Jessica membuka matanya saat merasakan silau sinar mentari pagi yang hangat mulai mengusik tidurnya. Gadis itu mencoba untuk bergerak tapi tidak bisa seperti ada yang membatasi pergerakannya.
Lalu pandangannya turun menuju perutnya dan menemukan sebuah tangan melingkar di sana. Jika dia tidak sadar siapa yang memeluknya saat ini , pasti Jessica sudah berteriak dan membuat kegaduhan.
Dengan perlahan Jessica menyingkirkan tangan itu dari perutnya kemudian berbalik posisi hingga dia dan orang itu saling berhadapan. Sudut bibirnya tertarik ke atas, bahkan Nathan masih tetap tampan dalam keadaan menutup mata sekalipun.
Kemudian jari-jari lentiknya menyusuri wajah tampan itu mulai dari mata, hidung sampai bibir kiss able nya dan berlama-lama di sana. Dan apa yang dia lakukan membuat si pemiliki bibir itu membuka matanya.
"Maaf, jadi membangunkan mu." Ucapnya penuh sesal. "Aaahh...." Jessica memekik kencang saat merasakan tarikan pada lengannya hingga tubuhnya jatuh di atas tubuh Nathan. "A-apa yang kau lakukan , Nathan Lu? Le-lepaskan aku." Panik Jessica.
"Diam lah dan jangan banyak bergerak. Biarkan seperti ini sebentar saja." Pinta Nathan sambil mengeratkan pelukannya.
Jessica menurut. Kemudian dia menjatuhkan kepalanya pada dada bidang Nathan yang tersembunyi di balik tank top putih polosnya. Dada itu begitu bidang dan terasa nyaman.
Dan dalam posisi itu Jessica juga bisa merasakan detak jantung Nathan yang berdetak beraturan, sungguh sangat berbanding balik dengan jantungnya yang berdebar tak karuan.
Kedua mata itu tertutup dengan perlahan merasakan pelukan Nathan yang semakin erat. Jessica benar-benar tak pernah merasakan perasaan setenang ini sebelumnya.
Meskipun Nathan sering kali membuatnya kesal dengan sikap menyebalkan nya, tapi tak bisa Jessica pungkiri bila hanya Nathan satu-satunya pria yang dia inginkan dalam hidupnya.
Nathan membuka matanya dan tersenyum tipis. Jari-jarinya mengusap helaian pada Jessica penuh sayang.
"Bagaimana keadaanmu? Apa kau sudah merasa baik-baik saja?" tanya Nathan memastikan. Jessica mengangguk meyakinkan. "Aku lega. Sebaiknya kau tidak pergi ke mana pun hari ini, aku usahakan untuk pulang lebih awal."
"Kau mau pergi?" Jessica mengangkat wajahnya dan menatap Nathan dengan sorot mata kecewa.
"Hm, ada rapat penting jam 9 pagi ini." Ucap Nathan. Jessica bangkit dari atas tubuh Nathan lalu duduk menghadap pria bermarga Lu tersebut.
"Bisakah aku pulang ke rumah, bibi? Aku sangat merindukannya, kau bisa menjemput ku saat pulang nanti." Nathan tersenyum dan mengangguk.
"Tentu. Aku akan mandi dulu, setelah ini kita sarapan bersama-sama. Dan bisakah kau membantuku menyiapkan pakaian untuk hari ini?" Ucap Nathan yang kemudian di balas anggukan oleh Jessica.
Setelah menyiapkan pakaian untuk Kevin. Jessica terlihat melenggang meninggalkan kamar super puas tersebut. Kamar mandi sedang di pakai oleh Kevin, jika menunggu suaminya itu selesai mandi. Akan kelamaan, jadi dia memutuskan untuk mandi di kamar mandi yang lain.
Tak lama setelah kepergian Jessica. Pintu toilet terbuka dan sosok Nathan keluar dari sana hanya dengan berbalut handuk putih yang melingkari pinggulnya.
Di atas tempat tidur sudah tergeletak sebuah kemeja putih serta celana bahan hitam, vest v neck dan jas yang senada dengan warna celana dan vest nya.
Setelah berpakaian lengkap, Nathan pun segera meninggalkan kamarnya dan di depan pintu dia berpapasan dengan Jessica yang baru saja selesai mandi.
Wajahnya tetap terlihat cantik meskipun tanpa polesan make up sedikit pun. Nathan menghalangi langkah Jessica dan menghimpit tubuh itu pada tembok. Jari-jarinya menelusup ke dalam helaian rambutnya, menarik tengkuknya dan menciumnya.
Jessica menutup matanya merasakan ciuman Nathan yang semakin dalam dan menuntut. Sebelah tangan pria itu memeluk pinggangnya sedangkan tangan lain menekan tengkuknya.
Jessica mengalungkan kedua tangannya pada leher pria bermarga Lu tersebut, dan dengan senang hati dia membalas ciuman itu.
"Omo?" Devan mengurungkan niatnya untuk menemui Nathan saat tanpa sengaja dia melihat sebuah adegan yang membuatnya menelan ludah.
Kedua matanya membelalak melihat sorot dingin dan tajam Nathan yang ternyata menyadari kedatangannya. Devan mengangkat kedua tangannya dan buru-buru pergi dari sana. Dan kedatangan Devan di sambut tatapan bingung oleh Jimmy.
"Kenapa dengan mukamu itu?"
"Sebaiknya kita pergi saja sekarang dan kita temui dia dikantornya saja. Sepertinya kedatangan kita di sini kali ini sangat tidak tepat."
"Iya, tapi kenapa?" Jimmy terus bertanya-tanya.
"Kau terlalu cerewet, Hyung. Sudah ayo pergi." Devan mendorong Jimmy dan membawanya meninggalkan kediaman Nathan.
Devan tidak ingin bila Jimmy sampai melihatnya juga kemudian heboh sendiri. Bisa-bisa Nathan mengubur merek berdua hidup-hidup.
Dan sementara itu, ciuman Nathan berakhir karena getaran pada ponselnya. Tau Nathan membutuhkan privasi. Jessica segera pergi dan masuk ke kamar untuk bermake up.
Nathan menerima panggilan itu sambil berjalan menuruni tangga menuju lantai satu rumahnya.
"Ada apa, Kai?"
'Boss, aku dan Jimin melihat beberapa anak buah Jerry berkeliaran di kota, sepertinya mereka sedang mencari keberadaan ,Du Mansik.' lapor Kai.
"Bereskan mereka sekarang juga."
'Baik, Boss.'
Kemudian Nathan memutuskan sambungan telfonnya dan berjalan tenang menuju meja makan dan menunggu Jessica di sana.
Nathan akan menyingkirkan siapa pun yang berani membuat masalah dengannya, dia dia ingin memberikan sedikit peringatan kecil pada kakak tirinya tersebut jika sebenarnya dia telah membuat masalah dengan orang yang salah.
-
Kebersamaan Ellie dan Jessica di warnai dengan canda tawa. Ellie sengaja tidak pergi ke mana-mana saat mendengar jika keponakan tercintanya tersebut akan pulang.
Saat ini keduanya sedang sibuk membuat kue di dapur. Jessica merengek meminta supaya sang bibi membuatkan kue untuknya, dia sudah sangat rindu dengan kue buatan bibinya.
"Kkyyyyaaa! Bibi, ini sangat lezat. Kau memang pembuat kue paling ahli di dunia ini, aku semakin menyayangimu." Jessica memeluk dan mencium pipi Ellie.
"Dasar kau ini." Dengan gemas Ellie menjitak kepala Jessica dan terkekeh pelan.
Tokk... Tokk... Tokk...
Ketukan pada pintu mengalihkan perhatian keduanya. Jessica dan Ellie saling bertukar pandang. "Biar aku saja yang membukanya." Ellie mengangguk.
Jessica berjalan menuju pintu dan mendapati dua pria bertubuh tinggi tegap berdiri dihadapannya. Mereka terlihat seperti preman dan wajahnya menyeramkan. "Si-siapa kalian?" tanya Jessica terbata-bata.
"Kau yang bernama , Jung See-Yeon kan?" Jessica mengangguk. Kemudian pria itu memberi kode pada rekannya untuk membawa Jessica.
"Yakk! Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku. BIBI, TOLONG AKU." Teriak Jessica. Dan buru-buru Ellie keluar setelah mendengar teriakkan keponakannya tersebut.
"Sica...." Ellie berusaha menolong Jessica tapi langkahnya di halangi oleh pria berkepala pelontos tersebut. "Apa yang kalian lakukan? Lepaskan keponakanku!" teriak Ellie menuntut.
"Kami akan membebaskannya jika kau melunasi semua hutang-hutangmu hari ini juga. Karena jika tidak , bos akan menjualnya keluar negeri."
Jessica menggeleng, air matanya jatuh tanpa bisa dia cegah. Jessica benar-benar ketakutan dan panik. Dan di saat seperti ini hanya ada satu nama yang muncul di kepalanya, Nathan. Karena hanya dia satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan dirinya saat ini.
Dan Jessica tidak bisa menjamin jika kepala mereka masih menyatu dengan tubuhnya jika Nathan tau apa yang sudah mereka lakukan pada dirinya.
.
.
.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Anonymous
Banyak gula bertebaran di novel ini, auto diabet aku Thor. Semangat
2022-03-21
0
Goldenstar
Mereka membuatku iri 🤧🤧🤧
2022-03-21
0
Wulan Selly
Cari gara2 sama Iblis
2022-03-21
0