Chapter 20-Permintaan Maaf Teman Sekelas dan Kehadiran Murid Baru!

...Memang tidak semua orang bisa dijadikan teman, tapi bukan berarti mereka adalah musuh....

...》Evarya Emilliano Dominic 《...

...Kita hanya harus membiarkan waktu yang berjalan, dan membuat beberapa diantara nya menjadi teman sejati....

...《Evorya Emilliano Dominic》...

🌸🌸🌸 《Diparkiran sekolah》

Brum...brum.. deru motor memenuhi area parkir, memecah keheningan, dan merebut pusat perhatian. Ada setidaknya 6 buah motor dengan masing-masing saling berboncengan namun ada empat orang yang membawa motor sport mereka sendiri. Mereka adalah Vanya dengan dibonceng Alvaro, Vanissa yang dibonceng oleh Alvian, Elvira yang dibonceng Elondra, Alvin, Alvira, lalu Evorya dengan Evarya.

Yah, beberapa diantaranya memang kembar namun ada yang memiliki wajah mirip seperti seorang kembaran namun bukan saudara kandung melainkan hanya saudara sepupu.

Sesaat setelah memarkirkan kendaraan mereka, semua siswa-siswi langsung menyambut antusias mereka semua. Kenapa tidak, sekolah mereka kedatangan murid baru yang tampan dan cantik juga kaya, apalagi beberapa diantara murid baru itu pernah muncul di TV seperti acara berita dan juga acara lomba adu kepintaran.

"KYAAAAAAA~, i itu... itu... itu beneran mereka, kan? MEREKA JADI MUBAR DISEKOLAH KITA WOI, AAAAAAA"

"ALVIRA, BIDADARI SURGAKU."

"ALVARO CINTA MATIKU."

"EVORYA OBSESIKU!!!!"

"ELONDRAKU TETAP DIHATI!!"

"EVARYA AKU PADAMUUUU"

"VANYA ISTRI MASA DEPANKU!!!!"

"ELVIRA KEKASIH HATIKU!!!"

Sebenarnya Alvian juga terkenal, hanya saja Vanissa paling tidak suka jika ada yang meneriaki atau bahkan mendekati pacarnya itu, berita tentang apa yang terjadi pada gadis yang terakhir kali berani mencoba merayu Alvian telah tersebar luas.

Mengakibatkan tidak ada gadis yang berani curi pandang terhadap pacarnya dan juga sebaliknya, tidak ada murid pria yang berani adu mata dengan sang kekasih-Vanissa karna tidak ingin mengalami nasib yang lebih parah dari murid perempuan, karna Alvian jauh lebih obsesif dan protektif kebanding Vanya sendiri.

Mereka bersepuluh berjalan mendekat kearah Leon dan juga Eva. Tentu saja melihat hal itu benar-benar membuat bingung seorang Leon, karna seingat dia, dia tidak pernah bertemu dengan mereka apalagi kenal dekat.

Sedangkan sang adik perempuan hanya bisa tersenyum kikuk, karena lupa memberitahu kakak nya Leon tentang kematian adiknya-Eva dan lupa juga untuk meminta kakak nya Elondra untuk mengatakan pada yang lain agar berpura-pura tidak kenal dengan nya untuk sementara. Ceroboh, Eva a.k.a Angel benar-benar ceroboh.

"Hai, Ang---" sebelum Alvin selesai berbicara, Elondra dengan sigap langsung memberitahu dia dengan cara berbisik.

"Eva, E.va!" Bisik El pada pria itu.

"Va, hai Eva, hehe." Sapa nya dengan cengiran kuda.

"I iya, hai juga." Sapa Eva balik, masih dengan senyum kikuk nya.

"Dek, kalian saling kenal?" Tanya Leon dengan wajah bingung.

"M*mp*s!!!" Batin mereka bersamaan kecuali Leon, kala menyadari kesalahan atau kecerobohan mereka.

"Em, kita kekelas dulu ya, kak. Nanti baru aku jelasin." Ucap Eva kepada Leon.

Mendengar hal itu, ia hanya mengangguk dengan senyum simpul sebagai jawaban. Yah, meski setuju, ia tau ada sesuatu, namun ia percaya pada adik nya.

🌸🌸🌸 (setelah sampai dikelas Eva)

~IPA X-1~

Eva masuk, dan seketika itu juga kelas menjadi hening. Alis Eva mengkerut, dan wajah nya menunjukkan raut kebingungan. Mengerti akan hal itu, Deo sang ketua kelas mendatanginya dan menjelaskan.

Setelah tau akan apa yang terjadi, Eva melirik sebentar mereka semua, dan lalu nampak berpikir sebentar, baru setelah itu dia menetapkan jawaban apa yang akan ia berikan.

Melihat Eva yang sedari tadi diam sambil melirik mereka sekilas dengan raut wajah nya yang tampak tegas, benar-benar membuat mereka gugup luar dalam.

"O.K., fine. Aku maafin kalian semua, aku juga minta maaf kalau aku pernah buat repot kalian. Aku harap kita bisa berteman baik." Terang nya yang membuat lega mereka semua.

"Fyuh~, makasih ya Eva. Kamu nggak pernah ngerepotin kita, kok. Sekali lagi makasih." Balas salah satu siswi sebagai perwakilan.

"Hm." Deheman singkat Eva sebagai jawaban. Salah satu siswi yang ada disana pergi keluar, ia adalah mata-mata Helen.

P.S. Elondra dkk pergi keruang kepsek sedangkan Leon kekelas nya karna sudah akan masuk.

Tak lama kemudian bel masuk berbunyi, semua siswa yang mendengar nya segera pergi kekelas masing-masing. Guru mereka masuk beserta beberapa murid baru yang mengikuti dibelakang. Banyak sekali bisikan yang terdengar dikelas itu, sedangkan Eva sedikit terkejut karna mereka ternyata masuk kekelas nya.

Eva pov*

"Bersiap! Beri salam!" Teriak sang ketua kelas, secara serentak kami berdiri dan memberi salam seperti yang dia lakukan.

"SELAMAT PAGI, BU~" teriak kami bersamaan.

"Pagi. Silahkan duduk!" Perintah bu guru pada kami, kami pun mengikuti nya dan langsung duduk saat itu juga.

"Perkenalkan, mereka semua adalah murid baru disekolah ini. Karena satu dan lain hal, mereka dimasukkan ke kelas kita dan beberapa murid akan dipindahkan ke kelas sebelah." Jelas bu Siska pada kami, ia adalah guru baru yang direkrut Daddy berdasarkan sifat nya yang tegas, adil, disiplin, bertanggung jawab, jujur, dan bijaksana.

Sifatnya yang seperti itu membuat Daddy langsung mempekerjakan nya dengan gaji 2× lipat lebih banyak dari gaji para guru dan staf sekolah yang ada disini.

"Silahkan perkenalkan diri kalian masing-masing!" Perintah bu Siska pada mereka berempat.

"Kenalin, gue Evarya Emilliano Dominic dan dia Evorya Emilliano Dominic. Kita kembar, kalian bisa panggil gue Varya dan dia Vorya." Terang Varya memperkenalkan diri nya sekaligus saudara kembar nya.

"Hai semua, aku Vanya Naomi Geraldin. Kalian bisa panggil aku Vanya, semoga kita bisa berteman baik, ya?!" Ucap Vanya sambil tersenyum riang, yang membuat nya terlihat sangat manis dan menggemaskan.

"Alvira Agnesia Bellen." Perkenalan singkat Vira yang cukup membuat terkejut penghuni kelas. Mengapa tidak, ia memperkenal kan dirinya dengan hanya tiga kata saja, yaitu namanya. 1 detik 2 detik 3 detik, bu Siska yang sedari tadi diam akhirnya menyadari suatu kejanggalan disini.

"Loh, kalian udah selesai perkenalan nya???" Tanya bu Siska setelah tersadar dari keheningan selama beberapa detik tadi.

"Udah, bu. Tempat duduk kita dimana, ya?" Jawab Vanya yang masih tetap tersenyum manis.

"Oh, ya..yaudah sebentar." Ucap nya yang masih sedikit tak percaya.

"Rendi, Amel, Sisi, dan Reno, kalian berempat akan ibu pindahkan ke kelas X-4. Kalian boleh pindah sekarang, ibu sudah memberitahu wali kelas dan juga guru yang mengajar saat ini." Terang bu Siska memberi perintah pada mereka berempat.

"Baik, bu." Jawab mereka berempat.

"Nah, kalian berempat duduk dibangku mereka dipaling belakang. Silahkan." Jelas nya pada keempat murid baru itu yang tak lain dan tak bukan adalah sepupu dan sahabatku.

"Baik, bu. Terima kasih." Seru Vanya berterima kasih dengan senyum ramah nya. Melihat hal itu, bu Siska tersenyum simpul dan mengangguk.

Mereka pun langsung duduk ditempat masing-masing dan pelajaran dimulai.

"Al, yang lain dikelas apa?" Tanya ku pada Alvira.

P.S kalau nggak ada kak Alvaro, kak Alvian, dan kak Alvin, kami semua panggil Alvira dengan panggilan Al. Tapi, kalau ada setidaknya salah satu dari mereka, maka kami semua akan memanggil Alvira dengan panggilan Vira. Yah, untuk memperjelas dan membedakan.

"Kelas El!" Jawab nya hanya dengan dua kata saja. Yah, Alvira dan kak El hanya selisih 1 tahun, karna itu dia memanggil kk El dengan nama nya saja.

"Oh." Yah, aku hanya bisa menjawab 'oh' saja.

🌸🌸🌸

Bel istirahat berbunyi dan pelajaran pun berakhir. Kami berlima termasuk aku tentu saja, memutuskan untuk pergi kekantin sekolah. Namun sebelum itu, Helen datang dan menghampiri ku.

"Eva, kita ke kantin yuk!" Ajak nya dengan tersenyum manis, namun aku tau itu sebenarnya adalah senyum palsu untuk menutupi amarah dan kebencian nya padaku. Mereka ingin membantu ku, namun secepat mungkin ku hentikan dengan mengangkat tengan ku.

"Untuk?" Tanya ku pada Helen.

"Untuk makan, dong. kalau bukan itu, apalagi?" Balas nya dengan menampilkan raut wajah bingung dan polos.

"Menjijikan, benar-benar ratu drama." Batinku merinding melihat tingkah laku nya itu.

"Oh, tapi aku ada janji sama yang lain." Balas ku mencari jalan keluar.

"Sama siapa?" Tanya nya lagi.

"Sama teman sekelas." Elakku.

"HAH!???!" Teriak semua penghuni kelas, serentak. Yah, mereka pasti kaget karna tiba-tiba aku mengajak mereka semua untuk kekantin.

"Iya, aku ajak kalian semua ke kantin. Aku yang traktir, kalian semua bebas mau makan apa." Jelas ku yang langsung membuat mereka merasa terharu.

"E Eva, kamu... kamu jangan bercanda. Papa kan nggak kasih kamu uang jajan dan uang kak Leon nggak mungkin cukup. Kamu mau bayar pakai apa? Atau..." Terang nya yang entah kenapa memberi ku firasat bahwa dia akan bersandiwara.

"?" Tanda tanya memenuhi kepala ku.

"Atau jangan-jangan kamu yang curi uang aku?" Jelas nya yang membuat mataku melotot.

Sumpah, seumur hidup hanya orang lain yang mencuri dariku, bukan sebaliknya. Dan... aku mencuri uang dari anak angkat seorang Manajer salah satu anak perusahaan Daddy ku? This is impossible. Kurang ajar!!

Sepupu dan sahabat ku hanya bisa tertawa, walau sebisa mungkin mereka mengendalikan nya. Namun, berbeda dengan Varya.

"Pfft...Bwahahahahaha, hadeuh," Gelak tawa nya memenuhi kelas X-1. Dan mendengar hal itu, aku langsung saja memberi tatapan tajam padanya.

"Ups, so sorry Va. Gue nggak sengaja sumpah. Keceplosan." Terang nya padaku dengan mengacungkan kedua jari nya membentuk 'v' sambil berusaha menahan tawa.

"Pufft, mencuri. Haha... mencuri. Ajegile haha." Ucapnya dengan suara pelan tapi masih bisa terdengar, ia benar-benar tak bisa menahan tawa nya.

"Aku?! Mencuri?! Mana buktinya?!" Jawab ku sambil tersenyum tak percaya akan lelucon yang dia ucapkan.

"Bu bukti!?!" Ucap nya sedikit gugup.

"Iya, bukti. Mana?!" Tanya ku lagi pada nya.

Author pov*

"Gilak, ni anak kenapa bisa tetap tenang kek gini sih? Biasanya juga, boro-boro minta bukti, pas gue ngomong kek gitu dia cuman bisa natap tajam gue sambil terus bilang, 'gue nggak ngelakuin nya'. Ini... kenapa malah jadi kayak gini? Anak-anak yang lain juga pada diam, ada apa sih sebenarnya??? Apa yang salah??? Kek nya ada sesuatu yang gue lewatin." Batin Helen bertanya-tanya.

"Harusnya tadi gue biarin aja dia ngomong, aish, si*l." Batin Helen sedikit menyesal dan kesal, sambil mengingat dia (Helen) yang menghentikan Rina- mata-mata nya dikelas Eva, untuk memberi tahu padanya tetang sesuatu.

"Bu bukti... buktinya... buktinya ada di.. di.. ah, udahlah. Aku nggak apa-apa kok, kalau emang kamu yang ambil. Walaupun itu aku nabung untuk beli hadiah ultah kak Leo, tapi kalau kamu yang ambil aku nggak masalah. Aku bisa nabung lagi, kok. Tapi aku mau kamu jujur, aku nggak mau dibohongin." Ucap nya pada ku sambil tersenyum sok manis dan sedikit air mata.

"Wah, aktingnya hebat sekali. Siapapun yang tidak tahu sifat asli nya pasti akan mempercayai omong kosong nya." Batin Eva tersenyum tak percaya akan apa yang ia lihat dan dengar.

"He Helen... ja jadi kamu nuduh aku curi uang kamu yang nggak seberapa itu. Jadi... jadi maksud kamu setelah aku mencuri uang kamu yang nggak seberapa itu, aku tetap nggak mau ngaku dan tetap bohong didepan kamu?!" Balas Eva ikut 'bermain' dengan wajah kecewa.

"Maksud kamu, aku curi uang kamu untuk traktir teman sekelas aku??! Hiks... kamu tega banget sih Helen. Aku... aku benar-benar nggak nyangka. Hiks..." Balas nya lagi ikut bersandirawa, bahkan akting nya terlihat jauh realistis, apalagi dengan deraian air mata yang membasahi pipinya, membuat nya terlihat seperti sosok menyedihkan yang menjadi korban fitnah. Dan hal ini berhasil menarik simpati teman sekelas nya.

"Woi, Helen! Maksud lo apaan, tiba-tiba masuk kekelas kita dan buat heboh kek gini!?" Seru murid yang bernama Mia. Tampak sekali bahwa ia tidak menyukai Helen.

"Iya, lo masuk, senyam-senyum kek orang gila, dan lalu nuduh Eva. LO NGGAK LIAT DIA SAMPAI NANGIS GITU, HAH!?!!" Bentak Deo yang juga ikut tak terima dengan ulah Helen.

"Dengar ya, Helen. Mentang-mentang lo ratu sekolah, jadi lo bisa seenaknya bully anak kelas lain yang nggak lo suka. Apalagi murid itu sodara lo sendiri, benar-benar gilak lo, ya! Beraninya lo bully Eva?!" Sahut Regil yang ikut angkat suara.

"Liat! Akibat tuduhan tanpa dasar lo, hati Eva jadi terluka, dia ampe nangis kek gitu. Mending lo keluar sekarang atau lo mau gue seret keluar kelas!? HAH!!?!" Seru Amanda juga tak suka pada Helen.

"Kalian!!! Si*l*n, berani kalian, ya. BERANI KALIAN PERLAKUIN GUE KEK GINI!!! Awas aja kalian, perlakuan kasar kalian dan juga kalian yang udah berani ngusir gue, semua itu bakal gue aduin! AWAS AJA KALIAN!! ARRGHHH, S**L!!!" Ucap nya marah disertai kalimat umpatan. Akhirnya dia menunjukkan juga sikap asli nya.

"Va, lo nggak apa-apa? Kalau dia ganggu lo lagi, lo bisa bilang ke kita semua, kita pasti bakal belain lo, kok." Ucap Amanda ramah disertai senyuman nya.

"Iya, makasih ya udah bela. Yuk, ngantin!" Balas Eva berterima kasih sekaligus mengajak mereka ke kantin. Mendengar hal itu, mereka saling bertatap-tatapan.

"Ada apa?" Tanya Eva dengan wajah bingung.

"E enggak, cuman... kalau lo nggak punya uang, lo nggak usah maksain untuk traktir kita-kita. Kami semua ngerti kok, kalau lo bilang gitu didepan Helen, supaya dia nggak nggangguin lo. Kami semua juga nggak anggap serius omongan lo barusan. Lo bisa jajan sendiri aja." Tolak Amanda secara halus.

"Oh, tapi aku beneran mau traktir kalian, lho! Aku nggak bakal ngelakuin atau bicara sesuatu diluar kemampuan aku. Kalian percaya ya, sama aku." Jawab Eva sambil tersenyum ramah.

"Tapi..."

"Udah, ikaut aja. Lo nggak perlu khawatir, kita semua bisa megang kata-katanya Eva. Perkataan Eva bisa dipercaya dari siapapun." Balas Varya tersenyum simpul.

"O oke." Pasrah Amanda dan semua teman sekelas nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!