Beberapa saat kemudian, terlihat Nova dan Ridwan sampai di sebuah rumah besar dan mewah. Menyadari hal itu, Nova terlihat kebingungan dengan apa yang di lihatnya. Bagaimana tidak, rumah besar yang menjadi tujuan Ridwan bukan lah rumah besar milik Nova.
"Kita dimana Pak Ridwan?" tanya Nova dengan kebingungan sambil sesekali melihat ke rumah besar itu dan menatap mata Ridwan.
"Sekarang kamu turun dulu, nanti saya akan menjelaskan ke kamu kita berada di rumah siapa."
Menyadari kalau rumah itu adalah rumah dari Ridwan, Nova berpura pura tidak mengetahui dan bertanya kepada Ridwan setelah mereka berdua turun dari mobil.
"Kita berada di mana Ridwan?" tanya Nova dengan seolah olah tidak mengetahui kalau dirinya sudah berada di rumah Ridwan. Saat itu, Nova bertanya hal itu dengan sesekali melihat ke arah Ridwan.
"Ini rumah saya Nova!."
Mendengar ucapan itu, Nova terlihat sangat terkejut dengan apa yang di ucapkan oleh Ridwan. Ia merasa tidak percaya kalau Ridwan membawa dirinya pulang ke rumah.
"Kenapa Bapak membawa saya kemari? Apa tujuannya Pak?" tanya Nova lalu ia berusaha pergi dari hadapan Ridwan saat setalah mengatakan hal itu kepada Ridwan. Namun, saat itu Ridwan menghentikan Nova dengan memegangi salah satu tangan Nova. Menyadari tangannya di pegang oleh Ridwan, Nova pun langsung berhenti namun dirinya tidak berbalik melihat ke arah Ridwan.
"Aku mohon sama kamu, dengarkan aku dulu."
Mendengar ucapan itu Nova menghela nafas, ia kemudian berbalik dan melihat ke arah Ridwan. Tatapan matanya terlihat sedih dan marah, entah apa yang membuat dirinya marah dengan semua ini.
"Apa? Apa yang ingin Bapak jelaskan ke saya?" tanya Nova dengan menatap Ridwan.
"Saya ingin kamu tinggal di rumah saya Nova!."
"Untuk apa? Untuk bahan hinaan bagi keluarga Bapak, iya? Pak, saya itu hanya seorang cleaning service, saya tidak layak tinggal di rumah ini. Saya itu lebih layak tinggal di kolong
jembatan atau enggak di kos kosan kecil, tidak di tempat ini."
Mendengar ada keributan di luar rumah, wanita yang saat itu tengah duduk di dalam ruangan terlihat terbangun dari duduknya dan keluar rumah untuk memeriksa keadaan dan keributan itu. Ketika wanita paruh baya itu sudah berada di luar rumah dan membuka pintu, Nova seketika langsung berhenti marah dan diam membisu tak berkutik.
"Ada apa ini?" tanya wanita itu sambil sesekali melihat ke arah Nova dan Ridwan.
"Maaf ya Bu, saya menganggu ketenangan Ibu. Pak Ridwan lebih baik saya pergi, saya tidak bisa tinggal di sini!."
Mendengar ucapan itu Ibu Ridwan langsung menghentikan Nova dengan memegang salah satu tangan Nova dengan erat agar Nova tidak pergi karena saat itu Nova sudah berpaling dan terlihat ingin melangkahkan kakinya. Nova pun hanya diam saat tangannya di pegang oleh Ibu Ridwan.
"Kamu mau kemana?" tanya Ibu Ridwan dengan melihat ke arah Nova, saat itu Nova hanya diam dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia kemudian berbalik dan melihat ke arah Ibu Ridwan selama beberapa saat, setelah itu ia kembali menundukkan kepalanya.
"Saya mau pergi Bu, saya kira saya tidak pantas untuk di sini."
"Siapa yang mengatakan hal itu ke kamu? Ridwan tidak mengatakan hal itu dan saya pun tidak mengatakan hal itu, lalu siapa? Siapa yang mengatakan kalau kamu tidak pantas tinggal di sini?" jawab Ibu Ridwan dengan baik lalu ia mendekati Nova dan membuat Nova berdiri tegak di hadapannya.
"Tapi saya merasa, saya tidak pantas untuk berada di rumah ini. Karena...." ucap Nova namun saat itu di potong oleh Ridwan.
"Dengar Nova, jika kamu merasa kamu tidak pantas tinggal di rumah ini karena kamu seorang office girl, maka kamu bisa bekerja di rumah ini. Mungkin kamu bisa bekerja di sini menjadi seorang pembantu untuk membantu Bibi Ijah, apalagi Bibi Ijah juga sudah lanjut usia!."
Mendengar ucapan itu Nova yang saat itu tidak enak untuk tinggal di rumah Ridwan, perlahan mulai menerima dan mau tinggal di rumah Ridwan.
"Sekarang kamu sudah dengar, kalau kamu bisa tinggal di sini. Kamu bisa sambil bekerja jika tinggal di sini," ucap Ibu Ridwan dengan baik kepada Nova. Mendengar ucapan itu, Nova pun langsung mencium tangan Ibu Ridwan dan berusaha sujud namun saat itu Ibu Ridwan menghentikan Nova untuk bersujud di hadapan Ibu Ridwan.
"Kamu tidak perlu melakukan itu, dan saya lupa. Saya adalah ibunya Ridwan, nama saya Bu Rima. Kamu bisa panggil saya Bu Rima atau kamu bisa panggil saya dengan apapun yang anda mau!" ucap Bu Rima lalu ia memberi senyuman kecil di bibir dengan menatap mata Nova.
"Baik Bu," jawab Nova lalu ia di ajak oleh Ridwan dan ibunya masuk ke dalam rumah. Saat berada di dalam rumah, Nova di ajak oleh Ridwan bertemu dengan beberapa orang pekerjanya yang saat itu sedang bekerja, tak terkecuali Bibi Ijah wanita lanjut usia yang sudah bekerja lama dengan keluarga Ridwan.
"Bibi Ijah," panggil Ridwan lalu seorang wanita yang terlihat berusia sekitar 65 tahun lebih keluar dari dapur dan menghampiri Nova dan Ridwan.
"Iya Den, ada apa?" ucap Bibi Ijah dengan lembut dan baik kepada Ridwan.
"Bibi, perkenalkan namanya adalah Nova. Nanti Nova yang akan membantu Bibi memasak di dapur!."
"Non Nova, Nama saya Bibi Ijah. Saya sudah bekerja lama sekali di sini dari Den Ridwan masih belum lahir sampai sebesar ini," ucap Bibi Ijah dengan sedikit bercanda.
Mendengar ucapan itu Nova, Ridwan dan ibunya pun melemparkan senyuman. Beberapa saat kemudian, Nova mencium tangan Bibi Ijah dengan sangat lembut.
"Dan buat yang lainnya, kalian bisa kenalan nanti dengan Nova sekarang Bibi Ijah saya minta tolong untuk mengantar Nova ke kamarnya!."
"Baik Den," ucap Bibi Ijah lalu ia mengajak Nova ke kamar pembantu yang kosong. Saat Nova pergi dari Ridwan, tatapan mata Ridwan terlihat terus memandang ke arah Nova tanpa berkedip bahkan ia tersenyum senyum sendiri.
"Kamu jatuh cinta kepada Nova?" tanya Ibu Ridwan saat dirinya melihat Ridwan yang tersenyum senyum sendiri melihat Nova yang pergi dari ruangan itu.
"Apaan sih Ma, enggak lah" jawab Ridwan dengan malu malu kucing lalu ia pergi dari ruangan itu meninggalkan ibunya. Ibu Ridwan yang melihat hal itu hanya menggelengkan kepalanya dengan perlahan dan tersenyum kecil di bibirnya.
Tak berselang lama, Bibi Ijah dan Nova sampai di depan sebuah kamar. Sesampainya di depan kamar, Nova dan Bibi Ijah saling berhadapan hadapan. Saat itu, Bibi Ijah terlihat mempersilahkan Nova masuk ke dalam kamarnya namun, saat ia akan memegangi gagang pintu tiba tiba ia kembali menghampiri Bibi Ijah.
"Oh iya, benarkah Bibi sudah sangat lama bekerja di sini?" tanya Nova dengan raut muka yang menunjukkan raut muka tidak enak dan sesekali ia menundukkan kepalanya.
"Iya Non, saya sudah bekerja di sini sangat lama. Bahkan dari sebelum Den Ridwan lahir saya sudah bekerja disini!."
"Baik, " jawab Nova lalu ia tersenyum kepada Bibi Ijah dengan baik dan sopan. Setelah itu, ia masuk ke dalam kamar yang di tunjukkan oleh Bibi Ijah kepada Nova. Saat Nova sudah berada di dalam kamarnya dan merapikan pakaiannya, Bibi Ijah meninggalkan kamar Nova dan pergi ke dapur.
Di dalam kamar Nova meletakkan tasnya di lantai dekat dengan tempat tidurnya. Setelah itu, dengan raut muka yang bahagia ia langsung berbaring di atas kasur dengan melentangkan kedua tangannya dan memandang ke arah langit langit kamarnya.
"Akhirnya aku bisa masuk ke dalam rumah ini, kini tinggal menunggu rencana ku yang pertama yang harus aku lakukan!. Kita lihat, apakah Ayah Ridwan akan selamat dari maut ku?" ucap Nova dengan penuh emosi dan dendam yang terus membara di hati Nova.
Beberapa saat kemudian, Nova merapikan pakaiannya dan memasuk pakaiannya ke dalam lemari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments