"Nathan Lu, aku ingin pulang. Ayolah, sampai kapan kau akan membiarkan diriku terkurung di tempat terkutuk seperti ini? Aku mohon padamu, bawa aku pergi dari tempat ini, ya." Mohon Jessica sambil memasang wajah memelas nya.
Jessica terus saja merengek dan memohon pada Nathan, agar suaminya itu segera membawanya pulang. Jessica benar-benar sudah tidak tahan lagi jika harus berada terlalu lama di rumah sakit.
"Sekali tidak tetap tidak!" ucap Nathan tetap pada pendiriannya. Jessica mendengus dan langsung menekuk wajahnya.
"Katanya mencintaiku, tapi mengabulkan permintaan sepele seperti ini saja tidak mau. Dasar pembual. Mulai detik ini aku tidak mau lagi berbicara denganmu apalagi sampai melihat muka menyebalkan mu itu." Jessica membuang muka sambil bersidekap dada, wajahnya terlihat semakin murung.
Nathan mendengus berat. "Kenapa kau begitu kekanakan, Jessica Lu? Apa kau tidak dengar apa yang Dokter katakan semalam? Kau baru bisa pulang setelah racun dalam tubuhmu benar-benar hilang sepenuhnya." Tegas Nathan tak ingin di bantah.
"Terserah." Kemudian Jessica berbaring dan menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut.
"Mulai malam ini aku akan mengunci rapat-rapat mulutku. Bahkan sampai kadal beranak domba sekali pun, aku tidak akan berbicara lagi denganmu."
"Benarkah?" Nathan menyeringai jahil.
"Aaahh...." Jessica memekik kencang saat tiba-tiba Nathan menarik selimut yang membungkus tubuhnya.
Kedua tangannya mencengkram pergelangan tangan Jessica tepat di sisi kepalanya. "Yakk! Apa yang kau lakukan? Nathan Lu, cepat Lepaskan aku!" teriak Jessica menuntut.
Alih-alih menuruti permintaan Jessica. Nathan malah mendekatkan wajahnya dan langsung menciumnya. Lembut dan manisnya bibir Jessica benar-benar memberikan candu untuknya.
Nathan selalu mencium Jessica dengan seenak jidatnya, bahkan dia tidak peduli dengan teriakkan dan amukan gadis itu karena kebiasaannya tersebut.
Dan Nathan baru melepaskan ciumannya setelah merasakan pukulan brutal pada dadanya. Jessica benar-benar kehabisan nafas karena ciuman itu.
"Yakk! Kau benar-benar sudah bosan hidup ya!" amuk Jessica sambil mencerutkan bibirnya.
"Itu hanya peringatan kecil untukmu, Sayang. Jika kau masih bandel dan tidak mau menurut pada, Suamimu. Maka jangan salahkan aku jika aku melakukan yang lebih parah dari pada sekedar ciuman."
"Mati saja kau, Nathan Lu." Nathan terkekeh. Kemudian dia beranjak dari sana dan meninggalkan Jessica begitu saja. Ada sebuah panggilan masuk ke dalam ponselnya dan tidak mungkin Nathan mengangkatnya di depan hadis itu.
Raut wajah Nathan berubah datar dengan sorot tajam yang mematikan. Beberapa orang yang berpapasan dengannya merinding sendiri saat merasakan aura suram yang terpancar dari mata yang tajam.
"Aku akan tiba 20 menit lagi. Jangan lakukan apapun lagi pada bajingan itu."
Kemudian Nathan memutuskan sambungan telfonnya dan sedikit mempercepat langkahnya. Jimin baru saja menghubunginya dan mengatakan jika Du Mansik telah berhasil mereka tangkap.
.
Lamborghini Veneno milik Nathan melaju kencang pada jalanan kota yang legang. Iris matanya yang tajam fokus pada jalanan yang dilaluinya.
Dua puluh menit berkendara. Akhirnya Nathan pun tiba di markas besarnya. Seorang pria langsung membukakan pintu untuknya, dan beberapa pria lainnya ikut masuk bersamanya.
"Bos...." Seru Kai melihat kedatangan Nathan. Pria berkulit Tan itu terlihat bangkit dari duduknya. "Kami menahannya di ruang bawah tanah. Kau bisa menemuinya sekarang."
"Kalian tidak usah ikut. Cukup Kai dan Jimin saja." Nathan melirik empat pria yang berdiri dibelakangnya. Keempatnya mengangguk patuh.
Kai dan Jimin berjalan mengekor di belakang Nathan. Tak salah jika Nathan selalu menyertakan mereka berdua, karena mereka adalah tangan kanannya.
Decitan suara pintu terbuka membuat kepala pria itu mendongak seketika. Tapi hanya kegelapan yang bisa dia lihat karena kedua matanya tertutup kain hitam.
Samar-samar telinganya menangkap derap langkah kaki seseorang yang berjalan menghampirinya. Dan langkah kaki itu berhenti tepat didepannya.
Ikatan pada matanya terbuka dan hal pertama yang tertangkap oleh mata hitamnya adalah wajah Nathan yang menyunggingkan seringai tipis namun mematikan. "Nathan Lu!"
"Lama tidak bertemu, Du Mansik." Sapa Nathan tanpa melunturkan seringainya.
"Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku? Dan kenapa kau menahan ku di sini?" tanya Mansik menuntut penjelasan.
"Nyawamu, hanya itu yang aku inginkan. Aku ingin melihat bagaimana reaksi kakak tiri ku jika dia sampai tau bila orang kepercayaannya mati di tangan adik tirinya sendiri."
"Apa maksudmu?" tanya Mansik menuntut penjelasan.
"Berhentilah berpura-pura menjadi orang yang tak ber*tak, Du Mansik. Sandiwara mu sudah terbongkar, dan apa kau berfikir jika selama ini aku tidak tau tentang persekongkolan mu dengan, Jerry Lu? Kau salah besar, hanya saja selama ini aku menutup mata dan berpura-pura tidak mengetahui apapun. Karena aku ingin melihat sampai di mana letak kebodohan kalian berdua."
"NATHAN LU!"
Du Mansik bungkam seketika setelah ujung sebuah pistol menempel pada dahinya. Keringat dingin mulai bercucuran dan membasahi keningnya. Raut wajah Nathan dan sorot matanya membuat Mansik gemetar ketakutan.
"Kenapa kau begitu tegang, Du Mansik? Padahal aku hanya ingin bermain-main saja denganmu." Lagi-lagi Nathan menyeringai.
"Singkirkan benda terkutuk itu dariku, Nathan Lu!!" Teriak Mansik menuntut.
Dorrr.....
"Aaahhh..." Mansik berteriak dan menutup matanya. Nathan melepaskan tembakannya tepat di atas kepalanya dan pelurunya sedikit menyentuh rambutnya.
Tubuh Mansik seketika menjadi lemas, membayangkan jika peluru itu sampai menembus kepalanya membuatnya merinding, dan dia tidak bisa membayangkan jika hal itu benar-benar sampai terjadi.
"Hahahaha! Ternyata sangat menyenangkan bermain-main denganmu, dan cukup untuk hari ini. Sampai jumpa besok. Kai, tutup kembali matanya." Perintah Nathan dan pergi begitu saja.
"NATHAN LU, KAU BENAR-BENAR IBLIS. AKU PASTI AKAN MEMBUNUHMU!"
-
"Tuan, Tuan Du Mansik menghilang. Beberapa orang saya melihat dua orang pria membiusnya dan membawanya pergi dengan sebuah mobil."
"APA?"
Jerry Lu bangkit dari duduknya setelah mendengar berita yang baru saja disampaikan oleh seorang anak buahnya. Orang itu mengatakan jika Du Mansik telah di culik oleh seseorang dan menghilang. Hingga detik ini jejaknya tidak bisa terlacak sama sekali.
Jerry benar-benar murka setelah mengetahui jika tangan kanannya menghilang dan sampai detik ini belum bisa ditemukan. Mansik adalah orang yang paling setia padanya dan tidak salah bila Jerry begitu terkejut setelah mendengar jika pria itu menghilang.
Brakk....
Jerry menggebrak meja dihadapannya dan mengeram marah. "Kirim semua anak buah mu dan cari Mansik sampai ketemu. Aku tidak dia kembali dalam 1X 24 jam. Jika tidak, maka nyawa kalian semua yang akan menjadi taruhannya."
"Baik, Tuan."
Jerry mengepalkan tangannya. Dia tidak pernah menduga bila Nathan akan menggunakan cara seperti ini untuk menghadapinya. Dan tidak bisa Jerry pungkiri bila Nathan memang sangat cerdas, dia sangat pandai dalam hal menyusun strategi dan membuat lawannya tak berkutik.
Tapi bukan berarti Jerry menyerah pada Nathan. Dia akan menyusun cara yang lebih besar untuk bisa mengalahkannya.
"Nathan Lu, tunggu pembalasanku!"
.
.
.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Bianca Wein
Up lagi yang banyak kak Author 🙏🙏🙏😭😭😭
2022-03-19
0
Pecinta Dodol Bandung
Lanjut lagi kak Author makin seru dan bangus ceritanya
2022-03-19
0
Goldenstar
Nurut saja sama suamimu, Sica. itu demi kebaikanmu juga. Semangat Thor
2022-03-19
0