Keesokkan harinya, pagi yang cerah membangunkan Nova. Suara burung berkicau seakan bernyanyi untuk Nova yang tengah tertidur. Nova pun bangun, seperti biasa setelah ia bangun Nova menggosok giginya dan keluar dari kamarnya.
Saat ia sudah berada di ruang makan, sang kakak terlihat sudah mempersiapkan makanan untuk Nova dan dirinya. Mereka pun sarapan bersama, waktu terasa begitu cepat, Nova pun bergegas menganti pakaiannya yang ia pakai menjadi pakaian seorang gadis yang sederhana dan polos. Dia menemui kakaknya dengan ekspresi muka yang terlihat sedih.
Melihat hal itu, Kakak Nova terlihat bingung dengan adiknya. Ia menganggap kalau adiknya sedang berakting namun saat itu Nova tidak sedang berakting. Dia memang benar benar sedih. Menyadari adiknya sedih, Kakak Nova mendekati Nova dan memeluk Nova.
"Ada apa?" tanya Kakak Nova dengan raut muka yang ikut terlihat sedih melihat adiknya sedih lalu ia memeluk Nova.
Saat itu, Nova hanya diam tidak mengatakan sepatah katapun kepada kakaknya.
"Ada apa?" tanya Kakak Nova lagi. Ia kemudian melepaskan pelukannya dan menjauhkan Nova dari dirinya, setalah itu ia memegangi kedua pipi Nova dengan penuh kasih sayang. "Kenapa kamu menangis? Apa yang membuat kamu sedih? Kakak minta kamu menjawab Kakak!."
Nova hanya diam dengan menundukkan kepalanya dan dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.
"Kamu bukan Adik ku!." Tatapan mata Nova pun langsung mengarah ke kakaknya dan ia terlihat sangat terkejut dengan ucapan kakaknya.
"Kenapa Kakak mengatakan itu?" jawab Nova lalu ia melepaskan pelukan kakaknya dan menghindari kakaknya. Namun, langkah Nova terhenti ketika kakaknya menghentikan langkahnya dengan memegangi salah satu tangan Nova.
Nova yang kecewa melirik tangan kakaknya yang memegangi tangannya selama beberapa saat.
"Kakak mengatakan hal itu, karena Kakak tahu. Adik ku yang bernama Nova, tidak pernah sedikitpun meneteskan air mata!. Lalu siapa kamu? Kamu bukan Nova ku, Nova ku tidak lemah seperti kamu!."
Nova pun terdiam lagi selama beberapa saat, air matanya kembali mengalir membasahi pipinya. Dia seperti menahan tangisnya di hadapan sang kakak. Semakin lama Nova semakin tidak kuat menahan air matanya, Nova pun langsung bergegas memeluk kakaknya dengan erat. Akhirnya Nova pun menumpahkan air matanya di pelukan sang kakak, Nova menangis hingga sampai ia sesegukan di pelukan sang kakak.
"Maafkan Nova. Nova hanya bingung, hati Nova bingung!" ucap Nova dengan mata yang di penuhi air mata. Revan yang tahu adiknya benar benar sedih saat itu, ia membalas pelukan Nova dengan sebuah belaian di rambutnya dengan penuh kasih sayang.
Mendengar ucapan itu, Revan melepaskan pelukan Nova. Dia menghapus air mata Nova dengan jari telunjuknya dengan perlahan. Dia meminta Nova untuk menatap matanya dengan dalam.
"Untuk apa kamu bingung, hah? Untuk apa? Orang tua kita meninggal karena keluarga Ridwan. Lalu kebingungan apa yang ada di hati kamu?" ucap Revan dengan nada serius dan tegas saat berbicara kepada Nova.
Revan pun kembali menatap mata Nova dengan semakin serius dan semakin dalam.
"Dengarkan aku, kamu haru bisa membalaskan dendam atas kematian orang tua kita. Kalau sampai kami gagal, maka.... Kamu harus siap kehilangan Kakak!."
Nova pun langsung seperti terbakar oleh api amarah. Mata yang di penuhi air mata tiba tiba berubah menjadi mata yang penuh dengan kebencian. Obsesinya untuk membalas dendam kembali membara di hati Nova dan di pikirannya.
"Aku akan buat, hidup mereka lebih menderita dari apa yang di rasakan oleh Ayah dan Ibu. Aku berjanji dengan diriku sendiri, jika aku tidak bisa membalaskan dendam ku maka aku bersumpah akan menerima masalah besar di hidup ku. Aku bersumpah hal itu."
Nova pun pergi meninggalkan kakaknya dan masuk ke dalam mobil dengan penuh gairah untuk membalas dendam. Melihat hal itu, Revan pun terlihat tersenyum kecil di bibirnya melihat adiknya kembali menjadi seseorang yang penuh dengan gairah dendam.
Beberapa saat kemudian, Nova dan kakaknya sampai di kantor Ridwan. Ketika Nova ingin masuk ke kantor lagi lagi Nova di hadang oleh beberapa penjaga kantor Ridwan dan di larang masuk ke dalam kantor. Saat itu, Nova terlihat terus membujuk mereka agar Nova di izinkan masuk ke dalam kantor. Saat itu, Kakak Nova tengah mengawasi Nova di dalam mobil dengan tidak serius. Menyadari kalau Ridwan datang dengan mobilnya, Kakak Nova langsung mengawasi Nova dengan serius dan melihat reaksi Ridwan melihat penjaganya yang melarang Nova masuk ke dalam kantor nya.
"Ada apa ini?" tanya Ridwan kepada penjaganya setelah ia keluar dari mobilnya dan melihat Nova di larang masuk oleh para penjaganya. Melihat kedatangan Ridwan, para penjaga itu hanya tertunduk. Lalu, salah satu dari mereka menjelaskan kalau merak melarang Nova masuk ke kantor karena mereka masih belum mengenal siapa Nova. Mereka mengatakan hanya berjaga agar tidak ada penjahat yang masuk ke dalam kantor Ridwan.
Mendengar ucapan itu Nova pun langsung meninggikan kepalanya dan melihat ke arah penjaga itu selama beberapa saat. Setelah itu, Ia kembali menundukkan kepalanya.
"Maafkan tindakan penjaga kantor ku Nova."
Nova pun hanya menundukkan kepalanya dengan sedih, tiba tiba air matanya menetes dan jatuh di hadapan Ridwan. Menyadari Nova menangis, Ridwan meminta Nova untuk tidak menangis dan meminta untuk Nova masuk ke dalam kantornya.
"Tidak Pak, tidak perlu. Saya di sini untuk mencari pekerjaan, tapi kenapa saya di tuduh penjahat?" ucap Nova dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. Merasa bersalah karena sudah melarang Nova masuk para penjaga itu meminta maaf kepada Nova.
Nova yang terus menangis justru membuat Ridwan simpati dengan Nova, dia langsung memeluk Nova dan meminta Nova untuk menangis di pelukan Nova. Melihat hal itu, Kakak Nova yang berada di dalam mobil pun terlihat bahagia dan tertawa terbahak bahak dengan menyertakan tepukan tangan beberapa kali atas kehebatan adiknya yang dapat menjebak Ridwan.
Ekspresi mukanya tiba tiba berubah, tiba tiba mata Revan berkaca kaca dan ia juga terlihat sedih.
"Sebentar lagi, sebentar lagi hidup kamu akan hancur!."
Mata Revan pun tiba tiba meneteskan air mata, ia kemudian menghidupkan mobilnya dan melajukan mobilnya meninggalkan Nova yang sudah berhasil menjebak Ridwan. Ketiak kakaknya melewati hadapan Nova dengan mobil, tanpa di sadari oleh Ridwan Nova berhenti meneteskan air mata dan memberikan senyuman jahat di bibirnya kepada kakaknya yang saat itu tengah berada di dalam mobil.
Beberapa saat kemudian, Ridwan melepaskan pelukannya dan mengajak Nova masuk ke dalam kantornya. Ketika ia tengah berjalan masuk ke kantor ia melemparkan sebuah kunci ke arah salah satu penjaga kantornya dan ia meminta memarkirkan mobilnya.
Tak berselang lama, Nova dan Ridwan sampai di depan ruangan Ridwan. Dia meminta Nova untuk menunggu beberapa saat, hal itu karena hari itu banyak pelamar kerja yang sudah mendaftarkan diri mereka ke kantor Ridwan. Ridwan pun pergi meninggalkan Nova, sadar kalau Ridwan sudah pergi Nova yang sudah lama berpura pura baik pun langsung bergegas pergi untuk mencari toilet.
Ketika ia sudah menemukan toiletnya Nova langsung masuk ke dalam toilet dan berdiri di depan cermin yang ada di toilet itu. Dia menatap dirinya sendiri di depan cermin, dengan tatapan mata yang penuh dengan amarah dan obsesi untuk balas dendam.
"Sebentar lagi, perlahan tapi pasti. Aku akan masuk ke hidup Ridwan dan membuat hidupnya hancur, aku yakin itu."
Nova yang saat itu tengah menjadi seorang wanita berjiwa iblis di kejutkan dengan seseorang wanita yang saat itu berada di salah satu ruang di dalam toilet itu. Nova pun langsung terpaku dan mematung, ia mengira wanita itu mendengar ucapannya namun saat wanita itu keluar dari toilet, dia terlihat biasa saja dan seperti tidak ada mendengar apapun yang di ucapkan oleh Nova.
"Mbak!" panggil wanita itu dengan menatap Nova dengan serius. Nova yang melihat hal itu langsung menatap ke arah wanita itu dengan diam saja, tanpa mengatakan sepatah katapun. "Mbak jangan diam aja, apa yang terjadi?"
"Tidak ada, semuanya baik baik saja," jawab Nova dengan terburu buru dan kemudian ia tersenyum dengan terpaksa kepada wanita itu.
Nova yang tidak ingin berbicara panjang lebar dengan wanita itu akhirnya ia memutuskan keluar dari toilet dan meninggalkan wanita itu di toilet.
"Untung, wanita itu tidak mendengar ucapan ku. Kalau sampai di mendengarnya, mungkin rencana ku untuk balas dendam akan berantakan. Itu tidak boleh terjadi," ucap Nova dengan keadaan ia masih panik kalau rencananya terbongkar sebelum ia berhasil balas dendam dengan keluarga Ridwan.
Nova pun mencoba untuk menenangkan dirinya, ketika hatinya sudah merasa tenang. Nova kembali ke ruang tunggu di kantor Ridwan dengan jiwa seorang peri yang tidak punya dosa.
Tak berselang lama, giliran dia pun tiba namun saat ia baru sampai di dalam ruangan. Wanita yang berada di dalam ruangan itu langsung mengulurkan tangannya dan mengucapkan selamat kepada Nova. Nova pun langsung kebingungan, ia bingung bukan akting atau berpura-pura. Dia benar benar bingung dengan yang di lakukan oleh wanita yang berada di dalam ruangan itu.
"Maksudnya apa ini Bu?" tanya Nova dengan benar benar bingung tanpa akting atau apapun itu.
"Selamat kamu di terima kerja di sini, tanpa melewati tes apapun!."
Mendengar jawaban itu Nova benar benar terkejut dan bertanya tanya bagaimana bisa dirinya bisa terpilih kerja sedangkan dirinya belum melakukan tes apapun yang berhubungan dengan kerja.
"Kamu pasti bertanya tanya, bagaimana bisa seseorang yang tidak melakukan tes apapun, tapi dia bisa di terima kerja?. Mungkin kamu adalah orang istimewa, makanya Pak Ridwan meminta saya untuk menerima kamu kerja di sini."
Mendengar ucapan itu, Nova hanya memandangi wanita itu dengan mata yang sayup dan sedikitpun tidak ada dendam yang terlihat. Dia benar-benar berhasil menipu semua orang dengan sikap berpura pura baiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments