"Tunggu Nova, aku mohon. Aku mohon kamu berhenti," ucap Ridwan dengan memegangi salah satu tangan Nova dengan erat agar Nova berhenti di bawah derasnya air hujan yang menguyur mereka.
Ketika Nova sudah berhenti, ia terlihat sedih dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. Entah, ia melakukan hal itu karena berpura pura atau ia benar benar sedih melakukan hal itu. Hatinya benar benar seperti sebuah rahasia yang sulit untuk di ungkapkan.
"Aku mohon sama kamu, tolong. Tolong jangan pergi aku mau berbicara sesuatu yang penting dengan kamu."
Nova yang saat itu terlihat sedih perlahan menguatkan hatinya dan ia berbalik melihat ke arah Ridwan. Dia menatap mata Ridwan dengan seakan marah dan sedih.
"Apa Pak? Apa yang Bapak ingin ucapkan?" tanya Nova dengan menatap mata Ridwan. Melihat hal itu, Ridwan pun perlahan memegangi kedua tangan Nova dengan penuh kasih sayang dan penuh kelembutan.
Suasana pun seketika berubah, kemarahan Nova seakan secara tiba tiba mereda dan kesedihan yang ia rasakan seakan berubah menjadi tatapan mata wanita yang lemah dan tak berdaya.
"Nova, selama ini aku tidak pernah melakukan hal seperti ini dengan siapapun. Maksud ku.... Selama ini aku tidak peduli dengan karyawan ku sampai seperti ini, bahkan sampai harus berbicara di bawah derasnya air hujan seperti ini. Aku tidak pernah melakukannya, hanya dengan kamu."
"Lalu kenapa? Kenapa Bapak melakukannya untuk saya? Saya bukan siapa siapa Pak, saya hanya seorang karyawan bisa. Maaf! Bukan seorang karyawan, saya hanya seorang tukang bersih-bersih. Lalu kenapa Bapak melakukan ini untuk saya? Bapak tidak pantas melakukan ini untuk saya!" jawab Nova dengan tegas sambil menatap Ridwan dan sesekali menundukkan wajahnya dengan sedih. Namun, setiap kali Ridwan melihat Nova sedih dan menundukkan kepalanya. Ridwan mengangkat kepalanya dengan perlahan agar dia tidak menunduk dan terus menatap dirinya.
Melihat mata Nova yang terus sedih, tiba tiba Ridwan memeluk Nova dengan sangat erat. Nova yang menyadari hal itu hanya diam dan tidak mengatakan sepatah katapun kepada Ridwan atas tindakan Ridwan.
"Aku tidak tahu apa yang aku rasakan ke kamu, tapi.... Aku tidak bisa kehilangan kamu!" ucap Ridwan dengan berbisik di dekat telinga Nova saat mereka saling berpelukan di bawah air hujan yang turun.
Mendengar ucapan itu, tiba tiba Nova langsung mendorong Ridwan dengan kencang hingga membuat Ridwan melangkah mundur beberapa langkah dari Nova. Nova terlihat sangat marah kepada Ridwan karena Ridwan mengatakan hal itu kepada Nova.
"Kenapa Pak? Kenapa Bapak mempermainkan hati saya?" tanya Nova dengan nada tinggi kepada Nova.
"Siapa yang mempermainkan hati kamu Nova? Aku tidak mempermainkan hati kamu!."
"Benarkah? Benarkah Bapak melakukan hal itu tidak untuk mempermainkan hati saya?. Lalu apa? Apa tujuan Bapak mengatakan hal itu?" jawab Nova dengan nada semakin meninggi sambil sesekali membersihkan air hujan yang membasahi mukanya dengan tangannya.
Mendengar ucapan itu, Ridwan pun berusaha mendekati Nova dan membujuk Nova agar ia tidak salah paham dengan apa yang di ucapkan oleh dirinya. Dia membujuk Nova untuk lebih tenang dan Ridwan akan menjelaskan kepada dirinya atas rasa cinta yang selama ini ia pendam sejak pertama kali berjumpa dengan Nova.
Ridwan terlihat berusaha mendekati Nova, namun Nova justru menolak untuk di dekati oleh Ridwan. Ia selalu menghindar dari Ridwan.
"Saya mohon Nova, tolong. Tolong, kamu dengar penjelasan saya."
Ridwan terlihat sangat sedih ketika Nova terus menghindar dari Ridwan setiap kali Ridwan melangkahkan kakinya satu langkah ke depan menghampiri Nova.
"Tidak ada penjelasan Pak, tidak ada penjelasan apapun," jawab Nova dengan sedih dan berurai air mata di bawah derasnya air hujan. "Saya mohon, saya amat sangat memohon kepada Bapak. Tolong, jangan mempermainkan hati saya."
"Saya tidak mempermainkan hati kamu!" jawab Ridwan dengan tegas lalu ia mendekati Nova dan memegangi kedua tangan Nova agar dia tidak pergi dari dirinya.
"Dengarkan aku Nova, saya tidak dengan semua ini. Saya... Saya mencintai kamu, saya mencintai kamu bahkan semenjak pertama kita berjumpa."
Mendengar ucapan itu Nova hanya diam, dengan mata yang terus memandang ke arah Ridwan di bawah derasnya air hujan yang menguyur tubuhnya. Matanya seakan berbicara tidak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh Ridwan, ia seakan merasa hanya dijadikan sebuah kelinci percobaan oleh Ridwan dan bahan untuk hinaan. Setalah selama beberapa saat diam tangannya dipegang oleh Ridwan, Nova akhirnya memilih untuk melepaskan tangannya dengan perlahan sambil mata yang terus menatap ke arah Ridwan tanpa mengedipkan mata sekali pun.
"Benarkah? Kenapa hati ku merasa kamu hanya menjadikan aku sebagai kelinci percobaan dan bahan untuk hinaan? Kenapa?" jawab Nova dengan mata terus memandang Ridwan. Melihat hal itu Ridwan pun berusaha untuk meraih kembali tangan Nova justru Nova semakin menjauhi Ridwan.
"Aku mohon kamu percaya dengan aku."
"Percaya apa? Percaya dengan ucapan Bapak, yang mengatakan.. Aku cinta dengan kamu, aku sayang dengan kamu, begitulah?" jawab Nova lalu ia berhenti beberapa saat dan terlihat memalingkan wajahnya dari Ridwan beberapa kali. Setalah itu, ia kembali mendekat kepada Ridwan dan berdiri di hadapan Ridwan dengan air mata yang terus menetes bersamaan dengan air hujan yang terus mengalir membasahi sekujur tubuhnya.
"Pak, saya itu hanya seorang office girl, mana mungkin. Mana mungkin, seorang pemilik perusahaan bisa jatuh cinta dengan saya, itu tidak akan mungkin!."
"Itu mungkin Nova. Apakah ada hukum orang kaya harus jatuh cinta dengan orang kaya? Lalu, orang kurang mampu jatuh cinta dengan orang kurang mampu, tidak kan?" ucap Ridwan dengan tegas lalu ia membalas tatapan mata Nova. Ridwan kemudian memegangi kedua tangan Nova lagi dan saat itu, Nova terlihat tidak menghindari Ridwan dan menerima tangannya di pegang oleh Ridwan.
"Cinta adalah cinta Nova. Kamu tidak perlu takut dan ragu dengan semua itu. Aku... Aku tulus mencintai kamu, bahkan jika kamu ingin aku bunuh diri di hadapan kamu untuk membuktikan cinta ku. Aku akan lakukan, dan aku akan menerimanya."
Mendengar ucapan itu Nova hanya tertunduk dengan air mata yang terus menetes. Dia terlihat sangat sedih, matanya hanya tertunduk dan ia terlihat seperti menyembunyikan rasa sedihnya di hadapan Ridwan.
Akhirnya Nova pun perlahan mulai menerima apa yang di ucapkan oleh Ridwan. Menyadari sudah menerima cintanya, Ridwan pun langsung memeluk Nova dengan erat. Nova yang menyadari hal itu hanya diam tanpa membalas pelukan itu, dia hanya terlihat masih sedih dan meneteskan air matanya.
"Aku cinta dengan kamu, aku sangat amat tulus mengatakan hal ini," ucap Ridwan dengan berbisik di hadapan telinga Nova. Nova yang mendengar kata itu keluar dari mulut Ridwan langung membuat Nova hanya terpaku.
Beberapa saat kemudian, Ridwan melepaskan pelukannya dan meminta Nova untuk masuk ke dalam mobil karena ia tahu kalau Nova tidak punya rumah untuk di tinggali. Nova yang saat itu seperti orang tidak berdaya pun akhirnya menuruti Ridwan dan masuk ke dalam mobilnya. Setalah itu di susul oleh Ridwan yang duduk di kursi kemudian. Saat berada di dalam mobil pandangan mata Nova hanya tertuju ke arah Ridwan. Ia merasa tidak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh Ridwan beberapa saat lalu. Hatinya seperti bertanya tanya atas perkataan Ridwan. Otaknya terus memikirkan ucapan Ridwan, ia merasa sudah ucapan Ridwan tulus dengan dirinya. Hati Nova sangat bingung. Di sepanjang perjalanan ia hanya terlihat melamunkan semua itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments