Ajakan Makan Siang

Saat Nova berada di depan ruangan, ia terlihat mulai merapikan dirinya agar dia terlihat cantik di depan Ridwan. Dia terlihat mulai mengetuk pintu ruangan Ridwan dengan perlahan sambil sesekali memanggil nama Ridwan dan meminta izin kepada Ridwan untuk masuk ke dalam ruangannya.

Ketika Nova sudah mendapatkan izin untuk masuk ke ruangan Ridwan, Ridwan meminta Nova untuk duduk di kursi yang ada di hadapannya.

"Kamu tahu, kenapa saya meminta kamu untuk ke ruangan saya?" tanya Ridwan kepada Nova dengan raut muka serius.

Tiba tiba mata Nova memerah, raut mukanya berubah menjadi sedih. Matanya berkaca kaca seperti menahan tangis.

"Tidak Pak, saya tidak tahu apapun. Jika saya membuat kesalahan, saya minta maaf. Tapi saya mohon, saya memohon dangan tulus. Tolong jangan pecat saya di hari pertama saya bekerja."

Saat itu, Nova mengira dirinya akan di pecat oleh Ridwan. Dia berpikir kalau dia melakukan kesalahan yang sangat fatal hingga ia harus memohon kepada Ridwan dengan air matanya yang mengalir membasahi pipi Nova. Melihat Nova menangis, Ridwan mendekatkan tubuhnya ke arah Nova.

"Kenapa kamu menangis? Saya tidak ingin memecat kamu!."

Mendengar hal itu, Nova yang berurai air mata langsung memandang Ridwan dengan serius dan berhenti menangis.

"Lalu apa maksud Bapak?" ucap Nova dengan mata yang terus memandang ke arah Ridwan.

"Saya akan jelaskan kepada kamu," jawab Ridwan lalu ia berhenti beberapa saat dan bangun dari duduknya. Dan dengan perlahan dia berjalan mendekati Nova yang saat itu terus memandangi dirinya.

Ketika dia sudah berada di belakang Nova, Ridwan memutar kursi yang di duduki oleh Nova. Dia terlihat berdiri di hadapan Nova, menyadari hal itu Nova mulai berpikiran macam macam. Dia langsung memalingkan wajahnya dan tidak ingin melihat Ridwan namun tak berselang lama, tiba tiba Ridwan duduk dan bertekuk lutut di hadapan Nova.

Nova pun langsung melihat ke arah Ridwan, dan ia terlihat tidak enak dengan tindakan Ridwan. Dia berusaha membangunkan Ridwan namun Ridwan menolaknya dan tetap duduk dengan bertekuk lutut di hadapan Nova.

"Apa kamu pikir, aku akan melakukan sesuatu yang buruk ke kamu?" tanya Ridwan dengan nada rendah dan sopan kepada Nova.

"Tolong Pak, Bapak jangan melakukan ini. Saya tidak kalau nanti ada pekerja lain atau orang lain yang melihat hal ini. Lagian, Bapak itu atasan saya. Bapak tidak sepantasnya melakukan ini," jawab Nova lalu ia membangunkan Ridwan dari duduknya bertekuk lututnya. Ketiak Nova dan Ridwan sudah berdiri, mereka berdua saling berhadapan hadapan. Dan dengan perlahan Nova melepaskan tangannya yang memegang tangan Ridwan.

"Kenapa Bapak melakukan hal itu? Bapak tidak pantas melakukannya, Bapak seorang bos besar sedangkan saya hanya seeorang bawahan."

"Saya tahu. Maukah kamu makan siang dengan saya?" mendengar ucapan itu Nova pun langsung terkejut. Matanya terbuka lebar dan mulutnya ternganga saat setelah mendengar ucapan itu.

"Apa?!!!"

"Kenapa kamu terkejut? Apa ada masalah dengan ajakan saya?" jawab Ridwan dengan melangkah menjauhi Nova dan kembali duduk di kursinya.

Nova terlihat mematung beberapa saat, memikirkan ajakan makan siang dari Ridwan. Dia berbalik dan melihat ke arah Ridwan dengan berpura pura tidak percaya dengan ajak itu.

"Bapak jangan bercanda. Saya sama sekali tidak suka dengan candaan Bapak!."

"Siapa yang bercanda? Saya sama sekali tidak bercanda dengan ajakan saya!" jawab Ridwan.

Ketika Nova akan menjawab mau, tiba tiba seorang wanita dengan rambut panjang hitam, berbaju merah dan dengan high heels berwarna hitam masuk ke dalam ruangan dan membuat Nova menghentikan ucapannya. Wanita itu adalah Siska, wanita yang selama ini mencintai Ridwan namun Ridwan selalu menolak cinta Siska.

"Sorry, apa disini sedang ada pertemuan?" ucap Siska dengan berjalan perlahan mendekati Nova dengan berlenggak lenggok dan seksi.

Nova pun langsung berbalik dan melihat ke arah wanita yang tidak ia kenal tersebut. Dia pun langsung menundukkan kepalanya sebagai tanda ia menghormati atasannya.

"Tidak ada Bu, saya hanya sedikit punya masalah dengan Pak Ridwan dan sekarang masalah saya dengan Pak Ridwan sudah selesai," jawab Nova dengan kepada menunduk sambil sesekali melihat ke arah wanita yang tidak ia kenali itu.

"Ya sudah, kalau masalah kamu dengan sudah selesai. Kamu pergi, kenapa berlama lama di sini?" jawab Siska dengan judes dan galak kepada Nova.

"Saya akan pergi Bu," ucap Nova lalu ia melihat ke arah Ridwan dengan tatapan mata yang terlihat sedih. Ia kemudian melanjutkan meminta izin kepada Ridwan dan wanita yang tidak ia kenal itu untuk pergi.

Di saat Nova berjalan meninggalkan ruangan, wajah Ridwan terlihat sedih. Dia terlihat seperti ingin menghentikan Nova namun dia tidak bisa karena Siska berada di dalam ruangan yang sama.

Beberapa saat kemudian, Siska berjalan mendekati Ridwan dan langsung memeluk Ridwan dengan erat.

"Sayang, kita makan siang bersama yuk. Aku kangen seperti dulu, saat kita makan bersama."

Mendengar ucapan itu, Nova yang saat itu berjalan meninggalkan ruangan langsung menghentikan langkahnya. Dia berdiri di dekat pintu dengan keadaan tangan kanannya memegang gagang pintu. Dia diam tak berkata sepatah katapun, saat itu dia seperti sebuah patung yang hanya diam. Ridwan pun langsung melihat ke arah Nova dengan tatapan mata yang sedih.

"Jawab dong!."

Siska pun melepaskan pelukannya dan pergi menjauhi Ridwan. Ia kemudian berdiri di hadapan Ridwan dan menghalangi Ridwan melihat Nova pergi. Tak berselang lama, Nova pun pergi meninggalkan ruangan itu.

"Maafkan aku Nova, nanti aku akan jelaskan ke kamu siapa Siska yang sebenarnya," ucap Ridwan dalam hatinya sambil terus memandangi Nova. Walaupun, ia di halangi oleh Siska.

"Maaf Siska, aku tidak bisa makan siang dengan kamu. Aku sudah punya janji dengan seseorang untuk makan siang," jawab Ridwan lalu ia bangun dari duduknya dan berdiri di hadapan Siska.

"Lebih baik, kamu cari orang lain saja untuk kamu ajak makan siang."

"Jangan seperti ini, aku tahu kamu bohong sama aku. Oh... Apa jangan jangan kamu mengajak wanita cleaning service itu untuk makan siang?" jawab Siska dengan kesal dan berbicara dengan nada tinggi kepada Ridwan.

"Kamu kenapa sih? Kenapa kamu marah? Dengar ya Siska, aku dan kamu itu sudah tidak punya hubungan apapun. So, jangan melarang aku atau mengatur aku untuk melakukan apapun yang aku inginkan."

Setelah mengatakan hal itu, Ridwan pun langsung bergegas pergi meninggalkan Siska di ruangannya.

Ketika Ridwan pergi, Siska berusaha menghentikan Ridwan dan sesekali memanggil nama Ridwan agar Ridwan berhenti namun Ridwan tidak mau berhenti dan tetap pergi meninggalkan Siska di dalam ruangan itu.

Siska pun terlihat kesal dan marah, ia kemudian memukul meja yang berada di dekatnya tanpa merasakan sakit apapun setelah memukul meja itu.

Saat Ridwan sudah berada di Luar ruangan, Dia terlihat langsung bergegas pergi untuk mencari Nova. Dia mulai memeriksa satu ruangan ke ruangan yang lainnya namun Ridwan tidak menemukan Nova di ruangan itu.

Di dalam toilet terlihat Nova sedang kesal dan marah kepada wanita yang menggagalkan rencana untuk makan siang. Dia ke sana kemari dengan tidak tenang sambil sesekali memukul diding yang berada tidak jauh dari dirinya.

"Kenapa sih? Kenapa dengan dia? Kenapa dengan wanita itu? Sebentar lagi, tinggal mengatakan kata mau. Tapi kenapa? Kenapa wanita itu merusaknya?" ucap Nova dengan marah dan sesekali memukul diding yang tidak jauh dari dirinya.

"Aku harus menyingkirkan dia. Lalu tidak.... Kalau tidak dia akan menjadi penghalang antara aku dan Ridwan. Aku harus beri tahu Kakak tentang hal ini."

Nova pun langsung mengeluarkan ponselnya dan ia mengetik sebuah nomor di ponselnya. Saat itu, Kakak Nova terlihat tenang berada di luar mobil. Dia menunggu Nova untuk keluar dari kantor Ridwan namun Nova tidak keluar dan menelepon kakaknya dari dalam toilet.

Menyadari kalau ponselnya berbunyi Kakak Nova pun mengeluarkan ponselnya. Dan mengangkat telepon itu.

"Kapan kamu keluar Nova, Kakak menunggu kamu."

"Apa?!!!" jawab Nova dengan terkejut. "Kenapa Kakak menunggu Nova? Sekarang Nova sedang bekerja."

"Kakak kira, Ridwan mengajak kamu makan siang. Tapi ternyata... Tidak ada tanda tanda Ridwan keluar dari kantor."

Mendengar ucapan itu, Nova pun menarik nafas dan menghelanya dengan perlahan. Setelah itu, dia mulai menceritakan apa yang terjadi di ruangan Ridwan. Saat itu Kakak Nova terlihat hanya mendengarkan cerita dari Nova tanpa mengatakan apapun.

Ketika dia sudah selesai mengatakan segalanya, Nova di kejutkan dengan suara seorang laki laki di luar kamar mandi tengah mengetuk pintu kamar mandi sambil sesekali memanggil manggil nama Nova.

Menyadari hal itu, Nova pun langsung bergegas mematikan panggilannya. Selama beberapa saat Nova terdiam dengan memandangi pintu yang saat itu masih terdengar suara laki laki yang mengetuk pintu dan memanggil namanya beberapa kali.

Nova yang saat itu tengah emosi berusaha memperbaiki dirinya menjadi wanita yang baik dan tidak berdosa.

Setelah itu dengan sikap baiknya Nova keluar dari kamar mandi dan menemui orang yang memanggil manggil namanya dari luar kamar Mandi.

Saat ia sudah berada di luar kamar mandi, Nova terlihat terkejut kerena dia melihat Ridwan tenaga berdiri tegak di hadapannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!