"NATHAN!'
Jessica berteriak kencang melihat tubuh Nathan tiba-tiba mengalami kejang setelah seorang suster menyuntikkan sesuatu ke dalam infusnya. Tanpa membuang waktu, Jessica langsung menarik selang infus yang menancap pada pergelangan tangan Nathan sebelum cairan itu masuk semakin banyak.
Cairan Infus yang awalnya berwarna putih, seketika menjadi merah pekat setelah cairan itu disuntikkan .Dan sudah dapat dipastikan jika cairan infus tersebut telah terkontaminasi oleh racun.
Entah apa yang dipikirkannya. Tiba-tiba Jessica menyayat lengan Nathan dan berusaha mengeluarkan racun yang sudah masuk melalui mulutnya.
Jessica menghisap darah Nathan dan meludahkan nya, dan dia melakukannya sampai berkali-kali. Meskipun Jessica tau jika yang dia lakukan itu sangat beresiko tinggi, tapi dia tidak peduli. Karena yang paling penting saat ini adalah nyawa Nathan terselamatkan terlebih dulu.
Semakin lama, Jessica merasa pandangannya semakin mengabur. Kepalanya pusing luar biasa, tapi Jessica tetap tidak mau menyerah. Keringat dingin mengucur deras dari keningnya dan dadanya terasa sesak hingga membuatnya sulit untuk bernafas.
Dan detik berikutnya tubuh Jessica ambruk dan terkulai di lantai, dirinya berada di antara hidup dan mati. Semakin lama, kelopak matanya semakin terasa berat untuk tetap di buka dan mata itu benar-benar tertutup beberapa detik berikutnya.
BRAKKK....!!
"SICA...,"
Jimmy dan Devan memekik kencang melihat tubuh Jessica terkulai di lantai dalam keadaan tak sadarkan diri. Suhu tubuhnya terasa dingin dan wajahnya pucat pasi. Jimmy merasakan bila denyut nadi Jessica begitu lemah.
Kedua mata Devan membelalak setelah mencium aroma racun yang begitu kuat menguar di sekitar cairan infus yang tumpah di lantai.
Kemudian Devan dan Jimmy saling bertukar pandang dan keduanya sama-sama memekik dengan keras. "Itu .... racun!"
-
Kelopak mata Nathan terbuka perlahan, kepalanya benar-benar pusing luar biasa seperti ada bongkahan batu besar yang menghantamnya. Nathan mencoba mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi tapi tidak bisa. Devan dan Jimmy langsung menghampirinya dan memastikan keadaannya.
"Akhirnya kau sadar juga. Apa kau tau bagaimana paniknya kami tadi."
Lalu pandangan Nathan menyapu, dia tidak menemukan keberadaan Jessica di sana, seingatnya gadis itu tadi ada bersamanya sebelum dirinya pingsan. "Kau mencari Jessica?" tanya Jimmy memastikan.
Nathan memicingkan alis kanannya melihat pandangan Jimmy berubah sendu. "Apa yang sebenarnya sedang kalian sembunyikan dariku?" tanya Nathan menuntut penjelasan.
"Ini mengenai Jessica,"
"Ada apa dengan dia?" sekali lagi Nathan bertanya.
"Saat ini keadaannya sedang kritis. Racun yang dia coba keluarkan dari tubuhmu malah masuk ke dalam tubuhnya. Jessica masih terbaring koma dan dokter tidak tau kapan dia akan sadar kembali." Tutur Devan.
JLEDERR....!
Bagaikan tersambar petir di siang bolong. Hati Nathan hancur berkeping-keping setelah mendengar penuturan Devan. Dan tanpa memikirkan keadaannya sendiri yang masih sangat lemah, Nathan mencabut selang infusnya dan pergi menemui Jessica. Dan Nathan belum bisa merasa tenang sebelum melihatnya.
"Nathan, apa yang kau lakukan?" kaget Jimmy dan segera menahan tubuh keponakan nya itu yang nyaris terjatuh.
"Lepaskan, Jimmy Lee, aku harus melihat keadaan Jessica." Dengan kasar Nathan menyentak tangan Jimmy dan meninggalkannya begitu saja.
Nathan berjalan dengan sedikit tergopoh-gopoh. Di luar beberapa penjaga hendak membantunya, tapi Nathan menolaknya.
Langkah kaki Nathan terhenti. Dia tiba di ruangan di mana Jessica berada dan terbaring koma. Di tubuhnya di penuhi selang-selang yang membantu menopang kehidupannya.
Menyaksikan hal itu membuat Nathan terhuyung kebelakang, dan nyaris terjatuh jika saja Jimmy tidak segera menahannya. "Kenapa, kenapa kalian biarkan hal ini terjadi padanya? KENAPA?" bentak Nathan penuh amarah. Tatapannya begitu tajam dan penuh intimidasi.
"Jika kami bisa , pasti kami sudah mencegahnya. Karena saat aku dan Jimmy Ge tiba di sana, Jessica sudah tak sadarkan diri." Jelas Devan.
"Aarrrkkkhh...." Nathan berteriak dan memukul tembok di hadapannya dengan sangat keras, membuat ruas-ruas jarinya terluka dan mengelupas. "Segera temukan pelakunya dan seret dia kehadapan ku dalam keadaan hidup-hidup." Nathan melirik Kai dan Jimin yang berdiri di belakang Jimmy dan Devan.
"Baik Bos."
Dan Nathan tidak akan melepaskan orang itu. Dia harus mendapatkan balasan yang setimpal atas apa yang telah dia lakukan.
-
Nathan menatap sendu pada sosok gadis yang tengah terbaring tak sadarkan diri itu. Iris matanya yang dingin menatap gadis itu dengan penuh penyesalan. Nyaris saja air matanya terjatuh, hatinya benar-benar hancur melihat Jessica seperti ini. Dan yang lebih menyakitkan lagi, gadis itu terbaring koma setelah berusaha menyelamatkan nyawanya.
Nathan meraih tangan Jessica yang terasa dingin. Dengan lembut jari-jarinya menggenggam tangan mungil gadis bermarga Jung tersebut. Iris matanya memancarkan sebuah penyesalan yang begitu besar, dan Nathan tidak mungkin bisa memaafkan dirinya sendiri jika hal buruk sampai menimpanya.
"Bangun, Sayang. Sampai kapan kau akan tidur terus seperti ini?" lirih Nathan parau.
Sudah hampir satu minggu namun masih belum ada perkembangan sedikit pun pada keadaan Jessica. Tidak ada yang tau pasti kapan gadis itu akan bangun, racun yang masuk ke dalam tubuhnya benar-benar ganas dan mematikan.
Jika pada saat itu Jimmy dan Devan telat satu detik saja, mungkin saat ini Jessica hanya tinggal nama. Dan hal serupa mungkin juga pasti sudah menimpa Nathan bila Jessica tidak mempertaruhkan hidupnya demi menyelamatkan nyawanya.
Kepala Nathan sedikit menoleh ke belakang mendengar derap langkah kaki yang datang. Di sana terlihat Ellie menghampiri Nathan kemudian berdiri di samping kanannya.
"Bahkan dia tetap terlihat cantik dalam keadaan tidur sekali pun. Keponakanku yang cantik, sebenarnya mimpi indah apa yang sedang kau alami saat ini sampai-sampai kau tidak mau membuka matamu. Lihatlah siapa yang duduk di sini dan menunggumu dengan sedih? Segera bangun, Sica. Bibi mohon segeralah kembali pada kami, kami sangat merindukanmu."
Air mata Ellie benar-benar sudah tidak terbendung lagi. Wanita itu menangis sejadi-jadinya. Sama halnya Nathan, Ellie juga sangat takut bila Jessica tidak akan pernah kembali lagi.
Kemudian Ellie menyeka air matanya. "Tuan Lu, sebaiknya Anda istirahat sekarang. Sudah beberapa hari Anda tidak tidur dan sekarang biarkan saya yang menemaninya." Ucap Ellie membujuk.
"Tidak usah, aku akan tetap di sini dan menunggunya sampai dia bangun. Sebaiknya kau pulang, biar Kai mengantarkan mu."
Ellie ingin sekali menolak karena dia masih ingin menemani Jessica. Tapi dia juga tidak bisa menentang kata-kata Nathan. Nathan adalah suaminya dan orang yang sudah menjamin hidup Jessica dengan memberikan kehidupan yang layak selama ini, jadi dia lebih berhak atas Jessica dibandingkan dirinya.
"Nathan Lu....." Mata Nathan yang semula tertutup, terbuka seketika setelah mendengar suara lembut seseorang yang begitu familiar tiba-tiba berkaur di dalam telinganya dengan nada yang begitu lemah.
Mata itu membelalak melihat gadisnya telah membuka kembali matanya dan tengah tersenyum lembut padanya. "Aku lega melihatmu baik-baik saja."
"Jessica!"
.
.
.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Bianca Wein
Tumben cuma 1 bab kak? Crazy up Thor pelese 🙏🙏🙏
2022-03-19
0
Bianca Wein
Wah tu human cari perkara sama iblis, pengen tau gimana cara Nathan membalasnya
2022-03-18
0
Ray
Ngamuknya Nathan bikin ngeri 😰😰😰
2022-03-18
0