Ellie benar-benar merasa bingung harus melakukan apa sekarang. Jessica berada dalam bahaya tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Bisa saja Ellie menghubungi polisi dan meminta bantuan pada mereka, tapi hal itu hanya akan membuat nyawa Jessica semakin bahaya. Berkali-kali Ellie menghubungi Nathan, tapi ponselnya tidak aktif.
Enam jam telah berlalu dan Ellie tidak tau bagaimana nasib Jessica sekarang. Ellie tidak menduga bila orang itu akan menggunakan Jessica sebagai alasan utang piutang, yang jelas-jelas sudah selesai sejak lama. Ellie sudah melunasinya termasuk bunga-bunganya.
Ellie tau jika rentenir itu sudah sejak lama mengincar keponakan nya dan dia tidak menduga bila dia akan membawa Jessica dengan cara seperti ini.
Dan sementara itu.
Nathan yang sedang berada di cafe bersama ketiga sahabatnya tanpa sengaja mendengar percakapan dua pria yang langsung menarik semua perhatiannya.
"Kau yakin tentang itu?"
"Tentu saja aku yakin, karena aku sudah melihatnya sendiri dengan mata kepalaku. Dia adalah gadis tercantik yang pernah kulihat. Dia memiliki paras bak boneka barbie dan kulit seputih porselen. Rambutnya panjang dan indah, matanya begitu cantik dan bercahaya. Kalau tidak salah gadis itu bernama, Jung See-Yeon."
Mata Nathan sontak membelalak. Nathan memasang baik-baik kembali pendengarannya dan mendengar apa yang kedua pria itu bicarakan selanjutnya.
"Mendengar ceritamu membuatku sangat penasaran. Ngomong-ngomong dari mana bos bisa mendapatkan gadis secantik itu? Dari utang piutang lagi?" tebaknya benar.
"Hahahah! Kau seperti tidak mengenal bos dengan baik saja. Lagi pula apa yang bisa di lakukan Ellie sekarang, dia tidak memiliki kuasa apapun di negeri ini apalagi uang yang banyak. Jelas-jelas dia itu bodoh, dan aku berani bersumpah jika saat ini dia sedang menangis darah karena kehilangan keponakan tercintanya."
"Bagaimana jika kita beli gadis itu setelah bos menikmati tubuhnya? Meskipun sudah menjadi sisa, tapi jika gadis cantik aku tidak ada masalah."
"Aku rasa bukan ide yang buruk, tapi kau harus bersabar karena masih ada waktu beberapa jam lagi. Bos, tidak mungkin langsung memakainya, biasanya dia akan menyimpan barang bagus untuk digunakan terakhir."
"Aku tidak masalah. Yang penting bisa merasakan tubuhnya juga, hahahah!"
Gyutt!
Nathan mengepalkan tangannya. Emosinya benar-benar tidak terbendung lagi dan Iblis dalam dirinya mulai mengambil alih. Dengan emosi yang telah memuncak, Nathan bangkit dari duduknya dan menghajar kedua pria itu hingga membuat keduanya babak belur.
Justin, Leon dan Daniel yang begitu terkejut langsung menahan Nathan sebelum dia menjadi semakin gelap mata.
"Nathan Lu, hentikan! Apa-apaan kau ini? Kenapa kau menghajar orang tanpa alasan?" bentak Daniel sambil memegangi lengan Nathan.
"Lepaskan , Daniel Cho." Nathan menutup matanya dan mengeram rendah. "Sebaiknya kau tidak ikut campur!!!"
"Tidak," tegas Daniel.
"Aku bilang lepaskan, Daniel Cho." Pinta Nathan sekali lagi.
"Tidak," Daniel tetap bersikukuh.
Detik berikutnya mata itu kembali terbuka , tubuh Daniel menegang dan membeku melihat tatapan Nathan yang menyerupai Iblis. Dan hal itu sukses untuk membuat seorang Daniel Cho ketakutan. Dengan segera Daniel melepaskan cengkraman nya pada lengan Nathan.
Nathan menarik pakaian salah satu dari kedua pria tersebut. "Katakan, di mana bosan menyekap gadis itu?" tanya Nathan dengan ujung pistol menempel pada kening pria dalam balutan kemeja abu-abu tersebut.
"Club Night Bar, di sana bos menyekap gadis itu." Jawabnya ketakutan.
Nathan mendorong tubuh pria itu dengan keras hingga kepalanya berbenturan dengan lantai. Nathan yang sudah di kuasa emosi mengangkat pistolnya dan langsung menembak mati kedua pria tersebut.
Tanpa menghiraukan ketiga sahabatnya, Nathan pergi begitu saja. Dan sebelum pergi tak lupa Nathan meninggalkan sejumlah uang untuk membayar kerusakan yang dia ciptakan.
Dan sementara itu. Justin, Leon dan Daniel langsung bertukar pandang. Belum pernah sekali pun mereka melihat jika seorang Nathan Lu bisa peduli pada orang lain apalagi itu adalah seorang wanita.
Dan sontak kedua mata ketiga pria tampan itu membelalak tak percaya, dengan lantang ketiganya berseru dengan keras dan kompak.
"Mungkinkah gadis itu adalah ... ISTRI NATHAN YANG TERSEMBUNYI!"
-
Nathan menghentikan mobilnya di Club Night Bar. Beberapa pria terlihat membungkuk padanya. Mereka tentu tau seorang Nathan Lu.
Dia begitu terkenal karena keberhasilannya di usia muda dalam mengembangkan perusahaannya, dan Nathan adalah salah satu pelanggan di sana. Nathan dan teman-temannya sering menghabiskan waktunya di club tersebut.
Di tengah langkahnya, Nathan mendengar bisik-bisik beberapa pengunjung yang menyebut-nyebut nama Darco, seorang lintah darat yang selalu memanfaatkan kelemahan para korbannya untuk meraup sebuah keuntungan yang besar.
"Di mana Darco menyekap gadis itu?" tanya Nathan pada pria berkepala plontos dihadapannya.
"Tu-Tuan Lu! Apakah Anda tertarik juga pada gadis itu? Sebaiknya Anda menunggu sebentar karena tuan Mir akan segera membawanya keluar untuk dilelangkan."
"Jangan banyak bicara, katakan di mana bajingan itu menahannya?" tanya Nathan sambil mengacungkan senjatanya pada pria dihadapannya. Suaranya sedikit meninggi.
Tubuh pria itu langsung dipenuhi keringat dingin. "Ba-baik , Tuan. Saya akan mengatakan pada Anda. Tapi bisakah Anda menyingkirkan dulu senjata itu dari kepala saya?"
"CEPAT KATAKAN." Bentak Nathan menuntut.
"Baik-baik. Ruangan VVIP, kamar 306."
Dorrr..
Dan pada akhirnya pria itu tetap meregang nyawa. Nathan menghabisinya dan meninggalkan mayatnya begitu saja. Meskipun banyak pasang mata yang melihatnya.
Tapi tak satu pun dari mereka ada yang berani menahan apalagi melaporkan Nathan kepada pihak yang berwajib. Mereka tidak ingin menggali kuburnya sendiri dengan mencari masalah dengan Iblis dalam wujud Malaikat seperti Nathan.
-
PLAKK....
Beberapa tamparan mendarat mulus pada kedua pipi Jessica. Wanita itu menampar pipi Jessica secara berulang-ulang karena gadis itu terus memberontak ketika hendak di make up, dan Jessica juga menolak untuk memakai gaun super seksi yang telah dia siapkan.
"Berhenti menguji kesabaran ku gadis sialan. Diam dan menurut lah lalu pakai gaun itu."
"Aku tidak mau!" teriak Jessica di depan wajah wanita itu. Tubuhnya terikat hingga Jessica tidak bisa berbuat apapun selain berharap pada Nathan. Karena hanya dia satu-satunya orang yang bisa menyelamatkannya saat ini.
"Kau....! Apa kau sudah bosan hidup, eo? Dan gadis pembangkang sepertimu memang harus di beri pelajaran." Wanita itu mengeluarkan sebuah cambuk. Kedua mata Jessica membelalak melihat wanita itu mengangkat tinggi-tinggi cambuknya dan....!
BRAKKK....
Pintu berpelitur elegan itu di dobrak dari luar. Membuat perhatian Jessica dan wanita itu teralihkan seketika. Kedua mata Jessica berkaca-kaca melihat siapa yang datang. Sedangkan wanita itu tampak terkejut melihat kedatangan orang itu.
"Tu-tuan Lu." Pekiknya terkejut.
Kemudian wanita itu menarik sudut bibirnya dan menghampiri Kevin. "Tuan Lu, saya tidak menduga jika Anda akan datang. Apa Anda datang untuk saya? Tunggulah sebentar sampai aku membereskan gadis tak tau diri ini."
"Minggir." Dengan kasar Nathan mendorong tubuh wanita itu hingga terjerembab ke lantai.
Nathan melepas vest dan kemejanya lalu menakupkan kemeja itu pada tubuh Jessica yang sedikit tereksposh. Jika dia tidak dalam keadaan yang sangat buruk. Mungkin Jessica sudah berteriak histeris melihat Nathan yang sedang bertel@njang dada.
"Nathan Lu ... Huaaaa!" Jessica langsung berhambur ke dalam pelukan Nathan dan menangis sejadi-jadinya dalam pelukan pria bermarga Lu tersebut. "Huks, aku takut. Aku sangat-sangat takut." Lirihnya terisak.
Nathan menutup matanya. "Tenanglah, aku ada di sini. Semua akan baik-baik saja, aku pasti akan membawamu keluar dari sini dengan segera. Setelah aku membereskan cacing-cacing itu tentunya." Nathan melepaskan pelukannya.
Jari-jarinya menghapus sisa jejak air mata di wajah Jessica. Nathan mengeratkan gigi-giginya melihat luka memar pada pipi Jessica. "Apa wanita itu yang melakukannya?" Jessica mengangguk.
Nathan menyambar vest hitamnya yang tergeletak di lantai lalu memakainya. Dengan emosi tertahan. Nathan menghampiri wanita itu yang terlihat begitu ketakutan.
"Jadi tangan ini yang kau gunakan untuk menamparnya?" geram Nathan marah.
"Tu-tuan Lu, saya mohon ampuni saya. Tu-tuan Darco yang menyuruh saya dan dia mengatakan saya bisa melakukan apa pun padanya jika dia tidak mau menurut."
"Siapa pun yang berani menyentuh apalagi menyakiti Istriku, tidak akan pernah aku maafkan." Tegas Nathan.
Kedua mata wanita itu membelalak, Nathan menghabisinya bahkan sebelum dia sempat berteriak. Tubuh itu ambruk di lantai dengan luka memanjang pada lehernya. Kemudian Nathan berbalik dan menghampiri Jessica yang sedang menutup matanya. "Tidak apa-apa, semua sudah berakhir." Bisik Nathan dan mengangkat tubuh Jessica.
Langkah Nathan dihentikan oleh Darco dan anak buahnya yang datang untuk menjemput Jessica karena sudah tiba waktunya untuk melelangnya. Darco begitu terkejut melihat kedatangan Nathan.
"Tu-tuan Lu. Sedang apa Anda di sini? Dan kenapa gadis itu ada pada Anda? Anda tidak bisa membawanya begitu saja, saya sudah mengeluarkan uang banyak untuk membelinya."
"Benarkah? Bukankah kau memanfaatkan kelemahan bibinya untuk mendapatkannya. Dan sekarang kau dalam masalah besar, Darco Mir. Kai, Jimin, urus mereka." Perintah Nathan pada mereka berdua yang baru saja tiba di sana
"Baik, Bos."
Nathan melanjutkan langkahnya. Dan kematian adalah harga paling mahal yang harus Darco bayar karena berani menyakiti dan menempatkan Jessica dalam bahaya.
-
Sebuah perban berukuran cukup lebar menutup luka memar di pipi kanan Jessica, dan perban lain membebat pergelangan tangannya.
Nathan tidak membiarkan orang lain melakukannya dan dia sendiri yang mengobati memar pada wajah dan tubuh Jessica. Di punggungnya juga ada luka memanjang seperti bekas cambuk kan.
"Mereka benar-benar sudah sangat keterlaluan." Geram Nathan marah.
"Apa kau tau bagaimana takutnya aku tadi? Aku pikir hidupku akan berakhir malam ini juga." Air mata Jessica kembali mengalir dari mata hazel nya.
Nathan menarik bahu Jessica dan memeluknya. Isa kan gadis itu semakin keras. Jari-jari lentiknya mencengkram vest hitam yang membalut tubuh Nathan. Terbesit sebuah penyesalan di hatinya.
Jika saja dia bisa menjaga Jessica pasti hal itu tidak pernah terjadi dan Jessica tidak akan mengalami hal yang sangat buruk,
.
.
.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Vina Pembriyani
kasian si Jess
2022-03-28
0
Lawalata Rijoly Ulen
uup lagi donggg
2022-03-21
0
Anonymous
Upp
2022-03-21
0