Chapter 19-Kesempatan Kedua

...Memang sulit untuk bersabar, tapi jauh lebih sulit untuk memaafkan dan memberikan kesempatan kedua pada orang yang telah mengecewakan kita....

...《Angelyna Maurer Refanka》...

"Udah, nggak apa-apa. Semua nya bakal baik-baik aja. Tenanglah." Ucap nya sambil menepuk-nepuk pelan pundak Leon, tanpa melepaskan pelukan mereka sedikitpun.

Tak lama kemudian, Eva melepas pelukan nya pelan, raut wajahnya masih saja khawatir. Jujur, meskipun kesal akan semua perbuatan Leon pada Eva yang asli, ia tetap merasa kasihan pada Leon. Menurutnya, jika memang benar-benar menyesal, maka ia berhak mendapat kesempatan kedua.

"Kk, kk Leon jangan nangis lagi ya?! Nanti 'aku' jadi ikutan sedih, kakak kan udah benar-benar menyesal, 'aku' maafin kok. Jangan sedih lagi, ya?! Hm!?" Ucap nya lembut dengan suara merdu yang membuat tenang hati mereka yang mendengar nya.

"Eva..hiks...Eva maafin kakak, dek. Kakak benar-benar menyesal, kebodohan kakak membuat kamu menderita. Selama ini, selama 8 tahun kamu terima pahit nya perlakuan dan perkataan kakak, sikap dan kata-kata kasar kami semua, selalu kamu terima gitu aja, kamu tetap diam, kamu bahkan nggak pernah nangis, kakak benar-benar kecewain kamu dan kamu adik kakak yang paling kuat. Maaf...maafin kakak, dek. Maaf..." ucap Leon sendu namun terdengar jelas kesedihan disetiap kata yang ia keluarkan, suara nya juga terdengar serak. Ia tersenyum, menatap sang kakak dibawah cahaya bulan.

"Sudahlah, kk. Masa lalu sudah berlalu, sekarang kita mulai ulang semuanya, kita buat cerita baru, menjadi adik-kakak yang harmonis, hm... maukan?" Seru nya menghibur Leon, Leon pun menangguk, ia tersenyum simpul, dan lalu mereka kembali berpelukan.

🌸🌸🌸

Pagi kini telah menyambut bumi, dengan sinar matahari yang hangat muncul dari balik tebalnya awan putih. Suara merdu dedaunan yang terhempas angin dan kicauan merdu burung-burung kini terdengar.

Membangunkan seorang gadis cantik yang tengah bermimpi indah. Gadis itu bangkit dari tidurnya, dan kemudian berjalan kekamar mandi.

🌸🌸🌸

Lima belas menit kemudian ia keluar, sudah siap dengan seragam high school dan segala keperluan nya. Saat ia ingin membuka pintu, terdengar dering telpon dari tangannya. Setelah melihat nama penelpon, ia langsung mengangkat nya.

Drrt..drrt...

Via telpon on*

Eva

[Lín shūjì nǐ hǎo? Tā shì shénme? Nǐ yǒu zīliào ma?]

(Halo, sekretaris Lin? Ada apa? Sudah dapat informasi nya?)

Sekretaris Lin

[Shì de, niánqīng de nǚshì. Wǒ yǒu guānyú tāmen de xìnxī. Wǒ huì fā gěi nǐ.]

(Ya, nona muda. Saya sudah mendapatkan informasi tentang mereka. Akan saya kirimkan kepada anda.)

Eva

[Hǎo, duì suǒyǒu yuángōng shuō:“Zǒngcái gěi gōngsī suǒyǒu chéngyuán fàng yīzhōu jiǎ.” Jì zhù, wú yī lìwài!]

(Bagus, katakan pada semua karyawan "Bu presdir memberi waktu libur selama sepekan untuk semua anggota perusahaan." Ingat, semua tanpa terkecuali!)

Sekretaris Lin

[Hǎo de nǚshì. Wǒ huì jièshào.]

(Baik, bu. Akan saya sampaikan.)

Eva

[A, hái yǒuyī jiàn shì. Nǐ, wǒ gěi nǐ duō fàng yītiān jiǎ, gěi nǐ 10 tiān jiǎ. Bìngqiě zài jiàqī lǐ, nǐ kěyǐ zìyóu shǐyòng zhíshēngjī, pēnqì shì fēijī, yóulún huò sīrén fēijī, wǒ hái huì éwài gěi nǐ 100 yì yìnní dùn.]

[Qù gōngshāng yínháng huò zhōngguó gōngshāng yínháng, yǐ Angelyna Maurer Refanka de míngyì tíqǔ 100 yì yìnní dùn, bié dānxīn, méi rén huì huáiyí.]

[Wǒ gàosùguò nǐ nǐ dàibiǎo wǒ ná qián. Yòng zhè bǐ qián qù rènhé nǐ xǐhuān dì dìfāng. Wán de hěn kāixīn.]

(Ah, dan satu hal lagi. Kau, aku beri tambahan hari libur, kau akan libur selama 10 hari. Dan selama waktu libur, kau bebas menggunakan helikopter, jet, kapal pesiar, ataupun pesawat pribadi, kau juga akan aku beri tambahan uang sebesar 10 miliar rupiah.)

(Pergilah ke ICBC dan tarik uang sebesar Rp 10.000.000.000 atas nama Angelyna Maurer Refanka, tenang saja, tidak akan ada yang curiga.)

P.S. ICBC atau kepanjangan nya Industrial and Commercial Bank of China adalah bank Internasional China yang kadang digunakan wisatawan atau orang China yang ingin berlibur ke luar negeri, untuk menukarkan uang nya. Entah itu menukar mata uang dollar Amerika ke mata uang China, yaitu Yuan, atau sebaliknya.

(Aku sudah memberitahukan tentang kau yang akan mengambil uang atas namaku. Gunakanlah uang itu untuk pergi kemanapun yang kau suka. Selamat bersenang-senang.)

Sekretaris Lin

[Xièxiè nǐ, zǒngtǒng fūrén. Nà wǒ jiù gàocíle.]

(Terima kasih, bu presdir. Kalau begitu saya permisi.)

Eva

[Hǎo de.]

(Baiklah.)

Tut..tut...

Via telpon off*

"Sekarang waktu nya turun." Ucap nya dan melangkah ke arah pintu, sesaat setelah ia membuka pintu, Eva dikejutkan oleh sosok kakak laki-laki nya yang paling tua, yaitu Leon.

"Lho, kak!? Ada apa? Tumben!?" Terang nya dengan raut wajah bingung dan alis yang mengkerut.

"Hehe, i itu... anu... em... itu loh... em..." bicara nya yang tak jelas.

"Apa???" Bingung Eva yang semakin menjadi-jadi.

"Itu... ka kakak mau... kakak mau..." ucap nya yang semakin tak jelas.

"Kakak mau apa??? Arrgh, udahlah kak. Dengerin kakak ngomong sama juga nungguin balesan dari pacar, lamak. Udah deh, aku mau pergi bareng kakak kesekolah hari ini, boleh kan???" Ucap nya pada Leon, yang berhasil membuat sang empu terkejut dan sekejap tersenyum senang.

"Hm, iya boleh. Yuk, kita pergi." Balas Leon dengan senyum simpul yang terukir diwajah tampan nya.

Mereka pun pergi menuruni tangga dan berniat ke halaman rumah untuk pergi. Namun, sebelum mereka sampai, mama dan papa nya langsung memanggil.

"LEON!!!!" Teriak Silvi-mama sikembar L dan Eva.

"APA-APAAN KAMU!! KENAPA KAMU PERGI SEKOLAH DENGAN SIJ*L*NG INI!?? KAMU BAHKAN BICARA, TERTAWA, DAN DEKAT DENGAN NYA!??!" Murka Bara-sang papa.

"Maksud papa apa??! Aku nggak liat ada j*l*ng disini, justru yang aku liat... ada ular didekat papa-mama dan Leo." Jawab Leon dingin.

"LEON!!! BERANI-BERANINYA KAMU MENGHINA HELEN! DIA ITU ADIK KAMU LEON!!! KURANG AJAR KAMU, YA?! UDAH BERANI MEMBANGKANG! MAU PAPA HUKUM, KAMU!?!" Teriak nya lagi semakin marah kala mendengar jawaban Leon.

"Heh, adik? Adik aku cuman Leo dan juga Eva. Nggak ada yang lain. Yok dek, kita pergi, nanti telat." Jawab nya dingin dan lalu beralih menatap hangat sang adik serta senyum tipis yang menghiasi wajah tampan nya.

"Iya, kak." Jawab Eva singkat, tetapi dengan tatapan hangat dan senyuman indah.

"Ke kenapa dada aku sakit saat Eva nggak nyapa aku juga?" Batin mama mereka terlihat sedih.

"Eva, kamu nggak mau nyapa papa juga kayak biasa nya?" Batin Bara mengingat biasanya ketika Eva tetap menyapa dirinya meskipun dia cuek. Namun, melihat Eva yang sudah beberapa kali tidak menyapa nya membuat ia merasa rindu akan sapaan itu.

"Ada apa ini? Perasaan aneh apa ini?" Batin Leo bertanya-tanya.

"Ma, pa, kalian kenapa sih? Kenapa kasar gitu sama Eva? Dia kan juga saudara aku, kalau dia mau berangkat bareng kak Leon yaudah, aku nggak apa-apa kok. Kan masih ada kak Leo, iya kan, kak?" Ucap Helen yang mengalihkan fokus semua orang padanya. Sambil memeluk erat lengan Leo.

"I iya, dek." Balas Leo tersenyum, namun ia tau Leo tidak sepenuhnya tersenyum, apalagi merasa bahagia. Dan, hal itu benar-benar membuat nya merasa kesal.

"Nak Helen, kamu memang baik dan perhatian. Tidak seperti seseorang yang dingin pada keluarga nya sendiri." Seru mama nya memuji Helen dan lalu menyindir Eva sambil sekilas melirik nya.

Tidak peduli dengan drama keluarga yang menurut mereka alay, mereka berdua memutuskan untuk pergi dari kediaman Alendra. Meninggalkan Leo, Hellen, dan kedua orang tuanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!