerah tiba tiba berubah gelap dan mendung. Terdengar suara petir mulai berbunyi seakan saling bersahutan sahutan, kilat mulai menyambar dimana mana. Nova yang menyadari hal itu hanya diam, dengan sedih meninggalkan Ridwan.

Ridwan yang di tinggalkan oleh Nova, ia hanya terlihat diam dan tidak mengatakan sepatah katapun, walaupun ia tahu dan mendengar suara suara itu.

Tak berselang lama hujan pun turun membasahi Ridwan dan Nova. Di saat itu Ridwan mulai sadar dan ia tidak berdiam diri dan mematung seperti beberapa saat yang lalu.

Ia terus mengejar Nova, hingga ia mendapat Nova kembali dan membujuknya untuk masuk ke dalam mobil agar tidak kehujanan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!