'Seorang pria yang di duga mirip Nathan Lu, terlihat bersama seorang gadis di sekitar jalanan Hongdae kemarin malam. Sayangnya tidak ada yang tau seperti apa wajah gadis yang bersamanya tersebut.'
Nara membaca rentetan kalimat pada sebuah artikel yang membahas tentang seseorang yang di duga mirip dengan Nathan berkeliaran di sekitaran jalan Hongdae bersama seorang gadis, yang identitasnya begitu misterius.
Dan setiap membaca artikel semacam itu membuat Nara merasa begitu frustasi, bagaimana bisa gadis itu begitu beruntung karena bisa menikah dengan seorang Nathan Lu, CEO muda yang begitu di gilai jutaan gadis di luaran sana.
Namun apa yang Nara rasakan bukanlah cinta melainkan sebuah kekaguman semata.
Jessica yang baru saja tiba di kampus di buat heran dengan sikap sahabatnya tersebut. Jessica menarik kursi di depannya dan duduk berhadapan dengan Nara.
"Hei, ada apa dengan mukamu itu? Kenapa kau terlihat begitu frustasi? Kau baik-baik saja bukan?" tanya Jessica memastikan.
Kemudian Nara mengangkat ponselnya dan menunjukkan artikel itu pada Jessica. Jessica mendengus berat, lagi-lagi sebuah artikel yang membahas tentang kehidupan pribadi Nathan.
"Ck, apa sih bagusnya dia? Tampangnya juga hanya pas-pasan tapi kenapa dia begitu di gilai banyak wanita. Lihat saja di kolom komentar, semua gadis mengatakan sebuah hal-hal yang tidak masuk akal. Sungguh suatu hal yang sangat menggelikan."
Jessica benar-benar merasa muak, di mana-mana selalu membahas tentang Nathan, Nathan dan Nathan. Apa tidak ada topik lainnya yang lebih bermutu dari pada topik tentang dia? Pikir Jessica.
Di saat Jessica terlalu asik berkutat dengan pikirannya sendiri. Tiba-tiba ponselnya berdering dan hal itu membuat Jessica terkejut setengah mati. Dan nyaris saja ponsel itu jatuh dari genggamannya bila Jessica tidak lebih sigap menangkapnya. Dengan kesal Jessica menolak panggilan tersebut lalu meletakkan ponsel di atas meja.
"Dari siapa, Nunna? Kenapa tidak kau angkat?" tanya Minho yang baru bergabung dengan Jessica dan Nara.
"Bukan siapa-siapa dan bukan telfon yang penting juga." Jawabnya.
Ponsel milik Jessica kembali berdering dan kali ini dari nomor asing. Meskipun tidak ada namanya, tapi Jessica tentu tau siapa yang sedang menghubunginya. "Sampai kapan kau akan membiarkan ponselmu terus berdering, Jung See Yeon?! Angkat saja, siapa tau penting," Minho mengangguk menyetujui ucapan Nara.
Jessica menghela nafas panjang. Dengan tak berminat sedikit pun, Jessica menerima panggilan tersebut. "Ada apa kau menghubungi-?"
'Nyonya, ini saya Leo, Tuan masuk rumah sakit, kepalanya mengalami cidera setelah sebuah lampu kristal menimpanya.'
Sontak kedua mata Jessica membelalak saking kagetnya. "A...apa? Dia masuk rumah sakit? Lalu di rumah sakit mana dia di rawat? Sekarang juga aku akan segera ke sana." Jessica bangkit dari duduknya dan bergegas pergi, bahkan dia menghiraukan pertanyaan Nara dan Minho. Jessica terlalu panik.
Rasa cemas seketika memenuhi perasaannya. Jessica terus bertanya-tanya seberapa parah cidera yang Nathan alami sampai-sampai dia harus masuk rumah sakit. Dalam hatinya dia terus berdoa semoga cidera yang Nathan alami tidaklah parah.
.
BRAKKKK....
"NATHAN?!"
Dobrakan keras pada pintu mengejutkan tiga pria yang berada di dalam ruangan itu. Ketiganya menoleh pada sumber suara dan mendapati Jessica yang terlihat canggung berdiri di depan pintu.
Dia bingung sekarang, harus apa dan bagaimana cara menjelaskan pada mereka berdua. Sedangkan Nathan terlihat menghela nafas.
"Dia adalah Jessica, istriku yang membuat kalian penasaran setengah mati." Ucap Nathan sambil menutup matanya.
Nathan sudah tidak memiliki pilihan selain mengatakan yang sebenarnya pada mereka berdua. Dan lagi pula Jimmy dan Devan adalah orang yang bisa di percaya untuk tetap merahasiakan kebenaran perihal Jessica dari media.
"Mereka berdua adalah Pamanku, dan mereka sangat penasaran mengenai dirimu." Ucap Nathan datar.
Jessica membungkuk dan memberi salam pada dua sosok tampan dihadapannya. Dan melihat sikap ramah Jessica membuat Jimmy dan Devan langsung menyukainya, apalagi wajahnya yang cantik dan senyumnya yang lembut.
Dia memang kandidat terbaik untuk mendampingi Nathan, dan jika diibaratkan. Jessica adalah siang sementara Nathan malam, saling bertentangan tapi mereka saling melengkapi.
"Astaga, jadi ini menantu bungsu keluarga Lu, yang menggemparkan seluruh dunia? Sudah lama sekali kami ingin bertemu denganmu, tapi bocah kutub ini selalu mencari cara untuk menyembunyikan mu. Tapi akhirnya hari ini datang juga. Oya perkenalkan, aku Jimmy Lee dan Ini Devan Wu, kami berdua adalah paman Nathan yang paling tampan." Ucap Jimmy memperkenalkan diri.
"Halo, Paman, nama saya, Jessica."
"Hahahah! Tidak perlu kaku dan canggung, anggap saja kami berdua seperti Pamanmu sendiri." Devan menepuk-nepuk pelan kepala Jessica.
"Dan karena suster pribadimu sudah ada di sini. Sebaiknya sekarang Paman pergi dulu. Masih ada banyak pekerjaan yang harus paman selesaikan."
Dan selepas kepergian Devan dan Jimmy. Di dalam ruangan itu hanya tersisa Nathan dan Jessica. Sebuah perban membebat kening Nathan dengan bercak darah yang lumayan banyak pada sekitar alis kanannya.
Kecemasan dan kesedihan terlihat jelas pada sorot matanya. "Apakah ini sakit?" tanya Jessica sambil menyentuh perban yang membebat kening Nathan.
Nathan menggeleng. "Tidak lagi, dan rasa sakit itu hilang sejak kau ada di sini."
Jessica mendengus berat. "Dalam keadaan seperti ini pun kau masih bisa menggombal? Dasar perayu ulung." Nathan terkekeh. Menarik lengan Jessica dan menempatkan gadis itu di atas pangkuannya.
"Dua hari tidak melihatmu membuatku sangat rindu, aku lega melihatmu baik-baik saja." Ucap Nathan sambil memainkan helaian panjang Jessica. Kemudian Kevin menakup wajahnya dan mencium bibirnya.
Tidak ada penolakan dari gadis itu, Jessica menerimanya dan membiarkan Nathan menciumnya. "Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Kenapa kau bisa sampai seperti ini?" tanya Jessica penasaran. Tersirat kesedihan dari sorot mata dan nada bicaranya.
"Aku sendiri tidak tau. Tapi sepertinya memang ada orang yang sengaja ingin mencelakai ku dengan menggunakan lampu gantung itu. Beruntung aku bisa menghindar dan hanya mengalami cidera ringan."
"Tapi tetap saja hal ini tidak bisa dibiarkan . Kau harus mengusut kasus ini sampai tuntas dan membawa masalah ini ke meja hukum. Pelakunya harus ditangkap dan di penjara." Terang Jessica.
"Tentang itu kau tidak usah cemas. Anak buah ku sudah mengurusnya. Dan malam ini bisakah kau tetap di sini dan menemaniku?" tampak Jessica berfikir sebelum akhirnya dia mengiyakan permintaan Nathan.
"Baiklah, aku akan bermalam di sini dan menemanimu."
-
"BODOH, MENGHABISI SATU ORANG SAJA TIDAK BECUS!"
Seorang pria di awal tiga puluhan terlihat marah besar pada beberapa pria yang ada dihadapannya. Anak buahnya baru saja gagal melakukan misinya dalam hal menghabisi Kevin. Padahal dirinya sudah membayar mahal mereka berlima.
"Maaf, Bos. Hal semacam ini tidak akan terulang kembali. Kami berani menjamin setelah ini dia akan mati. Salah seorang anak buah saya saat ini sedang menyamar sebagai perawat di rumah sakit tempat Nathan di rawat. Dia akan bertugas menyuntikkan racun ke dalam infusnya. Dan kali ini kami berani memastikan jika tidak akan gagal lagi."
"Aku pegang kata-katamu, jika sekali lagi ini kalian gagal lagi. Maka tamatlah riwayat kalian." Ucap pria itu memperingatkan.
"Kami mengerti."
Pria itu mengepalkan tangannya. "Nathan Lu, kali ini kau bisa lolos dari maut mu. Tapi tunggu dan lihat saja, aku pasti akan menyingkirkan mu secepatnya."
.
.
.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Wulan Selly
awalnya kesel sama Nathan, tapi pas dikabarin Nathan masuk rumah skait dia langsung panim
2022-03-18
0